PANGKALAN BUN – Duka menyelimuti Lina (27), warga Kecamatan Kumai. Dua dari tiga bayi kembar yang baru dilahirkan meninggal dunia. Satu-satunya bayi yang selamat kini dalam dalam perawatan intensif di Rumah Sakit Sultan Imanuddin (RSSI) Pangkalan Bun.
Lina tidak pernah membayangkan bakal mempunyai anak kembar tiga. Sejak mengandung, memang tampak berbeda dengan ibu-ibu pada umumnya. Perutnya lebih besar.
Saat usia kandungan memasuki minggu ke-20, dia sering mengalami kelelahan. Saat minggu ke-24 atau usia kandungan sudah enam bulan, dia dilarikan ke RSSI Pangkalan Bun karena sering sakit dan kontraksi.
Lina disarankan istirahat total dan mendapatkan perawatan intensif dari dokter. Dia tidak boleh banyak gerak. Asupan gizi harus terpenuhi karena bayi yang dikandung ada tiga.
Kepala Ruang Bengkirai RSSI Pangkalan Bun Surati mengatakan, sebelum melahirkan secara prematur, Lina sudah dirawat di RSSI Pangkalan Bun. Namun dia meminta pulang, karena takut biaya tinggi.
Lina sudah disarankan dirawat di rumah sakit sampai melahirkan pada usia kandungan sembilan bulan. Karena kandungan sangat rentan jika banyak gerak.
"Namun setelah dirawat keadaan mulai membaik. Bu Lina memutuskan untuk pulang. Padahal kami menyarankan agar tetap di rumah sakit supaya bisa diawasi secara maksimal," kata Surati.
Bahkan pihak rumah sakit juga menjelaskan bahwa biaya ditanggung oleh pemerintah melalui program jaminan persalinan (Jampersal).
"Jika tetap di rumah sakit, kita akan perhatikan soal asupan gizi bagi ibu dan bayi yang di kandungnya. Sudah beberapa kali pengalaman kita menangani ibu yang mengandung bayi kembar tiga. Dari usia tujuh bulan sampai melahirkan itu dirawat khusus di RSSI," jelasnya.
Akhirnya Lina meminta pulang dan pihak rumah sakit tidak bisa berbuat banyak. "Setelah pulang dari rumah sakit. Akhirnya kekhawatiran kami terjadi, pada Sabtu (22/7) atau tiga hari setelah pulang dari rumah sakit, melahirkan secara prematur. Satu bayi perempuan selamat dan dua bayi laki-laki meninggal," jelasnya.
Satu bayi yang masih selamat ini beratnya kurang lebih satu kilogram dan masih dalam perawatan intensif. Begitu juga dengan ibu bayi yang harus mendapatkan perawatan usai melahirkan.
Lina tampak masih sedih karena dua bayinya tidak terselamatkan. Bahkan saat disambangi Ketua TP PKK Kobar Mina Irawati Ahmadi Riansyah, dia juga masih terlihat lemas.
"Saya kira anak saya cuma satu. Tapi ternyata bayinya kembar tiga," kata Lina.
Saat memasuki usia 24 minggu, kandunganya memang bermasalah sehingga dibawa ke Rumah Sakit, namun disarankan agar tetap dirawat sampai melahirkan dengan usia yang cukup. "Tapi saya berpikir bakal banyak biaya yang harus kami bayar. Sementara kami orang tidak mampu," terangnya.
Mengenai program Jampersal tidak diketahui secara detail. "Akhirnya saya memilih pulang dan saat itu kontraksi dan melahirkan," terangnya.
Ketua TP PKK Kobar Mina Irawati Ahmadi Riansyah mengaku prihatin terhadap Lina. "Rumah sakit sudah menyarankan untuk dirawat, tetapi karena masalah biaya, Bu Lina memilih pulang dan melahirkan di rumah," kata Mina.
TP PKK Kobar akan menyosialisasikan pencegahan angka kematian ibu dan bayi. "Kami juga harapkan masyarakat Kobar terutama bagi ibu yang sedang hamil jangan mengkhawatirkan biaya persalinan karena ada program Jampersal," jelasnya.
Kader posyandu diharapkan berperan melakukan pemantauan dan mendata ibu hamil di wilayahnya dan mengajak ibu hamil untuk rutin melakukan pemeriksaan kesehatan. Jika ada gangguan kehamilannya bisa ditindak lebih awal.
Mina meminta agar PKK Kobar lebih keras lagi dalam menyosialisasikan pencegahan kematian pada ibu hamil dan melahirkan karena angka kematian ibu dan bayi. (rin/yit)