SAMPIT | PANGKALANBUN | PALANGKA | KOTAWARINGIN | METROPOLIS | BARITO | GUMAS | DPRD SERUYAN

SAMPIT

Jumat, 22 Maret 2019 17:11
Penyelundupan Rotan Sampit Terendus Pusat
BAHAS ROTAN: Ketua Bapemperda DPRD Kotim Dadang H Syamsu saat menerima kunjungan dari tim Kemenkeu mengkaji soal rotan di Kotim yang mana belakangan ini banyak diselundupkan.(RADAR SAMPIT)

SAMPIT - Industri rotan di Kotim lesu akibat larangan ekspor dari pemerintah pusat. Pengusaha pun membuka jalan tikus untuk menyelundupkan bahan baku rotan ini itu ke negeri tetangga. Kondisi ini mulai diendus Komite Pengawas Perpajakan. Mereka ke Sampit untuk mengkaji lebih dalam terkait potensi pajak jika keran ekspor rotan dibuka.

Sekretariat Komite Pengawas Perpajakan Kemenkeu Nur Iskandar mengatakan, sebagai langkah awal dari evaluasi kebijakan atas larangan ekspor rotan tersebut, Kemenkeu mengumpul sejumlah data dan fakta di lapangan dengan mendatangi pengusaha di daerah penghasil rotan di Sampit.

"Kami mendatangi para pengusaha rotan di daerah untuk mendapatkan masukan yang selengkap-lengkapnya tentang kebijakan atas larangan ekspor rotan," katanya.

Selain meminta masukan dari pengusaha rotan di wilayah Kabupaten Kotawaringin Timur, Kemenkeu juga mendatangi langsung sentra penghasil rotan. Melalui evaluasi tersebut diharapkan dapat diketahui apakah kebijakan tersebut sudah yang terbaik atau kedepannya masih perlu disempurnakan lagi.

Menurut Iskandar, terungkap banyaknya aksi penyelundupan rotan ke Malaysia berawal dari tangkapan Bea Cukai. Melihat masih tinggi aksi penyelundupan rotan tersebut, mereka ingin mengetahui letak permasalahan.

”Untuk itu kami ingin mengevaluasi atas larangan ekspor rotan asalan tersebut. Dari data ini nanti kita hitung berapa pendapatan dari rotan itu nanti kebijakan untuk dibuka karena ekspor rotan bisa dilakukan," tukasnya.

Dijelaskan oleh Nur Iskandar selama ini dari pengungkapan penyelundupan rotan yang beberapa kali dilakukan ada yang melewati Jawa, Tanjung Balai Karimun, dan Belawan. "Namun itu bisa jadi berasal dari Kalimantan atau bahkan dari Sampit," duganya.

Iskandar juga belum bisa memastikan apakah hasil dari evaluasi tersebut akan berujung pada revisi terhadap aturan larangan ekspor rotan atau tidak. Aturan tersebut menjadi kewenangan Kementerian Perdagangan.

"Itu bukan tugas kami, tugas kami hanya sebatas melakukan evaluasi dari penyebab terjadinya penyelundupan rotan keluar negeri," tegasnya.

Iskandar juga mengaku hasil evaluasi tersebut nantinya akan dikaji kembali, kemudian hasil kajian tersebut dilaporkan ke Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani.

"Selanjutnya menjadi tugas menteri, mungkin nantinya Menteri Keuangan bisa berkoordinasi dengan kementerian yang berkait," ucapnya.

Sementara itu, Asosiasi Pengusaha Rotan (Aspero) Kotim Dadang H Syamsu menyambut baik kedatangan tim evaluasi atas larangan ekspor rotan tersebut. Dengan hadirnya tim dari pemerintah pusat diharapkan bisa mengkaji ulang hingga merevisi kebijakan pemerintah melarang ekspor rotan.

“Harapan akhirnya dari kami asosiasi itu harus direvisi aturannya, jangan sampai menyatakan bahwa rotan ini bukan hasil budidaya. Rotan itu ditanam dan dipelihara makanya saya  sangat senang tim dari Kemenkeu tadi bisa melihat langsung ke lokasi petani rotan biar melihat bagaimana budidaya rotan ini sebenarnya,” tegas dia. 

Menurutnya, petani rotan menderita sejak lahirnya larangan ekspor.  Tidak sedikit petani yang mengganti tanaman rotan dengan tanaman sengon ataupun kelapa sawit. Itu semua karena antara harga jual dengan  modal tidak sebanding.

"Sejak pemberlakukan kebijakan larangan ekspor rotan yang tertuang dalam Permendag No. 35/2011 tentang Ketentuan Ekspor Rotan dan Produk Rotan, tepat delapan tahun lalu petani dan pengusaha rotan merugi dan membuat harga rotan terjun bebas, dan akibatnya ribuan ton rotan saat itu tidak laku dijual dan membusuk di gudang," ucapnya.

Dadang mengatakan, sejak itu juga banyak pengusaha rotan di Kotawaringin Timur yang bangkrut. Pengusaha yang berani menyelundupkan rotan dianggap petani dan pengumpul rotan sebagai malaikat penolong ala Robin Hood. Berkat keberanian merekalah harga rotan di tingkat petani mulai membaik. 

”Adanya peningkatan harga ini tidak dipungkiri karena adanya penyelundupan itu seandainya itu tidak ada mau dijual kemana rotan hasil masyarakat ini,” kata dia. (ang/yit) 


BACA JUGA

Rabu, 09 September 2015 22:17

Dishub Diminta Tambah Traffic Light

<p><strong>PALANGKA RAYA</strong> &ndash; DPRD Kota Palangka Raya menilai sejauh…
Sitemap
  • HOME
  • HOT NEWS
  • NEWS UPDATE
  • KOLOM
  • RAGAM INFO
  • INSPIRASI
  • FEATURE
  • OLAHRAGA
  • EKONOMI
Find Us
Copyright © 2016 PT Duta Prokal Multimedia | Terverifikasi Dewan Pers