SAMPIT – Penerapan sistem zonasi di Kota Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) nampaknya perlu ditinjau ulang. Padahal tujuan sistem tersebut agar anak dapat bersekolah tak jauh dari rumahnya masing-masing, namun tampaknya belum bisa diterapkan sesuai harapan.
Pemerhati Anak dan Perempuan Kotim, Forisni Aprilista mengatakan bahwa banyak terjadi setelah penerimaan siswa baru untuk tingkat Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP), bagi yang tidak dapat diterima di sekolah terdekat, terpaksa mendaftar di tempat lain, dan jauh dari tempat tinggalnya.
”Sistem zonasi dibuat, sebenarnya untuk memudahkan orang tua agar anak-anaknya dapat sekolah di dekat rumah. Tapi kalau dengan sistem itu justru menghambat siswa untuk dapat pendidikan, maka rasanya penerapannya perlu ditinjau ulang,”ungkapnya kepada Radar Sampit, Kamis (5/7).
Selain itu Ketua LSM Lentera Kartini ini juga mengatakan, evaluasi antarsekolah dan peningkatan koordinasi juga perlu dilakukan secara bersama-sama. Agar pada tahun depan kasus serupa tak lagi terulang lagi. Kemudian tambahnya, instansi terkait, salah satunya Dinas Pendidikan (Disdik) Kotim juga diharapkan berperan aktif dalam koordinasi tersebut.
Forisni juga mengatakan dirinya merasa tak sepakat kalau sistem yang dijalankan pemerintah itu malah menghambat proses pendidikan anak. Apalagi harus ada yang menunda pendidikan lantaran sekolah tak bisa lagi menerima murid, apapun alasannya.
Ditegaskannya, semangat anak di usia produktif tingkat SD dan SMP perlu dukungan. Sebab jika terlalu tua masuk sekolah juga kurang baik.
”Kalau memang mengharuskan, sebaiknya ada evaluasi agar jangan lagi ada anak yang kesusahan mencari sekolah. Padahal mereka cuma mau bersekolah, saya rasa kita harus mendukung semangat mereka yang benar-benar tinggi itu,” pungkas Forisni. (mir/gus)