KUALA KURUN – Sejak Juli 2016 lalu, Desa Tumbang Habaon, Kecamatan Tewah mendirikan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) berupa feri penyeberangan Habaon Hapakat.
Keberadaan feri tersebut untuk melayani masyarakat yang ingin menyeberangi Sungai Kahayan, dari Desa Tumbang Habaon menuju Desa Sandung Tambun, Kecamatan Tewah atau sebaliknya.
”Kalau dulu sebelum ada feri penyeberangan, masyarakat hanya menggunakan kelotok (peruhu mesin, Red), yang memerlukan jarak dan biaya yang cukup besar. Selain itu, jika menggunakan kelotok, otomatis kendaraan bermotor khususnya mobil tidak dapat menyeberang,” ucap Ketua BUMDes feri penyeberangan Habaon Hapakat Mumpung, Sabtu (6/1) pekan tadi.
Atas dasar itulah yang mendorong Desa Tumbang Habaon membentuk BUMDes di bidang pelayanan feri penyeberangan. Kehadirannya pun tentu saja sangat bermanfaat bagi masyarakat kedua desa, atau masyarakat umum yang ingin menyeberang di dua desa tersebut.
”Untuk pengelolaannya, dilakukan oleh sejumlah masyarakat setempat, yang beroperasi dari pagi hingga sore hari. Di hari-hari biasa, pemasukan dari feri penyeberangan tersebut mampu meraup laba Rp 100 ribu,” tuturnya.
Namun demikian, apabila sedang ramai, seperti ada acara pernikahan, maka pemasukan juga akan melonjak drastis dan pernah mencapai Rp 1 juta. Hanya saja, jika debit air Sungai Kahayan naik, maka feri tersebut tidak dapat beroperasi.
”Sekali menyeberang, kita kenakan tarif Rp 10 ribu untuk sepeda motor, Rp 50 ribu bagi mobil kosong, dan Rp 75 ribu untuk mobil yang berisi angkutan,” ujarnya.
Meski sudah beroperasi, tambah dia, namun masih ada beberapa hal yang harus dibenahi, seperti akses jalan menuju feri, serta upaya penambahan kapasitas tersebut.
”Rencananya akan kami perbesar, sehingga bisa melayani truk. Nantinya juga akan kami bicarakan dengan Kepala Desa (Kades),” tukasnya. (arm/fm)