PANGKALAN BUN – Kasus pembunuhan terhadap bidan Desa Penyombaan, Kecamatan Arut Utara (Aruta), Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar), Dinie Prasetyani (27) dipicu oleh rasa cemburu. ASP gelap mata setelah Dinie menyudahi hubungan asmara dengannya.
"Karena korban akan memutuskan cintanya dengan alasan orang tua korban melarang hubungan mereka," ungkap Wakapolres Kobar Kompol Dhovan Oktavianto kemarin (18/9).
Terduga pelaku pembunuhan bidan, ASP, diringkus di Kabupaten Sintang, Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar), Minggu (17/9) sekitar pukul 03.00 WIB. Kini ASP telah sampai di Polres Kobar dan masih dalam tahap pemeriksaan oleh anggota Polres Kobar.
"Sementara kami masih ada kunjungan dari Kapolda. Sementara masih dalam proses pemeriksaan, nanti akan kita sampaikan perkembangan lebih lanjut dari hasil pemeriksaan," pungkasnya.
Sementara kerangka manusia yang diyakini adalah Dinie Prasetya (27) masih tersimpan di kamar jenazah, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sultan Imanuddin Pangkalan Bun. Walaupun ASP mengakui telah membunuh Dinie, serta keluarga korban mengenali barang bukti kalung yang ditemukan di TKP, hingga saat ini kerangka belum diambil pihak keluarga.
Kepala Ruang Unit Pemulasaran RSUD Sultan Imanuddin, Sukardi, menyampaikan, belum ada kejelasan kapan tengkorak tersebut akan diambil untuk kemudian dimakamkan.
"Masih ada di sini sejak ditemukan. Sudah setengah bulan di sini," ujar Sukardi, Senin (18/9).
Terkait hasil pemeriksaan DNA tengkorak juga belum ada kejelasan dipublikasikan. "Yang pasti keluarga akan mengambil tengkorak, kita masih menunggu konfirmasi dari pihak keluarga," tandasnya.
Kabar tertangkapnya terduga pelaku pembunuhan bidan Desa Penyombaan langsung menjadi perbincangan warga Kecamatan Pangkalan Banteng, terutama di Desa Arga Mulya tempat Dinie Prasetyani berasal. Penangkapan ini pun mengkonfirmasi identitas kerangka yang ditemukan warga di pinggir Sungai Arut Senin (4/9) lalu. Meski demikian, pihak keluarga Dinie masih enggan untuk menanggapi kabar tersebut.
”Tidak usah mas, saya tidak ingin membahas itu. Saya tidak ingin diganggu, minta keterangan saja sama polisi,” kata Sugeng, ayah Dinie Prasetyani.
Sementara itu, Kepala Desa Penyombaan Murni mengatakan, sampai saat ini pihaknya juga kesulitan untuk berkomunikasi dengan keluarga Dinie. Sebagai kepala desa dirinya merasa perlu untuk menemui keluarga bidan desa tersebut.
”Semenjak kabar tidak pulangnya Dinie, saya makin sulit bekomunikasi dengan mereka. Rencananya nanti saya akan menemui langsung ke rumah Pak Sugeng,” katanya.
Pihaknya juga telah mengajukan pengganti bidan desa tersebut. Pasalnya keberadaan tenaga medis untuk pelayanan ibu dan anak di desanya sangat dibutuhkan.
”Kita telah ajukan pengganti melalui Puskesmas Sambi. Desa kami sangat membutuhkan bidan apalagi wilayah kami terbilang cukup jauh (pedalaman) dari ibukota kecamatan yang memiliki fasilitas kesehatan yang lebih baik,” terangya.
Terpisah, Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinkes Kobar, dr Fachrudin mengakui bahwa penempatan pengganti Dinie saat ini masih dalam pembahasan. Sebelum dilakukan penempatan tenaga bidan pengganti, pihaknya juga akan memastikan jaminan keamanan dan perlindungan anak buahnya.
”Kalau pengganti sudah kita pikirkan, tapi ke depan kita akan berkoordinasi dengan pemerintah desa dan juga aparat keamanan setempat terkait jaminan keamanan dan juga perlindungan tenaga kesehatan kami di sana. Karena kita tidak ingin tenaga kesehatan yang ditempatkan nanti merasa was-was saat menjalankan tugas atau bahkan ketakutan akibat kejadian itu,” katanya. (jok/sla/yit)