Setelah mencoba kedua motor tersebut dan mendapat masukan dari mekanik trail, saya memutuskan menggunakan sepeda motor Halikinnor. Rasa gugup dan takut masih berkecamuk. Namun, saya mencoba meyakinkan diri bahwa saya bisa. Ini kesempatan terakhir bisa trail bersama bupati di akhir masa jabatannya. Apalagi misi kegiatan ini mengunjungi desa di Kotim yang masih terpencil dan terisolasi.
Setelah bersiap selama 30 menit, saya mendapat pinjaman pelindung siku dari Raihansyah, untuk menghindari cedera jika terjatuh. Tepat pukul 08.00 WIB, setelah selesai berdoa, Supian langsung menggeber motornya. Tujuan pertama menuju Desa Tangka Robah, Kecamatan Mentaya Hulu.
Dari sekitar 50 orang yang menggunakan motor khusus medan sulit itu, saya di urutan tiga terakhir, bersama tim pengiring jalan dan mekanik. Tim ini untuk memastikan semua rombongan tidak mengalami kendala di jalan.
Medan yang berat langsung menghadang. Jalanan berbatu, lumpur, dan banjir jadi santapan roda-roda motor kami. Sekitar pukul 10.48 WIB, saya tiba di Desa Tangka Robah.
Pengalaman perdana saya menggeber motor trail ternyata langsung dihadapkan dengan banjir bercampur lumpur. Membuat setengah badan motor tenggelam. Jalur ini sebenarnya bukan untuk pemula. Namun, karena sudah terlanjut mencoba, saya tak bisa mundur lagi. Mustahil menyerah karena rombongan mobil sudah bergeser ke desa pertemuan berikutnya.
Dari Desa Tangka Robah, kami melanjutkan perjalanan ke Desa Pamantang, Tumbang Tilap, Tumbang Kaminting, Tanah Haluan, dan Tumbang Panyahuan.