PALANGKA RAYA - Penutupan even lomba menulis cerita rakyat Kalteng khusus bagi guru dan tenaga pendidik yang dilaksanakan oleh SKH Radar Sampit biro Palangka Raya bekerjasama dengan Komunitas Lembaga Literasi Dayak (LLD) Kalteng dan disokong para sponsorship telah berakhir.
Deliane Middil Ranggan, tenaga pendidik di SMAN 4 Palangka Raya akhirnya memboyong piala juara pertama dengan karyanya yang berjudul Putri Busu dan Nyai Ambun. Piala selanjutnya dibawa Wiwin Ria hati sebagai juara ke II dengan karyanya Surat Wulu Wurung Jue dari SDN 3 Buntok Barito Selatan, kemudian juara ke III diraih oleh Anwidur dengan judul Kuluk Keang dari SMAN 1 Palangka Raya, dan 20 peserta favorit lainnya.
Masing masing pemenang mendapatkan uang pembinaan juara I Rp 7.500.000, juara II Rp 5.000.000, juara III Rp 2.500.000 dan kemudian 20 orang juara favorit masing-masing mendapatkan Rp 1.000.000.
“Kami ucapkan selamat kepada para pemenang lomba pada kegiatan ini, terus berkarya. Kami berharap kegiatan seperti ini dapat memberikan dampak positif bagi kalteng, dengan mengajak guru-guru untuk giat menulis,” ungkap Arjoni, Ketua Panitia yang juga menjabat sebagai Kepala Radar sampit biro Radar Palangka, Kamis (24/8).
Kegiatan yang diadakan pada malam hari di Kafe Rahan Untung pada Kamis (24/8) berlangsung cukup meriah. Dalam kegiatan tersebut juga langsung hadir ketua Komunitas LLD Kalteng H Mugeni, yang saat ini menduduki jabatan sebagai Plt Sekda Kalteng.
Kemudian anggota DPRD RI yang dikenal dengan Gema Pantun-nya Rahmat Nasution Hamka, turut hadir juga Ketua PGRI Kalteng Suriansyah Murhani dan juga Direktur PT. Jamkrida Kalteng Suhartono dan Perwakilan Dinas PU Provinsi Kalteng, beserta peserta pemenang lomba yang mana merupakan guru dan tenaga pendidik yang ada di Kalteng.
“Ini bukanlah akhir dari penulisan, ini harus ditingkatkan. Kalau bukan kita siapa lagi, sebab kita memiliki banyak carita dari berbagai daerah di kalteng namun jarang diangkat. Dengan menulis saya yakin cerita rakyat ataupun legenda tersebut tidak akan hilang dimakan jaman,” harap Mugeni.
Dirinya melihat kondisi saat yang memerlukan tangan kreatif dan ulet para penulis dalam mempertahankan cerita rakyat Kalteng. Tidak hanya itu dirinya juga berharap para guru-guru harus aktif dalam menulis cerita rakyat. Sampai saat ini masih cerita dari luar daerah yang selalu dikenal sedangkan daerah sendiri kurang dikenal. Padahal jika diangkat sangat banyak dan berpotensi untuk dilestarikan. (rm-80/vin)