PANGKALAN BANTENG- Petani karet di enam desa penghasil getah karet, yang ada di Kecamatan Pangkalan Banteng membentuk Lembaga Ekonomi Masyarakat (LEM). Lembaga ini telah berproses untuk bekerja sama dengan salah satu Perusahaan Besar Swasta (PBS) pengolahan karet, di Provinsi Kalimantan Barat.
Para petani karet tersebut antara lain berasal dari, Desa Sidomulyo, Sungai Bengkuang, Kebun Agung, Arga Mulya, Sungai Kuning dan Sungai Hijau. Pembentukan LEM dan kerja sama ini juga merupakan respon dan inovasi masyarakat atas kesulitan mereka selama ini, untuk mendapatkan harga lump (getah karet beku) yang dinilai layak.
Ketua LEM Sidomulyo, Suryanto mengatakan dalam beberapa tahun belakangan harga karet di Kabupaten Kobar makin jatuh. Bahkan sempat sangat murah dan tidak berharga. Menurutnya dengan pembentukan LEM dan kerja sama dengan perusahaan pengolah getah karet tersebut, diharapkan petani karet setempat mampu mendapatkan harga jual getah yang layak.
”Kami tidak hanya kerja sama dalam penjualan getah saja, kita juga minta pendampingan untuk menghasilkan getah yang berkualitas,”ungkapnya, Kamis (10/5) kemarin.
Suryanto menjelaskan, dengan mendapatkan harga karet mentah yang layak, maka petani karet yang ada di Pangkalan Banteng akan mampu berproduksi lebih baik. Dan yang paling penting adalah, kerja sama tersebut bisa mencegah adanya permainan harga dari para tengkulak.
”Dengan harga lebih baik, maka petani tidak akan menjual karet mereka pada tengkulak yang terkadang membeli dengan harga murah,”cetusnya.
Sementara itu, pendamping LEM Sidomulyo, Jono mengatakan bahwa mekanisme kerja sama sementara ini masih pada penjualan(pemasaran) getah karet saja. Dan tidak menutup kemungkinan, perusahaan bisa masuk saat para petani membutuhkan bantuan pada masa replanting nantinya.
”Hasil panen getah dikumpulkan di LEM, kemudian di setor ke perusahaan. Jadi akan ada standar harga yang ditentukan, sekaligus kualitas getah yang disepakati bersama,”terangnya.
Kemudian lanjut Suryanto, dengan harga jual yang layak, petani diharapkan bisa lebih berdaya dan pertanian karet di Pangkalan Banteng bisa terus berkembang.
Ditambahkannya, selama ini yang terjadi di pasaran, harga karet dipukul rata. Baik itu karet yang benar-benar bagus, mau pun karet yang kotor karena tercampur dari hasil penyadapan yang kurang bersih. Akibatnya petani menjadi malas sehingga mereka tidak lagi memikirkan kualitas karet, namun hanya konsentrasi pada berat getah karet yang mereka hasilkan. Saat ini harga karet di tengkulak berkisar antara Rp 7.000- 7.700 perkilogram. Harga tersebut tidak ada pengecualian baik karet yang bersih maupun karet yang kotor.
Diharapkannya, dengan menggandeng perusahaan maka petani karet bisa tahu standart harga saat ini.
”Kita berharap dengan kerja sama ini, petani bisa dapat harga layak. Sekaligus membuat mereka termotivasi untuk menghasilkan getah karet yang berkualitas. Karena kembali lagi seperti hukum pasar, barang bagus tentu akan dihargai mahal,”pungkas Suryanto. (sla/gus)