KUMAI-Kesiagaan masyarakat tidak hanya terhadap kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di musim kemarau ini. Ancaman kekeringan juga patut mendapat perhatian, karena sudah mulai dirasakan sejumlah warga.
Seperti dirasakan warga RT 1 dan 2 Desa Bumi Harjo Kecamatan Kumai. Sudah lebih dari sepekan kawasan itu tak diguyur hujan. Akibatnya, sebagian besar sumur-sumur mereka kering. Warga kini menggantungkan kebutuhan airnya di sumur umum dekat embung di desa setempat.
Namun untuk mengambil air dari sumur resapan tersebut, warga setempat yang kebanyakan datang dari program transmigrasi harus antre.
“Sudah sekira seminggu ini warga kesulitan air bersih di rumahnya masing-masing dan harus mencari sumber air di kawasan desa, demi mencukupi kebutuhan air,” ujar Toink, salah seorang warga RT 1.
Keluhan masalah kekeringan itu juga viral di media sosial, dan direspon berbagai tanggapan. Kemudian, Badan penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kobar, Kodim 1014 Pangkalan Bun, hingga pimpinan DPRD Kobar turun ke lokasi kekeringan tersebut.
Atas kondisi tersebut, Ketua DPRD Kobar Triyanto menilai kondisi kekeringan yang terjadi sebenarnya tidak terlalu parah. Namun yang jadi kendala adalah lokasi pengambilan air yang kurang terawat dan sedikit menyulitkan warga.
”Masih dalam batas yang bisa dimaklumi, belum terlalu parah. Air yang diambil warga juga masih bersih dan layak konsumsi. Namun lokasinya saja yang sedikit sulit, sehingga harus antre dan jalannya juga sedikit menurun,”ujarnya usai dari lokasi, Jumat (20/7) kemarin.
Tak jauh dari lokasi sumur terdapat embung, yang menurut Triyanto sangat luas. Namun tempat yang sebenarnya mampu menjadi cadangan air itu tidak terawat. Selain banyak ditumbuhi rumput liar, secara kasat mata embung juga tampak menyempit.
”Semasa kecil saya kan pernah tinggal di sini (Bumi Harjo) jadi tahu kalau embung itu luas. Seingat saya sekitar 40 meter persegi. Karena kurang terawat jadi terlihat menyempit. Padahal saya yakin, sumur-sumur di dekat embung itu masih menyimpan air karena resapan dari embung itu,”terangnya.
Triyanto menjelaskan, untuk menangani masalah tersebut, pada Sabtu (21/7) hari ini BPBD Kobar dibantu unsur, TNI/Polri serta warga akan melakukan kerja bakti membersihkan embung dan lokasi sumur. Tujuannya agar bisa mempermudah warga dalam mengambil air.
”Tadi BPBD bilang mereka siap meminjamkan mesin penyedot air dan tendon, sehingga warga bisa lebih mudah mengambil air. Tidak perlu lagi dengan cara menimba. Dari tendon bisa langsung dengan kran-kran air,”imbuhnya.
Adanya potensi kekeringan ini juga diketahui Bupati Kobar, Hj Nurhidayah yang langsung berkoordinasi dengan camat, kades dan Kepala BPBD Kobar.
"Kami sudah dapat laporan soal warga kesulitan mendapatkan air bersih, karena sumur sudah mulai mengering. Kami sudah memerintahkan PDAM Tirta Arut untuk memberikan bantuan air bersih setiap hari. Jadi masyarakat jangan khawatir soal air. Kita siap membantu agar aktivitas masyarakat tidak terganggu,” imbuhnya, kemarin.
Sementara itu, Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stamet Iskandar Pangkalan Bun, Slamet Riyadi mengatakan pertengahan Juli ini Kabupaten Kobar sudah memasuki musim kemarau. Namun menurutnya musim kemarau tetap akan turun hujan, meski intensitasnya rendah.
”Sementara ini kemarau kita prediksi hingga akhir September, sambil menunggu update prakiraan datangnya musim hujan dari BMKG pusat,”tandasnya. (sla/rin/gus)