KOTAWARINGIN LAMA – Dai kelahiran Kotawaringin Lama (Kolam), Ustadz Gusti Dzulkifli, S.Pd.I bin H Gusti Yusran, yang saat ini menetap di Samarinda didaulat Panitia Hari Besar Islam (PHBI) Kecamatan Kolam bertausiah di pengajian umum dan Halalbihalal di Kecamatan Kolam.
Acara yang mengambil tempat di masjid Baitus Sodiqin kilometer 03 Kolam ini, menurut ketua PHBI Kolam, Gusti Kadarusman, S.Ag adalah kegiatan yang bekerja sama dengan Pemerintah Kecamatan Kolam. Selain itu juga didukung pengurus masjid Baitus Shodiqin dan didukung kaum muslimin muslima, khususunya warga kilometer 03 Kolam.
Sementara itu dalam tausiahnya, penceramah alumni MTs Najmul Huda Kolam dan Pondok Pesantren Al Falah Banjarbaru Kalimantan Selatan ini, membahas keutamaan puasa dan ibadah-ibadah lainnya di bulan Ramadan. Termasuk kesempurnan dari ibadah ini seperti mengeluarkan zakat fitrah dan salat sunat Idulfitri serta ibadah lainnya. Dirinya juga memberikan pencerahan wawasan kebangsaan tentang kebhinekaan dan Pancasila dari sudut pandang agama Islam, yang ada kaitan eratnya didalam kandungan kitab suci Alquran.
Selain itu ustadz ini meminta jangan ada pemikiran orang yang banyak menyuarakan tentang kebenaran dari sudut pandang agama dikatakan anti Pancasila. Atau sebaliknya, seseorang yang Pancasilais tidak mendukung agama dan ulama, karena di dalam Pancasila mulai dari sila pertama hingga sila kelima semuanya ada didalam Alquran.
Pria kelahiran Kolam 40 tahun silam ini juga menguraikan acara silaturahmi rangkaian dari lebaran Idulfitri yakni acara Halalbihalal, suatu acara yang hanya ada di Indonesia yang sudah menjadi tradisi setelah lebaran.
Dikatakannya pula, secara bahasa Halalbihalal memang bahasa Arab, tetapi orang Arab sendiri tidak mengenal istilah Halalbihahal. Bahkan lanjutnya, orang Arab sendiri akan kebigungan dengan penggunakan kata Halalbihalal.
“Halalbihalal adalah made in Indonesia. Halalbihalal ini orang Indonesia yang punya gawe, meski menggunakan kata bahasa Arab, tapi artinya tidak menyambung. Halal artinya boleh dan dirangkai menjadi kalimat Halalbihalal. Maka dengan boleh tidak ada onsu’annya (maknanya),” ungkap Fili, sebutan warga Kolam pada ustads ini, pada Sabtu (23/6) malam.
Namun demikian lanjutnya, isi dan makna yang terkandung dalam tradisi Halalbihalal ini sangat manfaat sekali dan sejalan dengan anjuran agama, yakni agar orang yang beriman selain menjaga dan memperbanyak hubungan dengan Allah, Hablum Minallah, maka untuk kesempurnaan ibadahnya juga menjaga hubungan baik dengan sesama hamba Allah, Hablum Minannas (hubungan dengan manusia).
“Halalbihalal sebagai media evaluasi ibadah puasa Ramadan yang baru dilewati. Dan kedua, sebagai momen untuk bersilaturahmi menghalalkan, mengiklaskan melepaskan kesalahan yang satu dengan yang lainnya, dalam suatu acara yang dihadiri banyak orang mulai dari, ulama, tokoh, pejabat hingga masyarakat dari berbagai profesi hingga warga biasa,” imbuh fili.
Selain itu lanjutnya, Halalbihalal juga sebagai media menjalin silaturahmi yang tertunda, karena satu sama lainnya tidak sempat bertemu atau bersilaturahmi di hari pertama dan kedua lebaran Idulfitri karena berbagai alasan. Seperti tidak mungkin berkunjung ke setiap rumah atau sedang bertugas, atu pun sedang mudik lebaran, sakit dan lain sebagainya.
Ditambahkannya, Halalbihalal juga sebagai syiar Islam untuk memperkuat Ukhuwah Islamiyah, ukwah watoniah dan membuktikan di Ramadan yang disebutkan sebagai bulan persaudaraan, maka diluar bulan Ramadan pun persaudaraan tetap terjaga.
Dalam Halalbihalal ini, selain dihadiri ratusan warga setempat, juga tampak hadir anggota DPRD Kobar Nasrudin dan Akhmad Subandi, perwakilan unsur Forum Komunikasi Perangkat Kecamatan Kolam, Kades Sagu Sukamulya Hasanudin, Kades Riam Durian H. Rowandi, Lurah Kohil Abdul Kadir, Ketua MUI Kolam H Idham Hadi, tokoh agama, tokoh masyarakat dan tokoh pemuda Kolam.(gst/gus)