SAMPIT – Layanan penyeberangan sungai di Dermaga Cincu Samuda- Kecamatan Pulau Hanaut kembali normal. Sebelumnya, jumlah penumpang yang hilir mudik melewati Dermaga Cincu Samuda ke Kecamatan Pulau Hanaut mengalami penurunan drastis sejak masa pandemi Covid-19.
Yuliatnadi selaku sopir kelotok mengatakan, dalam kondisi normal bisa sampai 100 penumpang per hari bersama dengan kendaraan motor yang dibawanya. Tetapi, sempat mengalami penurunan drastis di kisaran 20 penumpang per hari.
”Sejak Juni, intensitas penumpang yang menggunakan jasa penyeberangan mulai naik, sekitar 30 penumpang,” ujar Yuliatnadi saat diwawancara Radar Sampit di atas kelotok, Jumat (3/7).
Sebelum berlakunya era tatanan baru (new normal) yang ditetapkan pemerintah pusat melalui Gugus Tugas Penanganan Covid-19 pada 6 Juni, setiap penumpang yang keluar masuk dermaga wajib melakukan pemeriksaan suhu tubuh di Posko Gugus Tugas Penangananan Pencegahan Covid-19 di setiap kecamatan.
“Beberapa bulan lalu setiap penumpang yang datang dari Samuda ke Pulau Hanaut wajib diperiksa suhu tubuhnya. Tetapi, sudah beberapa minggu ini sudah enggak lagi,” ujarnya seraya menunjukkan Posko Gugus Tugas Penanganan Covid-19 yang berada tepat di Dermaga Gang Kapuk Kecamatan Pulau Hanaut saat kelotok hendak bersandar.
Jasa transportasi penyeberangan dibuka sejak pukul 07.00 WIB hingga malam hari dengan tarif Rp 10.000 per penumpang+kendaraan motor. Jika hanya mengangkut penumpang saja dikenakan tarif Rp 5.000.
“Layanan kami buka mulai pukul tujuh pagi sampai malam hari. Tetapi kami siap melayani warga 24 jam dengan sistem on call,” ujar pria yang sudah lama jadi sopir kelotok ini.
Juliatnadi menambahkan, setiap penumpang yang menggunakan jasa transportasi sebagian besar merupakan penduduk desa setempat yang bermukim di Kecamatan Pulau Hanaut.
“Penumpangnya rata-rata memang warga setempat dan pegawai desa dan kecamatan. Kalau pendatang jarang ke sini kecuali sales yang nawarin produk,” ujarnya.
Pantauan Radar Sampit, setiap penumpang rata-rata langsung membawa kendaraan roda dua yang dinaikan di atas atap kelotok. Setiap roda depan dan belakang diikat dengan tali supaya tidak jatuh ke Sungai Mentaya.
Kelotok di Dermaga Cincu cukup berbeda dari alat transportasi penyeberangan pada umumnya. Kapasitas muat hanya tujuh kendaraan roda dua bersama dengan penumpang. Arus gelombang ombak Sungai Mentaya di lintas Samuda-Pulau Hanaut cukup tinggi. Penumpang tidak akan dibuat tenang duduk ataupun berdiri. Kelotok akan berayun-ayun mengikuti arus sungai. Meski hanya membutuhkan durasi sekitar 15 menit dari Dermaga Cincu Samuda-Dermaga Gang Kapuk Pulau Hanaut, namun bagi pemula, naik angkutan kelotok cukup membuat penumpang mabuk.
“Ini arusnya tidak seberapa. Biasanya lebih kencang lagi. Kelotok rawan terbalik kalau tidak lihai mengendalikannya. Karena, area perairan Sungai Mentaya di sini sangat dekat dengan laut. Sekitar 1 jam sudah bertemu dengan laut lepas,” pungkasnya. (hgn/yit)