SAMPIT | PANGKALANBUN | PALANGKA | KOTAWARINGIN | METROPOLIS | BARITO | GUMAS | DPRD SERUYAN

SAMPIT

Selasa, 01 Desember 2020 15:41
Medan Berat Jadi Tantangan, Sempat Terjatuh di Kubangan

Mengikuti Perjalanan ke Pedalaman bersama Bupati Kotim Supian Hadi (1)

SWAFOTO: Penulis bersama Bupati Kotim Supian Hadi saat berada di Desa Tumbang Tilap, Selasa (23/11).(DESI WULANDARI/RADAR SAMPIT)

Selama sepekan Bupati Kotim Supian Hadi mengunjungi sejumlah desa di pedalaman menggunakan motor trail. Perjalanan panjang dan melelahkan harus dirasakan.Medan berat jadi tantangan. Radar Sampit ikut langsung dalam rombongan itu. Berikut kisahnya.

DESI WULANDARI, Sampit

Terik matahari Sabtu (21/11) siang lalu seolah membakar kulit. Tak tahan panasnya, saya memacu kuda besi secepatnya agar segera sampai rumah. Saking cepatnya, telepon genggam yang bergetar dengan suara nyaring dalam saku sampai tak terdengar.

Setibanya di rumah, ternyata ada dua panggilan tak terjawab. Telepon itu rupanya dari Direktur Radar Sampit Siti Fauziah. Saya langsung menghubungi nomornya kembali. Di ujung telepon, Siti menanyakan posisi saya berada di mana.

”Lagi di rumah bu. Tadi lagi di jalan. Maaf, tidak terangkat teleponnya. Ada apa bu?” kata saya.

”Siap-siap, kita diajak Pak Bupati (Kotim Supian Hadi) liburan. Nanti hari Senin (23/11) dini hari kita berangkat,” ujar Siti.

Mendengar itu, saya agak bingung. Mau diajak liburan ke mana? Saat ini masih masa pandemi. Lagi ganas-ganasnya virus menginfeksi.

”Kita mau diajak liburan ke ujung Kotim. Ikut kegiatan sambang desa dengan bupati selama satu minggu,” kata Siti.

Mendengar penjelasan pimpinan, saya masih saja bingung. Tak tahu lokasi persis tujuan kami nanti. Namun, tanpa pikir panjang, saya langsung mengiyakan.

Minggu (22/11) malam, setelah menyelesaikan tugas harian di kantor, saya buru-buru pulang. Berkemas. Perjalanan sepekan membuat saya bingung lagi. Harus berapa banyak membawa pakaian?

Sekitar pukul 04.03, Senin (23/11), Siti mengirim pesan singkat. Menyampaikan bahwa dia siap berangkat. Setengah jam kemudian, saya langsung meluncur menjemput Siti yang akrab disapa Ifau itu. Selain Ifau, saya juga harus menjemput Raihansyah, aparatur sipil negara (ASN) yang bertugas di Setda Kotim. Dia juga ikut ”bertualang” bersama kami.

Sekitar satu jam perjalanan, kami berhenti di Desa Cempaka Mulai Barat. Persisnya di samping Puskesmas Cempaga. Saya bersama rombongan mobil lainnya yang mengangkut motor trail, berhenti untuk sarapan. Mengisi perut yang masih keroncongan.

Saya memilih nasi kuning dengan ikan gabus sebagai santapan pagi untuk modal perjalanan ke Kecamatan Parenggean. Wilayah itu merupakan start awal perjalanan ”Sambang Lewu” (menyambangi desa, Red) yang dilakukan Bupati Kotim Supian Hadi menggunakan sepeda motor trail.

Setelah dua jam perjalanan, kami sampai di Desa Mekar Jaya, Kecamatan Parenggean. Sang Bupati terlihat sudah siap dengan pakaian khas pengendara motor trail. Bercorak merah, putih, hitam, lengkap dengan topi. Dia memanggil kami yang baru datang.

”Des, ayo ikut trail. Saya sudah siapkan motor buat kamu,” ujar Supian Hadi, menyapa saya yang baru turun dari mobil.

Saya berusaha menolak dengan beribu alasan. Mulai dari tidak ada helm, sepatu, sampai tak berani dengan medan yang sulit di wilayah utara. Namun, Supian tak menghiraukan alasan saya. Dia malah meminta rekannya menyiapkan sepada motor yang seukuran dengan tinggi badan saya.

Dia lalu meminjam helm dan sepatu dengan Camat Parenggean, Siyono, khusus untuk saya. Semua fasilitas yang sudah disiapkan itu, membuat pertahanan saya bobol. Saya tak mampu lagi menolak ajakan orang nomor satu di Kotim ini.

Rasa gugup langsung menyergap begitu saya mencoba dua motor yang disiapkan. Satu motor milik Kepala Dinas PUPR Machmoer. Satu motor lagi milik mantan Sekda Kotim Halikinnor.

Setelah mencoba kedua motor tersebut dan mendapat masukan dari mekanik trail, saya memutuskan menggunakan sepeda motor Halikinnor. Rasa gugup dan takut masih berkecamuk. Namun, saya mencoba meyakinkan diri bahwa saya bisa. Ini kesempatan terakhir bisa trail bersama bupati di akhir masa jabatannya. Apalagi misi kegiatan ini mengunjungi desa di Kotim yang masih terpencil dan terisolasi.

Setelah bersiap selama 30 menit, saya mendapat pinjaman pelindung siku dari Raihansyah, untuk menghindari cedera jika terjatuh. Tepat pukul 08.00 WIB, setelah selesai berdoa, Supian langsung menggeber motornya. Tujuan pertama menuju Desa Tangka Robah, Kecamatan Mentaya Hulu.

Dari sekitar 50 orang yang menggunakan motor khusus medan sulit itu, saya di urutan tiga terakhir, bersama tim pengiring jalan dan mekanik. Tim ini untuk memastikan semua rombongan tidak mengalami kendala di jalan.

Medan yang berat langsung menghadang. Jalanan berbatu, lumpur, dan banjir jadi santapan roda-roda motor kami. Sekitar pukul 10.48 WIB, saya tiba di Desa Tangka Robah.

Pengalaman perdana saya menggeber motor trail ternyata langsung dihadapkan dengan banjir bercampur lumpur. Membuat setengah badan motor tenggelam. Jalur ini sebenarnya bukan untuk pemula. Namun, karena sudah terlanjut mencoba, saya tak bisa mundur lagi. Mustahil menyerah karena rombongan mobil sudah bergeser ke desa pertemuan berikutnya.

Dari Desa Tangka Robah, kami melanjutkan perjalanan ke Desa Pamantang, Tumbang Tilap, Tumbang Kaminting, Tanah Haluan, dan Tumbang Panyahuan.

Saya tidak tahu persis berapa kilometer kami menempuh perjalanan tersebut. Yang pasti, saya sampai di Desa Tumbang Panyahuan sekitar pukul 17.15 WIB. Sekitar sembilan jam saya dan rombongan bertarung dengan medan berat dan penatnya badan.

Selama perjalanan dari Desa Tangka Robah menuju Tumbang Penyahuan, tercatat dua kali saya jatuh dari sepeda motor. Pertama jatuh saat ingin singgah. Kedua saat melintasi kubangan lumpur yang membuat saya dan motor tercebur.

Sepanjang perjalananan, saya sebenarnya cukup menikmati pemandangan, meski sambil diliputi rasa takut. Namun, saya berusaha menyemangati diri kalau saya bisa melalui tantangan itu.

Di Tumbang Penyahuan, saya akhirnya memutuskan menyudahi ikut bersepeda motor. Sebab, tujuan berikutnya, tempat kami menginap di wilayah perkebunan kelapa sawit, memakan waktu sekitar dua jam perjalanan.

Saya tak berani menggeber motor malam hari melintasi hutan. Ditambah hujan dan kondisi jalan berbukit, jurang, dan licin. Sebagai pemula, dihadapkan pada tantangan itu, sama saya bertaruh nyawa. Saya juga tak mau menyulitkan tim untuk menggiring saya.

Dari puluhan pengendara trail, saya satu-satunya perempuan yang ikut. Meski awalnya takut, saya pikir ini kesempatan yang baik untuk bisa merasakan langsung ikut dalam rombongan trail.

Saya merasakan langsung bagaimana perjuangan Supian untuk bisa sampai di desa terpelosok di Kotim. Berbagai cara dilakukan agar bisa sampai di desa terpencil itu. Supian mengaku ingin bertemu masyarakat sambil memetakan jalan dan menghitung jarak tempuh agar dapat membangun jalan antardesa.

Antusiasme masyarakat saat Sang Bupati mengunjungi desa mereka sangat tinggi sekali. Sebab, beberapa desa ada yang belum pernah dikunjungi pemimpinnya sendiri. Turun langsung ke pedalaman dan ikut dalam perjuangan menempuh perjalanannya, membuat saya bisa merasakan kesulitan masyarakat di setiap desa yang kami lewati.

Harapan mereka pada Bupati dan Pemerintah tak muluk. Mereka hanya ingin akses jalan yang nyaman antardesa, sehingga pembangunan lainnya bisa terwujud, seperti listrik, dan jaringan telekomunikasi. (bersambung/ign)


BACA JUGA

Rabu, 09 September 2015 22:17

Dishub Diminta Tambah Traffic Light

<p><strong>PALANGKA RAYA</strong> &ndash; DPRD Kota Palangka Raya menilai sejauh…

Sitemap
  • HOME
  • HOT NEWS
  • NEWS UPDATE
  • KOLOM
  • RAGAM INFO
  • INSPIRASI
  • FEATURE
  • OLAHRAGA
  • EKONOMI
Find Us
Copyright © 2016 PT Duta Prokal Multimedia | Terverifikasi Dewan Pers