PANGKALAN BUN - Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Kelurahan Raja Seberang, Kecamatan Arut Selatan, Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar) terus terjadi. Hari ini (kemarin) telah memasuki hari ke delapan, kebakaran lahan gambut tersebut makin meluas dan kian sulit ditangani.
Satgas Karhutla, dari unsur TNI - Polri, BPBD, dan Masyarakat Peduli Api (MPA) Mendawai Seberang dan Raja Seberang terus berupaya melakukan penanganan dari darat, sementara dari udara helikopter water bombing tidak henti memuntahkan air ke titik api.
Luasnya kawasan yang terbakar dan struktur lahan gambut dalam membuat api semakin tidak terkendali dan terus menjauh dari titik awal di sekitar kawasan seberang gajah. Hari ke delapan ini api sudah berada di kilometer 12 dan terus melebar hingga ke kilometer 16 Jalan Pangkalan Bun - Kolam dengan jarak dari sumber api sekitar 4,5 kilometer.
Keterbatasan jumlah personil, alat, dan kencangnya hembusan angin menjadi kendala tersendiri, belum lagi persoalan akses dan sumber air menjadi tantangan besar bagi Satgas Karhutla.
Pantauan media ini di lokasi, hutan, dan semak belukar yang berada tepat di sisi kanan jalan arah ke Kecamatan Kotawaringin Lama itu tampak terlihat lapang hanya meninggalkan arang, abu, dan asap tebal yang masih terus keluar dari dalam tanah gambut.
Bukan hanya hutan produksi yang terbakar hebat, kebun sawit masyarakat dengan jumlah puluhan hektare tidak luput dari sasaran si jago merah. Tanaman sawit warga itu terancam mati, padahal banyak warga belum menikmati hasil dari panen.
Bukan tanpa usaha, pemilik kebun dengan alat seadanya juga sudah melakukan upaya pemadaman dengan menghalau api, namun usaha tersebut sia-sia karena api terus merangsek membakar kebun mereka.
Informasi dari lokasi kebakaran hutan di lahan gambut itu, kebakaran yang sudah terjadi sejak delapan hari itu sudah menghanguskan lahan hutan produksi seluas hampir 600 hektar.
Saat dikonfirmasi di lokasi kebakaran, Babinsa Kelurahan Raja Seberang dan Mendawai Seberang, Serda Agus Sugiarto mengatakan, saat ini skenario yang dipilih adalah hanya melokalisir api agar tidak semakin melebar.
“Keputusan itu terpaksa dipilih karena kebakaran sudah sedemikian luasnya, sementara jumlah personil terbatas,” ujarnya. Saat ini tim terbagi dibeberapa titik, untuk menghalau api agar tidak merembet. Namun ditunjang dengan panasnya cuaca dan kencangnya hembusan angin, api juga semakin sulit dipadamkan.
Ia khawatir karena lokasi yang terbakar berupa lahan gambut, maka walau dipermukaan sudah padam, namun bagian bawah gambut masih terbakar dan api terus membakar bagian bawah lapisan tebal tersebut.
“Inikan sudah habis semua terbakar, hanya menyisakan abu - abu gambut, namun jangan dikira sudah padam, bagian bawahnya masih hidup. Untuk itu kami menyisir bagian tepi ini untuk melakukan pendinginan dan penyiraman gambut agar basah hingga ke dalam,” terangnya.
Sementara itu, Andika salah seorang warga di Kelurahan Raja Seberang, hanya bisa tertunduk lesu ketika melihat dua hektare tanaman sawitnya di kilometer 16 Jalan Kolam hanya tinggal batang yang mengering dan berwarna coklat kehitaman. Puluhan batang tanaman sawit itu baru berusia 4 tahun. Ia juga belum menikmati hasil dari tanaman sawitnya, karena masih berbuah pasir.
Andika mengaku sudah semalam berada di lokasi kebakaran, ia berusaha sekuat tenaga menghalau api agar tidak merembet ke kebunnya. Namun kemarin saat ia pulang malam hari dan saat pagi mendapati kebunnya sudah habis terbakar.
“Apa mau dikata, saya belum menikmati hasilnya sudah terbakar, praktis tanaman ini kalaupun hidup sudah tidak maksimal lagi dan mungkin mati, jadi harus diganti dengan tanaman baru. Kerugian sudah puluhan juta ini,” pungkasnya. (tyo/sla)