SAMPIT | PANGKALANBUN | PALANGKA | KOTAWARINGIN | METROPOLIS | BARITO | GUMAS | DPRD SERUYAN

SAMPIT

Sabtu, 06 Mei 2017 17:00
Magnet Pelancong, Pendaki Taati Larangan Adat

Berkunjung ke Tumbang Habangoi yang Berpredikat Desa Konservasi

MENANAM: Bupati Katingan Ahmad Yantenglie menyerahkan bantuan bibit buah-buahan kepada Kepala Desa Tumbang Habangoi Yusup Roni Hunjun Huke (kiri).(IST/RADAR SAMPIT)

Penghuninya tak lebih dari 200 kepala keluarga. Luasnya yang terbesar di Katingan; 175 ribu hektare. Sejak 2015 menjadi Desa Konservasi. Melejit dan menjadi magnet para pelancong.

ANGGRA DWINIVO, Tumbang Habangoi

Banyak pendaki lokal dan mancanegara yang tergoda menaklukan rimbunnya hutan perawan di desa di kawasan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (TNBBBR) itu. Pasalnya, Tumbang Habangoi merupakan rute terdekat menuju puncak bukit berketinggian 2.278 meter di atas permukaan laut (mdpl). Hanya perlu lima atau enam hari perjalanan pulang-pergi pendakian.

Dibanding rute lain, jalur ini terhitung cepat. Jika melalui jalur Kalimantan Timur dan Kalimantan Barat, bisa memakan 20 hari pulang-pergi pendakian dengan biaya Rp 13 juta per kepala.

Animo pendaki makin menjadi setelah Bukit Raya ditetapkan sebagai seven summit of Indonesia atau tujuh puncak tertinggi di Indonesia. Biasanya, Bukit Raya adalah tujuan terakhir setelah Cartensz Pyramid di Papua, Kerinci di Sumatera Barat, Rinjani di Nusa Tenggara Barat, Semeru di Jawa Timur, Jatimojong di Sulawesi Selatan, dan Binaiya di Maluku.

Pendaki sadar bahwa Bukit Raya bukanlah puncak yang mudah ditaklukan. Kadar oksigen di Bukit Raya bukanlah ancaman, namun lebih kepada beratnya medan yang harus dilalui. Pasalnya, di sana hampir tidak ada jalur pendakian sama sekali, hingga dipersulit dengan rapatnya pepohonan khas hutan hujan.

Kendati lebih menguntungkan dari sisi waktu dan pembiayaan, namun jalan menuju Desa Tumbang Habangoi tak semudah yang dikira. Setidaknya membutuhkan waktu sekitar lima sampai enam jam perjalanan darat dari Kasongan melalui jalan poros utara. Dua jam perjalanan awal, disarankan menggunakan kendaraan roda empat dengan penggerak roda ganda.

Medan yang dilalui cukup ekstrim. Banyak perbukitan terjal. Batu-batu berukuran besar timbul di sejumlah badan jalan. Celakanya, itu merupakan jalur hilir mudiknya truk-truk pengangkut gelondongan kayu. Diameternya mencapai tiga sampai enam meter, dengan panjang hingga puluhan meter.

Lajur itu pun mengikuti aturannya tersendiri, menyesuaikan panjang dan pendeknya tikungan. Dimaksudkan agar muatan kayu sepanjang puluhan meter tersebut, tidak tersenggol tebing bukit yang disulap menjadi jalan. Pengendara wajib menaati aturan jika tak ingin celaka.

---------- SPLIT TEXT ----------

Sejak dibuka untuk memenuhi akses di empat kecamatan di bagian utara, sudah banyak pengguna jalan yang bernasib tragis. Rata-rata pengemudi truk logging sebenarnya lebih memilih melambat bahkan stop ketika mengetahui adanya kendaraan yang melintas di dekatnya. Namun keputusan itu hanya berlaku di jalan lurus dan datar.

Ceritanya akan berbeda, saat truk sedang berada di lintasan tanjakkan maupun turunan. Beratnya muatan memaksa truk melaju dengan kencang. Sebaliknya ketika sedang menuruni bukit, truk biasanya tidak bakal menginjak pedal rem, meskipun di hadapannya ada kendaraan atau masyarakat yang melintas. Sebab, jalan hanya berupa tanah kuning, sehingga ban truk akan mudah slip dan upaya pengereman akan percuma. Khususnya ketika kondisi jalan sedang basah.

Selain itu, minimnya jarak pandang pengendara menjadi faktor penentu. Faktor lainnya, yaitu lebatnya pepohonan, debu, dan kondisi cuaca kurang mendukung. Parahnya lagi, jalur berbahaya itu mengintai di sepanjang perjalanan menuju Tumbang Habangoi.

Sesampainya di desa mayoritas suku Dayak Ot Danum itu, hanya terlihat sejumlah fasilitas pemerintah. Mulai sekolah dasar, sekolah menengah pertama satu atap, Puskesmas Pembantu, dan Balai Basarah atau tempat ibadah bagi umat Hindu Kaharingan.

Jangan membayangkan bahwa masyarakat di sana masih hidup primitif. Tidak sedikit yang sudah mempunyai kendaraan roda empat dan roda dua. Rumah-rumah penduduk juga sudah memiliki jaringan listriknya masing-masing, kendati hanya hidup di malam hari. Keberadaan listrik desa itu cukup untuk mengikuti perkembangan berbagai informasi di televisi.

Selain itu, masyarakat juga sudah menggunakan telepon genggam. Kendati hingga saat ini, belum ada satupun sinyal operator yang masuk ke desa mereka. Yang paling mengagumkan yaitu fasilitas jaringan air bersih. Mereka tidak menggunakan mesin pompa atau sumur galian, namun langsung disalurkan ke rumah-rumah penduduk dari atas bukit yang berada di seberang sungai.

Praktis, melimpahnya sumber air tak menjadi soal bagi masyarakat di sana. Airnya jernih, dingin, dan tentunya aman dikonsumsi langsung. Beberapa tahun lalu, masyarakat bergotong royong membuat bangunan layaknya bendungan untuk menampung air. Dengan menerapkan teori gravitasi, air dengan mudah mengalir melalui pipa meskipun harus menyeberangi sungai.

Kemudian mereka mendatangkan mesin generator set (genset) bertenaga besar untuk memenuhi kebutuhan listrik satu desa. Namun, kearifan masyarakat lokal di sana tetap terjaga. Pemerintah desa dan masyarakatnya sudah sepakat tidak merusak sungai, hutan, dan lingkungan alamnya. Contohnya tidak memperkenankan menjala, meracun, dan menyentrum ikan. Lalu melarang keras aktivitas penambangan emas tanpa izin (PETI) di sepanjang sungai. Bahkan mendukung upaya pemerintah untuk tidak membuka lahan tanpa bakar.

Informasi itu didapat Radar Sampit saat berkunjung ke rumah Yusup Roni Hunjun Huke. Ya, dia menjabat kepala desa sejak 2014 lalu. Putra asli Desa Tumbang Habangoi itu juga lebih dikenal sebagai aktivis muda Katingan saat kuliah di Palangka Raya.

Bermodal ilmu, jiwa kepemimpinan, luwes, semangat, dan diiringi doa, dirinya seketika dipercaya masyarakat menjadi kepala desa. Melalui pemikiran dan kebijakan strategis pemuda ini, secara perlahan Desa Tumbang Habangoi mulai dikenal dan tidak sedikit program pemerintah yang mengucur langsung ke desa di ujung DAS Samba tersebut.

Bahkan, Yusup pernah membujuk Gubernur Kalteng Sugianto Sabran untuk mampir ke desa tersebut. Sekaligus merasakan sensasi mendaki Bukit Raya, serta menyaksikan kekayaan flora dan fauna khas hutan di jantung Kalimantan tersebut. Tak disangka, ternyata usulannya tersebut diamini orang nomor satu di Bumi Tambun Bungai.

Rencananya Agustus mendatang rombongan gubernur akan berkunjung ke Desa Konservasi tersebut. Sebelumnya, Bupati Katingan Ahmad Yantenglie sukses mendaki puncak Bukit Raya sebanyak dua kali. Jikapun pada saatnya nanti Sugianto Sabran benar-benar melakukan pendakian, maka dirinya akan menjadi gubernur kedua setelah Gubernur Kalteng pertama, almarhum Tjilik Riwut.

---------- SPLIT TEXT ----------

Dirinya sadar bahwa Desa Tumbang Habangoi mempunyai potensi alam yang sangat luar biasa. Namun, mayoritas kondisi perekonomian masyarakatnya masih belum sepenuhnya sejahtera. Oleh karena itu, Yusup mulai memberikan pemahaman kepada masyarakat, agar tidak alergi terhadap kedatangan tamu dari luar daerah, baik pemerintah maupun pelancong/pendaki. Kekayaan alam itu, sedikit demi sedikit coba dikonversikan menjadi sumber penghasilan, seperti menjadi pemandu, porter, menjual aneka kerajinan tangan, maupun menyediakan kebutuhan perut para pendaki.      

Katanya, calon pendaki Bukit Raya diwajibkan menaati setiap aturan dan larangan adat setempat. Pasalnya, bagi masyarakat yang bermukim di sekitar kawasan Pegunungan Muller-Schwaner atau suku Dayak Ot Danum (hulu sungai), Bukit Raya merupakan tempat suci yang mempunyai makna dan tonggak sejarah Dayak yang sangat sakral.

Aturannya, setiap rombongan pendaki yang beranggotakan maksimal tujuh orang wajib melaksanakan ritual adat dengan syarat mengorbankan seekor ayam. Khusus bagi rombongan di atas itu, maka tumbal sapi maupun babi menjadi syarat utamanya. Ritual adat dengan korban hewan ternak dapat dimaknai sebagai tanda permohonan izin kepada para makhluk halus atau penunggu Bukit Raya agar pendaki selalu diberikan kesehatan maupun keselamatan. 

Tidak sedikit pendaki yang tidak sanggup baik secara mental maupun fisik. Baik karena faktor kelelahan ataupun mendapat gangguan makhluk tak kasat mata. Kemudian selama perjalanan menembus rimba di jantung Kalimantan itu, para pendaki tidak diperbolehkan berkata kotor (sumpah serapah), menghujat, berprilaku tidak sopan, bahkan mengotori/merusak alam. Di samping itu, diminta untuk segera mengurungkan niat melanjutkan pendakian, apabila ada anggota rombongan yang mendapat mimpi atau gangguan dari makhluk tak kasat mata. (agg/dwi)

 

 


BACA JUGA

Selasa, 13 Mei 2025 13:14

Proses SPMB Harus Gratis dan Transparan

SAMPIT — Dinas Pendidikan Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) menegaskan komitmennya…

Selasa, 13 Mei 2025 13:14

Koordinasi dengan Kemensos untuk Perbaikan Data Warga Miskin

SAMPIT— Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim)  berupaya memutakhirkan data warga…

Selasa, 13 Mei 2025 13:13

Tingkatkan Pelayanan Lewat Sharing Season RPAM

SAMPIT — PDAM Kotawaringin Timur (Kotim) terus berkomitmen meningkatkan kualitas layanan…

Selasa, 13 Mei 2025 13:13

Banjir Rob Ancam Teluk Sampit

SAMPIT — Ancaman banjir rob kembali mengintai wilayah pesisir Kabupaten…

Jumat, 09 Mei 2025 17:38

Apresiasi Panen Bioflok untuk Ketahanan Pangan

SAMPIT – Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) menyambut baik upaya…

Jumat, 09 Mei 2025 17:36

Dinkes Kotim Siagakan Obat dan Layanan Kesehatan Hadapi Penyakit Musiman

SAMPIT – Dinas Kesehatan Kabupaten Kotawaringin Timur (Dinkes Kotim) meningkatkan…

Jumat, 09 Mei 2025 17:35

Prioritaskan Jemaah Lansia, Pemberangkatan Calon Haji Kotim Lewat Udara

SAMPIT – Sebanyak 218 calon haji asal Kotawaringin Timur (Kotim)…

Jumat, 09 Mei 2025 17:25

Pabrik Pakan Ikan Beroperasi, Harga Lebih Murah

SAMPIT - Pabrik pakan ikan milik Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur…

Jumat, 09 Mei 2025 17:23

Kader PKK Miliki Peran Mulia

SAMPIT — Bupati Kotawaringin Timur (Kotim) Halikinnor menegaskan pentingnya peran…

Jumat, 09 Mei 2025 17:23

Dharma Santi Momentum Pererat Kerukunan dan Persaudaraan

SAMPIT — Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) mendorong generasi muda…

Sitemap
  • HOME
  • HOT NEWS
  • NEWS UPDATE
  • KOLOM
  • RAGAM INFO
  • INSPIRASI
  • FEATURE
  • OLAHRAGA
  • EKONOMI
Find Us
Copyright © 2016 PT Duta Prokal Multimedia | Terverifikasi Dewan Pers