SAMPIT - Petani bawang di Kotawaringin Timur memerlukan pelatihan khusus. Para petani sudah mulai membudidayakan bawang merah sejak 2017, namun hasilnya belum maksimal.
"Petani di Kotim memerlukan pelatihan khusus untuk mengembangkan budidaya tanaman bawang merah dan itu wajib didampingi oleh petugas yang memang benar-benar mengerti bagaimana budidaya bawang merah," ungkap Kepala Bidang Hortikultura Dinas Pertanian Kotim Fuji Rahmadi.
Menurutnya, petani bawang merah harus memiliki keahlian khusus. Bawang merah biasanya tumbuh di tanah yang kualitasnya benar-benar baik. Sementara kadar keasaman tanah di Kotim cukup tinggi sehingga membutuhkan perlakuan khusus.
Fuji menilai, petani Kotim belum memiliki keahlian untuk menangani hal itu, meskipun dalam beberapa kali percobaan budidaya bawang merah pernah mendapatkan keberhasilan hingga 60 persen.
"Petugas dan penyuluh yang mengerti penanganan bawang merah belum ada, jadi kesulitannya itu. Di lapangan tidak ada pendampingnya," terangnya.
Dirinya menambahkan, tahun 2022 lalu program kampung bawang seluas 10 hektare di Desa Tangar Kecamatan Mentaya Hulu gagal total akibat dari cuaca ekstrem.
"Pada awal pertanaman bagus, memasuki fase 35 hari berubah hujan hampir satu hari satu malam dan intensitas itu sampai tiga-empat hari. Setelah hujan yang cukup lama itu daunnya menguning dan satu hamparan itu mati. Tadinya mau dicoba lagi, tetapi kemarin ditunggu-tunggu sampai Desember, distribusi dari pusat untuk benih maupun umbi belum ada," terangnya.
Meskipun demikian, pihaknya masih terus berupaya untuk melakukan budidaya bawang merah. Bahkan diakuinya motivasi belajar petani di Kotim sangat tinggi.
Pihaknya juga sudah mengajukan permintaan ke pusat, baik itu nantinya berupa benih ataupun umbi pihaknya siap menerima.
"Petani juga dengan senang hati untuk menanam. Saat ini sarana produksi pertanian sudah cukup memadai, tinggal menunggu distribusi benih atau umbi dari pusat," tutupnya. (yn/yit)