PALANGKA RAYA – Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip, Kalimantan Tengah (Kalteng) Susana Ria Aden mengatakan pengembangan perpustakaan sekarang ini seakan bersaing dengan pertumbuhan teknologi informasi yang terbilang cukup pesat.
Kemudahan masyarakat mendapat informasi dari jejaring internet, membuat minat menjadikan buku sebagai sumber utama informasi semakin berkurang. Tentu kalau hal ini terus-terusan terjadi, maka lama-kelamaan tidak ada lagi masyarakat yang berkunjung ke perpustakaan.
“Maka dari itu, pengembangan perpustakaan ini harus diperhatikan betul-betul oleh pemerintah kabupaten dan kota, disaat sekarang mudah mendapat segala informasi dari internet,” katanya, Senin (16/7).
Ia menyebutkan, perkembangan perpustakaan saat ini bukan sekedar pelengkap struktural di sebuah instansi, tetapi sudah menjadi suatu kebutuhan yang harus dipenuhi untuk menyediakan bahan bacaan sebagai sumber pengetahuan dan sarana hiburan yang bersifat literatur.
“Era digital ini, informasi dapat diperoleh tidak saja melalui buku, namun juga internet. Untuk itu perpustakaan mempunyai peran strategis untuk berkontribusi dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat,” ucapnya.
Susana mengakui, dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi berdampak semakin banyak pilihan masyarakat untuk mendapatkan informasi. Bahkan, berbagai saluran dan media berlomba menyediakan dan menyajikan informasi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Meski informasi dari internet lebih cepat, namun perpusataan dianggap punya keunggulan dalam memberi informasi yang lebih tepat. Hal inilah yang harusnya dimaksimalkan di semua perpustakaan di Kalteng.
“Dengan beragamnya sumber informasi yang ada mendorong masyarakat untuk selektif. Dan Perpustakaan merupakan salah satu alternatif pilihan sumber informasi bagi masyarakat,” ucapnya.
Mantan Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kalteng ini menekankan, bahwa sesuai instruksi pemerintah pusat, bahwa literasi dituntut mampu menjadi salah satu indikator penting dalam pembangunan yang memiliki dampak sosial ekonomi dan membawa kesejahteraan.
“Maka dari itu, persoalan ini harus direspons dengan cepat dengan mendorong kebijakan transformasi pelayanan di semua perpustakaan,” katanya mengingatkan.
Kebijakan ini diharapkan mampu meningkatkan peran Perpustakaan dalam pembangunan sosial ekonomi. Jadi boleh dikatakan bahwa perpustakaan sekadar dianggap tempat simpan pinjam buku, jadi akan berubah dan berperan sebagai agen perubahan bagi masyarakat sekitarnya.
“Untuk itu, sinergi lintas sektor SOPD dan pihak-pihak lain seperti swasta, komunitas dan masyarakat sipil sangat dibutuhkan untuk mengembangkan perpustakaan yang berkelanjutan,” pungkasnya. (sho/fm)