PANGKALAN BANTENG-Benih padi jenis Inpari kini mulai digemari petani padi di Pangkalan Banteng.Selain dinilai mampu menghasilkan panen yang cukup baik, varietas baru ini lebih ramah lingkungan.
Koordinator PPL kantor BPP Pangkalan Banteng, Iswanta mengatakan, ada tiga jenis padi Inpari yang ditanam yakni inpari 30, 35 dan 42. “Untuk jenis Inpari 42 merupakan benih varietas paling baru yang ditanam oleh para petani,”ujarnya, Minggu (1/4).
Selain itu lanjutnya, padi jenis ciboga dan IR 64 juga menjadi salah satu jenis padi yang cukup digemari. Rata-rata hasil ubinan (pengukuran hasil) panen yang dilakukan oleh badan Pusat Statistik (BPS), dalam setiap hektare berkisar antara 3,5-5 ton gabah kering panen.
“Untuk pengukuran hasil panen, kita selalu mendatangkan petugas dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kobar, sehingga hasilnya bisa tercatat dan lebih independent,”katanya.
Ia lantas menjelaskan, untuk Inpari 42 merupakan varietas baru yang lebih ramah lingkungan dan mampu berproduksi tinggi. Hal itu menurutnya berdasarkan hasil uji multilokasi yang pernah dilakukan Kementan dan berpotensi menghasilkan panen lebih dari 5 ton per hektare.
Selain itu lanjut Iswanta, bibit baru ini mampu mengurangi penggunaan input seperti pestisida, pupuk kimia, dan air. Varietas padi Inpari 42 ini pengembangan dari pemerintah dan merupakan jenis Green Super Rice (GSR) ini, juga mampu berproduksi tinggi dalam kondisi sub-optimum, seperti kekeringan dan kebanjiran, dan terutama tahan hama wereng,”terangnya.
Iswanta melanjutkan, hasil lebih tinggi dimungkinkan untuk diperoleh dengan pemberian kondisi lingkungan yang lebih optimal bagi tanaman. Pada kondisi pemberian pupuk 75 persen dari dosis rekomendasi Pemupukan Hara Spesifik Lokasi (PHSL). Kemudian lanjutnya, varietas Inpari ini masih mampu menghasilkan 5,2 ton per hektare dan 6,71 ton per hektare dibandingkan Ciherang yang hanya memberikan hasil 4,7 ton hektare karena varietas tersebut didukung oleh perakaran yang dalam.
Inpari 42 Agritan GSR memiliki randemen beras tinggi (lebih dari 65 persen), dengan penampilan beras bening seperti kristal dan rasa nasi pulen yang disukai kebanyakan masyarakat Indonesia. Dan juga umur varietas tersebut lebih genjah 3-5 hari dari Ciherang. Kedua varietas tersebut bertipe malai lebat dengan posisi malai di tengah daun bendera, sehingga terhindar dari serangan burung.
”Pada ledakan wereng coklat tahun 2017 yang terjadi di Karawang, Indramayu, Cilacap, Banyumas, dan Kebumen, daya tahan varietas tersebut telah terbukti mengalahkan varietas lain yang ditanam petani,”pungkas Iswanta.(sla/gus)