Langkanya cairan pembersih tangan berbasis alkohol atau hand sanitizer di pasaran membuat pelajar dari SMAN 2 Sampit mencoba berinovasi membuat cairan serupa dengan melakukan penelitian menggunakan bahan dasar dari bawang dayak.
YUNI PRATIWI, Sampit
Perang melawan penyebaran virus korona tipe baru (Covid-19) juga dilakukan para pelajar di Kotim. Mereka adalah Amanda Soraya, Meutia Dwi, dan Meutia Rasida. Tiga gadis yang masih duduk di kelas X IPA 2 ini memutuskan melakukan penelitian membuat cairan pembersih tangan karena maraknya wabah virus korona.
Cairan pembersih tangan yang diburu warga sehingga menyebabkan kelangkaan itu, mendorong mereka berinovasi dengan mencampurkan ekstrak bawang Dayak dengan campuran alkohol, aquades, dan gliserin. Cairan pembersih tangan dari campuran lalu diberi nama Haswayak, akronim dari Hand Sanitizer Bawang Dayak.
Mutia Dwi mengatakan, bawang Dayak dipilih sebagai bahan campuran karena mengandung senyawa aktif flavonoid, tanin, saponin, yang dianggap efektif membunuh virus yang bisa menyebabkan flu.
”Kami membuat ini karena maraknya virus korona dan menyebabkan hand sanitizer langka dan sulit ditemukan di pasaran maka,”jelasnya.
Ketiga pelajar tersebut berharap hand sanitizer inovasi mereka bisa mencegah pertumbuhan dan perkembangan virus korona tipe baru. Bahkan diharapkan mampu membunuh virus di tangan.
Percobaan pembuatan hand sanitizer oleh para pelajar ini merupakan pertama kali dibuat. Inovasi tersebut masih terus dicoba untuk disempurnakan.
Amanda Soraya menjelaskan, proses pembuatan diawali dengan mengiris terlebih dahulu bawang Dayak untuk dijadikan ekstrak sebelum dicampur dengan bahan lainnya.
”Cara pembuatan hand sanitizer terbilang mudah. Siapa pun bisa membuatnya. Caranya, bawang Dayak yang diiris tipis dimasukkan ke dalam gelas ukur, lalu ditambah air dan diaduk. Proses ini untuk mendapatkan ekstrak dari bawang Dayak tersebut,” ujarnya.
Pada bagian lainnya disiapkan alkohol 96 persen sebanyak 80 ml, kemudian ditambah larutan gliserin sebanyak 20 ml. Kedua bahan tersebut diaduk, selanjutnya dicampurkan dengan ekstrak bawang Dayak yang sudah didiamkan selama 10 menit. Setelah tercampur, baru dipindahkan ke botol semprot. Cairan pembersih tangan pun siap digunakan.
Meutia Rasida menambahkan, banyak aktivitas manusia menggunakan tangan, mulai dari makan, minum, hingga aktivitas lainnya, seperti menyentuh benda-benda asing. Tangan merupakan menjadi media yang paling rentan sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya virus.
”Dengan adanya hand sanitizer dari bawang Dayak diharapkan bisa mencegah pertumbuhan dan perkembangan virus di tangan,” ujarnya seraya menyebut, inovasi dengan membuat hand sanitizer semprot karena praktis dan mudah dibawa kemana-mana.
Ana, guru pembimbing tiga siswi tersebut mengatakan, penelitian dari bawang Dayak untuk pembuatan hand sanitizer merupakan hal baru dan masih perlu pengujian serta penelitian lebih lanjut. Hal tersebut untuk menguji ketahanan hand sanitizer buatan itu.
”Kami masih terus menyempurnakan, apakah hand sanitizer ini bisa bertahan lama atau tidak. Kami lihat dari baunya sejak pembuatan awal hingga akhir juga dengan perubahan warna,” imbuhnya.
Dengan pembuatan hand sanitizer, pihaknya ingin menyadarkan masyarakat betapa pentingnya kebersihan. Sebagai guru pembimbing, dia mengharapkan peserta didiknya menyadari terlebih dulu betapa pentingnya kebersihan. Di samping itu, melalui penelitian tersebut juga diharapkan menumbuhkan minat mereka terhadap penelitian lainnya.
”Saya ingin menumbuhkan minat mereka dulu terhadap penelitian, bahwa penelitian itu seru. Kalau mereka sudah merasa meneliti itu seru, nanti mereka akan mempunyai minat meneliti. Jadi, segala sesuatu yang mereka lihat di lingkungan mereka akan ada motivasi untuk melakukan penelitian,” ujarnya.
Selain itu, lanjutnya, tidak membuang potensi daerah, sehingga dapat memanfaatkan apa pun potensi di daerah menjadi sesuatu yang berharga. ”Sebab, tidak ada ciptaan Tuhan di dunia ini yang sia-sia,” tandasnya. (***/ign)