SAMPIT – Teror kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) menciptakan kepanikan massal. Warga Jalan Bumi Raya I, Gang Maju Bersama, Sampit, mendadak panik,(4/9) siang. Puluhan rumah di wilayah itu bisa saja hangus apabila warga setempat tak sigap mencegah api melalap bangunan.
Bermodalkan selang dan air sumur bor, warga bahu-membahu melakukan pemadaman di bawah panasnya terik matahari. Informasinya, kejadian tersebut pertama kali diketahui Sarjianto (53), warga di sekitar lokasi kejadian. Saat itu dia mendengar suara aneh dari arah lahan warga yang rencananya akan dibangun perumahan.
”Saat itu saya lagi menguruk tanah. Tiba-tiba saja ada suara letupan (rumput yang terbakar, Red). Saat diperiksa, ternyata ada api,” kata Sarjianto.
Sarjianto langsung berupaya melakukan pemadaman menggunakan ranting pohon. Namun, usaha itu tak membuahkan hasil. Api terus meluas. ”Masih belum ada orang yang tahu kejadian itu, hanya saya sendiri saja. Api tidak bisa saya padamkan hingga merembet ke lahan lainnya,” katanya.
Sarjianto lalu memanggil warga lainnya untuk ikut melakukan pemadaman. Dia mengaku tak tahu asal api hingga bisa mendekati permukiman. ”Saya juga tidak tahu kenapa bisa terjadi kebakaran. Yang pasti, api sudah tidak bisa lagi dipadamkan,” ujarnya.
Menurutnya, tahun lalu, kebakaran lahan juga pernah terjadi di wilayah itu. Warga sempat meminta pihak kelurahan untuk menyiapkan alat pemadam kebakaran sebagai antisipasi apabila peristiwa serupa terulang. Namun, hingga sekarang belum terealisasi.
”Sampai sekarang kami tidak punya alat pemadam kebakaran. Seperti saat ini (kebakaran, Red), kami sangat kesulitan melakukan pemadaman,” kata Jailani, warga sekitar.
Sekitar pukul 12.00 WIB, api terus berkobar. Petugas pemadam kebakaran belum juga tiba di lokasi kejadian. Warga khawatir api membakar rumah mereka.
Menurut Jailani, kebakaran tidak hanya terjadi pada lahan kosong itu, melainkan sudah merambat ke perkebunan miliknya. Kebun nanas serta buah naga miliknya tak luput dari amukan si jago merah.
”Kalau kebun buah naga memang sudah tidak bisa lagi diselamatkan. Semuanya ikut terbakar. Kebun nanas saya masih bisa diselamatkan, sedangkan api masih bisa dihalau,” ujarnya.
Setelah satu jam terjadi kebakaran, satu unit tangki milik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kotim tiba di lokasi. Hingga menjelang sore, kebakaran masih terjadi. Warga tetap waspada jika sewaktu-waktu api muncul kembali.
Terpisah, Kapolsek Baamang AKP Agoes Trigonggo mengatakan, selain di Jalan Bumi Raya I, pihaknya juga menangani kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Kelurahan Tanah Mas, Kecamatan Baamang. Mereka yang tergabung bersama TNI dan petugas BPBD Kotim, berjibaku memadamkan api.
”Semua personel sudah kami kerahkan, baik melakukan pemadaman serta patroli ke lahan rawan lainnya,” kata Agoes.
Sementara itu, pantauan Radar Sampit, di Tampulihan, tepatnya perbatasan Kecamatan Baamang dengan Kecamatan Kotabesi, api juga mengamuk. Akibatnya, jarak pandang pengendara hanya sekitar 20 meter. Api semakin meluas hingga menimbulkan asap pekat dan membuat mata perih.
Kejadian itu membuat warga panik dan harus mengikhlaskan kebun nanas yang belum sempat dipanennya. ”Ada sekitar lima hektare kebun nanas yang hangus terbakar. Entah saya belum melihat karena asap begini, saya tidak bisa menghitung apakah masih ada kebun nanas yang selamat,” ujar Nur, warga Tampulihan.
Menurutnya, api sudah muncul sejak pukul 14.00 WIB. Dia terus berjaga dan khawatir api meluas dan mengenai rumah kayu miliknya. ”Dari jam dua siang tadi sudah siaga saya juga khawatir api sampai ke sini, karena saya lihat di sekitar api bahkan sudah ada yang mendekati jalan,” ujarnya.
Kepanikan juga dialami Dumung (30), warga Lampung yang tinggal di Kotabesi. Saat itu dia sedang menggarap lahan dan siaga mengamati api di seberang jalan menuju masuk Desa Terantang.
”Sudah hampir satu minggu ini saya berjaga di lahan milik saya sendiri, khawatir api sampai ke sini. Bahkan, sampai pukul 8 malam saya berjaga, karena lahan milik warga di sekitar saya ini, di samping dan di depan itu tak pernah dikunjungi, padahal rumahnya dekat Desa Tinduk. Kebakaran begini dibiarkan saja,” kata Dumung sambil menunjuk ke arah api yang masih terus hidup.
Kepala BPBD Kotim Muhamad Yusuf yang ikut melakukan pemadaman di semak belukar di lahan warga mengatakan, karhutla yang terjadi saat ini cukup banyak, bahkan hampir mengenai rumah warga.
”Hari ini (kemarin, Red) titik panas mencapai 110 titik. Itu pertanda kondisi di Kotim sangat rentan mengalami kebakaran,” kata Muhamad Yusuf.
Para petugas pemadam terus berjibaku hingga lagit gelap. Mereka terlihat lelah. Sekujur tubuh dan wajahnya kotor. Saat itu petugas memutuskan kembali ke posko, namun tiba-tiba warga datang dengan nada panik, menyebutkan ada kebakaran yang hampir mengenai perumahan Adi Karya.
Belum habis melepas lelah, sirine mobil petugas BPBD kembali bergerak dan pindah menuju titik lokasi di dekat lokasi permukiman warga di Km 8. Warga setempat terlihat sudah siaga di depan rumah masing-masing. Namun, ada beberapa rumah warga yang sepi karena tak berpenghuni.
”Saya tak tahu jam berapa apinya muncul, karena rumah saya ini jarang ditempati. Saya tinggal di Kotabesi, tadi ke sini karena ada yang mengabari rumah saya mau kebakaran,” ucap Mila, warga perumahan.
Saat itu, Yusuf juga kembali melakukan pemadaman dengan melakukan blokade agar api tak sampai mengenai rumah warga. ”Ada sekitar 20 meter diblok,” ucapnya usai melakukan proses pemadaman.
Jarak titik api dengan rumah tersebut sekitar sepuluh meter. Proses pemadaman berlangsung selama hampir satu jam. Meskipun harus beberapa kali kehabisan air, api mulai bisa dipadamkan sekitar pukul 19.30 WIB.
”Armadanya hanya ada satu, tadi saya minta untuk dikerahkan satu lagi ke sini. Kalau tidak segera ditangani, api bisa menghanguskan rumah warga,” ujarnya.
Dia juga menyesalkan warga yang hanya berdiri dan menyaksikan petugas pemadam berjuang menggempur api. ”Pemadaman ini harus dilakukan dengan kerja sama. Tidak bisa kami sendiri. Paling tidak menawarkan bantuan apa yang bisa dibantu, bukan hanya berdiri di tengah kobaran api,” ucapnya.
Menanggapi hal tersebut, salah seorang warga mengaku tak tahu harus berbuat apa. ”Saya bukan tidak peduli. Kalau saya tidak peduli, tidak mungkin saya bilang kalau ada api. Rumah saya tidak di sini, tetapi karena saya tahu perumahan di sini banyak yang sepi dan ditinggalkan penghuninya, makanya saya sampaikan, daripada terbakar,” kata salah seorang warga.
Ribuan Hektare Terbakar
Sementara itu, aparat kepolisian di Kalteng telah menangani 180 kasus. Proses penyelidikan sebanyak 154 kasus dan proses penyidikan 32 kasus, dengan jumlah tersangka 32 orang. Dari ratusan kasus itu, tidak ada yang menyangkut korporasi.
Sejauh ini, berdasarkan data Pusdalops, hingga 4 September ada 606 jumlah titik panas. Paling banyak di Kotim dengan 110 titik, Pulang Pisau 133 titik, Kobar 83 titik, Kapuas 81 titik, Sukamara 54 titik, Seruyan 47 titik, dan Palangka Raya 45 titik. Hingga 3 September, tercatat sebanyak 1.380 karhutla. Didominasi di wilayah Palangka Raya, Kotim, dan Pulang Pisau.
Luasan lahan yang terbakar mencapai 5.440,38 hektare. Paling banyak di wilayah Palangka Raya seluas 1.681,16 hektare, Kotim 971,27 hektare, Seruyan 899,4 hektare, dan Pulang Pisau 748,83 hektare. Wilayah Kalteng dinilai sangat mudah terbakar dan sulit dikendalikan.
”Kasus yang ditangani Polda Kalteng untuk karhutla sebanyak 180 kasus. Ada penindakan tahap awal, yakni melakukan police line dan lahan diawasi kepolisian agar tidak digunakan pihak-pihak tertentu,” ujar Wakapolda Kalteng Brigjend Pol Rikwanto, Rabu(4/9).
Jendral bintang satu ini menuturkan, parahnya karhutla pada 2015 lalu harusnya jadi pembelajaran bagi semua pihak agar tidak terulang kembali tahun ini.
”Kami harapkan pelajaran tersebut lebih peduli terhadap lingkungan. Saya berharap tim yang dibentuk bekerja maksimal untuk menekan pembakaran, sehingga jangan sampai menimbulkan asap yang mengganggu masyarakat,” tegasnya. (sir/hgn/daq/ign)