SAMPIT – Memori sebagian warga Sampit seolah kembali dibawa ke tahun 2015 silam, saat tragedi asap menyiksa ratusan ribu warga selama beberapa hari. Pasalnya, asap yang menyelimuti Kota Sampit, kian pekat. Jarak pandang kemarin pagi paling jauh hanya sekitar 10-20 meter. Bahkan, ada yang hanya satu sampai tiga meter.
Sebagian besar warga ramai-ramai mengunggah kondisi di sekitar lingkungannya yang dikepung asap. Komentarnya beragam. Akun Facebook Yoellyta Fajar, misalnya, mempertanyakan rumah tetangganya yang tertutup asap. Rumah tetangganya hanya berjarak sekitar sepuluh meter.
Mia Najwa, guru MTsN Sampit melalui akun Facebooknya menuliskan, ”Sekolahku pagi ini. Gelap. Asap menyelimuti”. Akun Facebook Rihardi Tinambunan mengunggah foto lingkungan rumahnya yang diselimuti asap dengan jarak pandang antara 1-3 meter.
Di beberapa lokasi, jarak pandang juga sangat pendek. Hanya satu meter. Faisal, misalnya, tak bisa melihat bangunan yang berada di seberang kantornya. ”Asapnya parah sekali. Jarak pandang hanya sekitar satu meter,” tuturnya.
Kabut asap pekat juga membuat pengendara harus ekstra hat-hati, karena jarak pandang sangat terbatas. Wawan, warga Baamang, khawatir tragedi asap 2015 terulang. Saat itu, asap pekat menyelimuti sampit hingga warna hari berubah jingga. Puluhan orang bertumbangan, pingsan karena menghirup asap terlalu banyak.
”Kalau kondisinya seperti ini, asap seperti tahun 2015 lalu bisa terulang. Di tengah kondisi begini, masih saja ada yang bakar lahan,” katanya dengan nada sedikit kesal.
Asap di Kota Sampit diproduksi dari sejumlah lahan yang terbakar di beberapa lokasi. Bahkan, sebagian berada dalam kota. Pantauan Radar Sampit, lahan kosong yang hangus di Jalan MT Haryono Barat, masih mengepulkan asap tebal, meski api sudah tak terlihat. Diduga api masih membara di lahan gambur, sehingga asap masih terus keluar.
Meski asap tebal, kegiatan belajar mengajar di sejumlah sekolah tetap berlangsung. Di SDN 6 Ketapang, misalnya, siswa terpaksa mengenakan masker untuk menghindari risiko kesehatan akibat menghirup asap.
”Untuk semntara belum ada informasi dari dinas terkait. Kalau misalnya kami disuruh meliburkan siswa, ya kami liburkan. Memang jadwal untuk masuk kelas mundur. Yang harusnya jam 7 pagi, jadi jam 8 pagi. Informasinya kemarin seperti itu,” kata Kepala SDN 6 Ketapang Samsul Budiono.
Menurutnya, belum ada instruksi meliburkan murid, sehingga pihaknya tidak berani mengambil kebijakan itu. Meski demikian, pihaknya tetap mengizinkan apabila ada orang tua yang melarang anaknya sekolah karena kabut asap.
”Aktivitas belajar masih seperti biasa. Hanya jamnya saja berkurang sekitar 30 menit,” ujarnya.
Dia melanjutkan, untuk melindungi siswa agar tidak mengalami gangguan kesehatan, pihak sekolah meniadakan aktivitas belajar mengajar di luar ruangan, seperti olahraga, senam, upacara, dan kegiatan ekstrakurikuler.
”Kalau cuaca sudah memungkinkan, baru kami mulai lagi seperti biasa,” tuturnya.
Terpisah, Kepala SDN 6 MB Hilir Sajuri mengatakan, ada toleransi bagi murid yang terlambat masuk sekolah karena faktor kabut asap pekat. ”Kami menyesuaikan situasi dan kondisi saja. Fleksibel,” katanya.
Desak Evaluasi
Wakil Ketua DPRD Kotim Muhammad Rudini mengatakan, kabut asap yang terjadi kemarin merupakan paling parah sepanjang tahun ini. Menurutnya, kabut asap itu sudah termasuk berbahaya bagi makhluk hidup.
”Kabut asap yang terjadi hari ini luar biasa. Kita bernapas serasa susah saat di jalanan dengan tingkat kepekatan yang tinggi seperti itu,” ujar Rudini.
Ketua DPD PAN Kotim tersebut mendesak Pemkab Kotim melalui Dinas Pendidikan mengevaluasi kembali kegiatan belajar mengajar di sekolah. Apalagi rata-rata sekolah di Kotim merupakan ruangan yang terbuka dengan ventilasi sekitar 30 persen di ruang kelas.
”Kalau memang kondisi ini tidak ada perubahan, saya menginginkan agar proses belajar di sekolah dievaluasi hingga diliburkan, mengingat kondisinya yang kian parah ini,” katanya.
Anggota DPRD Kotim lainnya, Dadang H Syamsu menegaskan, Dinas Pendidikan Kotim harus cepat mengambil keputusan bersama kepala daerah. ”Ini harus ada keputusan cepat. Baik untuk pelajar sekolah, pekerja kantoran, dan lainnya. Penanganan untuk hal yang luar biasa seperti ini harus dengan cara-cara luar biasa juga,” tegas Dadang.
Sementara itu, Pemkab Kotim langsung mengambil kebijakan menunda jam masuk sekolah. Bahkan, apabila asap semakin parah, sekolah akan diliburkan untuk semua jenjang pendidikan.
Bupati Kotim Supian Hadi mengatakan, pihaknya langsung menggelar rapat untuk mengambil kebijakan terkait pelajar yang diharuskan beraktivitas di pagi hari. Kebijakan itu bersifat situasional, melihat tingkat keparahan kabut asap.
”Jam masuk sekolah dimundurkan satu jam. Jika daerah yang terdampak parah, maka diliburkan. Namun, hal ini berdasarkan tingkat keparahan asap di setiap desa. Jadi, tidak berlaku untuk semua,” kata Supian, Jumat (6/9).
Disdik Kotim diminta mendata sekolah yang terdampak kabut asap parah. Sebab, dalam satu kecamatan, kemungkinan hanya beberapa desa saja yang terdampak asap parah, sehingga hanya desa itu saja yang sekolahnya diliburkan. Desa lainnya hanya penundaan jam masuk sekolah atau tetap seperti biasa.
”Kebijakan ini sifatnya melihat keadaan. Jika asap kembali menipis, aktivitas sekolah harus otomatis kembali seperti biasa. Kepala sekolah diminta memantau hal ini,” ujarnya. (yn/ang/dc/ign)