KASONGAN – Kondisi air Sungai Samba yang dikenal bersih dan jernih kini keruh dan menguning, bercampur lumpur. Fenomena alam itu mengejutkan masyarakat. Belum diketahui pasti faktor penyebabnya. Yang jelas, wilayah Utara sejak beberapa hari terakhir diguyur hujan secara konstan.
Akibat kualitas air sungai yang sangat buruk itu, masyarakat di dua kecamatan, seperti Petak Malai dan Sanaman Mantikei tersiksa. Warga terpaksa memanfaatkan air sungai yang keruh untuk kebutuhan sehari-hari, lantaran listrik untuk menghadirkan air tanah padam beberapa hari.
Anggota DPRD Katingan Yanel menuturkan, sejak empat hari terakhir, air Sungai Samba berubah warna menjadi kuning kecokelatan lantaran bercampur lumpur yang cukup pekat. Perubahan kualitas air secara signifikan tersebut, ditengarai akibat tingginya curah hujan di hulu sungai.
”Sampai hari ini kondisi air Sungai Samba di Kecamatan Sanaman Mantikei masih sangat keruh bercampur lumpur. Kondisi itu sudah terjadi sejak beberapa hari terakhir ini. Diperkirakan berasal dari bagian hulu Sungai Baraoi, anak Sungai Samba di Kecamatan Petak Malai," ungkapnya kepada Radar Sampit, Rabu (13/9).
Berdasarkan informasi, kata Yanel, tingginya tingkat kekeruhan air sungai itu akibat peristiwa tanah atau tebing sungai yang longsor.
”Karena curah hujan tinggi, otomatis membuat debit air makin tinggi. Akhirnya, tanah kuning di tebing sungai menjadi longsor dan bercampur dengan air," jelasnya.
Wilayah yang terdampak air keruh berlumpur dimulai dari Desa Tumbang Baraoi sampai Dusun Tumbang Papi di Kecamatan Petak Malai. Di Kecamatan Sanaman Mantikei, diperkirakan ada 10 desa yang terdampak. Pasalnya, semua desa itu dialiri sungai yang sama.
”Seperti Desa Tumbang Atei, Desa Tumbang Pangka, Desa Tumbang Kanei,
Desa Kuluk Habuhus, Desa Kamantu, Desa Tumbang Manggu, Desa Tumbang Kaman, Desa Tumbang Labehu, Desa Rantau Bangkiang, dan Desa Dehes," ujarnya.
Penderitaan masyarakat lokal makin memuncak. Setelah pasokan listrik ke beberapa desa tersebut padam, terutama saat pagi dan sore. Tak ayal, warga kesulitan memenuhi kebutuhan air bersih, baik untuk mandi maupun keperluan kosumsi/masak.
”Kondisi ini diperparah lagi dengan matinya listrik, sehingga banyak masyarakat yang kesulitan mandi, cuci, kakus (MCK), khususnya bagi warga yang sehari-hari mengandalkan air Sungai Samba untuk memenuhi kebutuhan air," katanya.
Dia berharap Pemkab Katingan segera memberikan solusi untuk membantu masyarakat wilayah Utara.
”Saat ini air sungai berlumpur sudah mengalir hingga ke Kecamatan Katingan Tengah, Pulau Malan, Tewang Sanggalang Garing, Katingan Hilir bahkan Tasik Payawan," katanya.
Akibat kekeruhan air di atas normal tersebut, ujarnya, para petani budidaya ikan keramba di Katingan waswas. Bahkan, informasinya, ikan jenis nila dan mas mulai mati di beberapa tempat.
”Keramba ikan milik masyarakat di Kasongan bahkan banyak yang sudah mati, baik ikan yang berusia bibit hingga dewasa atau empat bulanan," katanya.
Akibat tingginya curah hujan, ujar Yanel, wilayah Desa Tumbang Tangoi kini terisolir. Pasalnya, sebuah bukit yang berada di sekitar jalan mainroad HPH PT Fitamaya Asmapara lonsor hingga menutup jalan sepanjang 200 meter.
”Tidak ada lagi akses keluar masuk desa tersebut, baik roda dua maupun lebih. Peristiwa itu terjadi pada Minggu (10/9) kemarin. Informasi ini baru saya dapat juga dari Ketua BPD Tumbang Tangoi," pungkasnya. (agg/ign)