SAMPIT – Arus manusia yang datang ke Kota Sampit dalam sepekan mencapai ratusan orang. Mereka tiba di Sampit melalui jalur laut dari zona merah penyebaran virus korona baru (Covid-19), yakni Surabaya, Jawa Timur. Sejumlah warga khawatir masih banyaknya orang yang masuk ke Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) berpotensi membawa virus.
Berdasarkan data PT Dharma Lautan Utama (DLU) Cabang Sampit, dalam sepekan terakhir, yakni 30 Maret – 7 April 2020, penumpang yang datang tercatat sebanyak 274 orang. Selain itu, ada sebanyak 237 penumpang yang bertolak ke Surabaya.
Tingginya arus penumpang itu memperlihatkan imbauan pemerintah untuk tak pergi maupun keluar dari zona merah wabah diabaikan sebagian warga. Surabaya merupakan salah satu pusat penyebaran wabah dengan tingkat kasus yang tinggi. Sampai kemarin, Jawa Timur menduduki peringkat tiga besar penyebaran Covid-19 dengan 194 kasus positif.
Pimpinan PT DLU Cabang Sampit Hendrik Sugiharto mengatakan, ratusan orang tersebut turun di Pelabuhan Sampit menggunakan dua kapal pada 3 dan 7 April. ”Itu berarti rata-rata jumlah penumpang yang datang dan berangkat di bawah 150 penumpang,” ujarnya.
Dia mengungkapkan, sejak April pihaknya hanya mengoperasikan satu kapal tujuan Sampit - Surabaya. ”Untuk tujuan Semarang sementara tidak ada jadwal karena kapal melaksanakan docking (proses pemindahaan kapal dari air/laut ke atas dock dengan bantuan fasilitas pendukung dok atau pengedokan, Red)," ujarnya.
Hendrik menuturkan, pihaknya telah mematuhi semua ketentuan sesuai imbauan yang dikeluarkan Kementerian Perhubungan pada 26 Maret 2020 termasuk aturan Gubernur Kalteng terkait pembatasan arus masuk orang yang datang dari luar daerah yang ditetapkan 31 Maret 2020.
”Sejak ada imbauan dari Menhub bahwa pelabuhan boleh tetap beroperasi dan DLU juga turut melaksanakan anjuran edaran yang berlaku, baik pusat dan daerah untuk antisipasi Covid-19 yang hanya memperbolehkan kapal mengangkut 50 persen dari jumlah kapasitas muat setiap keberangkatan," ujarnya.
Lebih lanjut Hendrik mengatakan, jumlah penumpang kapal laut menurun drastis dibanding sebelum wabah merebak. Di sisi lain, perusahaan perkebunan kelapa sawit yang mengeluarkan kebijakan melarang karyawannya keluar area kebun berdampak pada jumlah penumpang.
”Mulai pertengahan Maret 2020, penurunan jumlah penumpang sangat terasa. Hampir 70 persen penurunannya jika dibandingkan bulan-bulan sebelumnya,” ujar Hendrik.
Pihaknya memaklumi kondisi tersebut mengingat masa krisis pandemi yang belum berlalu. Pada situasi normal, jumlah penumpang rata-rata mencapai 250 - 350 penumpang per kapal. Kemudian, pada momen libur atau hari besar nasional, khususnya Lebaran jumlahnya bisa mencapai 650 penumpang dengan ketentuan kapasitas maksimal.
Terpisah, Kepala PT Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni) Cabang Sampit Muhamad Jabir mengatakan, jumlah penumpang yang turun menggunakan kapal Pelni dalam sepekan terakhir mencapai 93 orang. Kemudian, ada 208 orang yang berangkat.
Jabir menegaskan, pihaknya berupaya mencegah penularan Covid-19 menyebar antarpulau dengan menerapkan standar ketat pemeriksaan terhadap penumpang. Semua penumpang yang datang harus menjalani pemindaian suhu tubuh. Apabila suhu tubuhnya mencapai 38 derajat celsius, akan langsung diterapkan protokol penanganan Covid-19.
Pemeriksaan ketat itu dilakukan bersama instansi terkait, seperti Kantor Kesyahbandaran Otoritas Pelabuhan (KSOP) Sampit, PT Pelindo III Sampit, dan Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Sampit.
Lebih lanjut dia mengatakan, selama penyebaran virus korona, jumlah penumpang menurun sangat signifikan. ”Biasanya rata-rata di atas 500 per keberangkatan, sekarang hanya 200 lebih per angkutan kapal yang berangkat," ujar Jabir. Menurutnya, hal tersebut karena PT Pelni membatasi jumlah penumpang luar daerah yang masuk ke Sampit maupun sebaliknya.
Dari jalur udara, jumlah penumpang yang turun di Bandara Haji Asan Sampit belum diketahui. Manager Sriwijaya (NAM Air Grup) Tosio Urayama saat dihubungi hanya mengatakan, pihaknya masih beroperasi seperti biasa dengan membuka layanan penerbangan rute Sampit-Surabaya dan Sampit-Jakarta.
”Kami tetap beroperasi, tetapi untuk jumlah penumpang memang terjadi penurunan," kata Tosio Urayama.
Manager Wings (Lion Air Grup) Cabang Sampit Imam Fakhrurrozi mengatakan, pihaknya telah membatasi rute penerbangan ke beberapa tujuan. Sejak 31 Maret 2020, Wings Air hanya membuka satu layanan rute penerbangan tujuan Sampit - Surabaya dan sebaliknya.
”Saat ini Lion air group masih aktif beroperasi. Hanya saja, ada pembatasan penerbangan di beberapa tujuan sejak tanggal 31 Maret 2020 karena alasan operasional," ujar Imam.
Sebelumnya diberitakan, sebagian warga menyesalkan kebijakan pemerintah yang tak menutup akses darat, laut, dan udara sejak wabah itu merebak ke sejumlah daerah di Indonesia. Imbauan social distancing yang terus dikampanyekan pemerintah dinilai percuma karena arus masuk orang dari daerah episentrum wabah terus berdatangan.
”Rasanya percuma kami mengikuti imbauan pemerintah dengan tetap diam di rumah, tapi pintu masuk wilayah masih terbuka lebar. Orang terus berdatangan melalui jalur darat, laut dan udara dari daerah wabah. Kalau begini caranya, wabah itu akan terus meluas,” ujar Doni, warga Jalan HM Arsyad, Sampit, Senin (6/4).
Sejumlah pasien positif Covid-19 di Kalteng sebagian besar merupakan kasus impor alias warga yang bepergian ke zona merah, lalu kembali ke daerah. Mereka lolos pemindaian suhu tubuh di bandara maupun pelabuhan. Setelah beberapa hari beraktivitas di tengah lingkungan sosialnya, pasien tersebut mendapat gejala klinis Covid-19 dan diisolasi di rumah sakit rujukan. Belajar dari berbagai kasus itu, sebagian besar warga khawatir penyebaran Covid-19 bisa meluas. (hgn/ign)