KUALA KURUN – Meski disibukkan dengan aktivitas sehari-hari sebagai aparatur sipil negara (ASN) di Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Gunung Mas (Gumas), ini bukan penghalang bagi Dedie untuk menekuni hobinya, yakni menulis buku tentang sejarah di Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng), khususnya di Gumas.
Bersama Kusni Sulang dan Andriani S Kusni, mereka bertiga menulis dan menerbitkan buku tentang Senjata Tradisional dan Pakaian Adat Dayak Kalimantan Tengah (Kalteng). Bahkan, sudah empat buah buku yang mereka serahkan ke Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Gumas untuk dibaca oleh generas muda.
”Hobi menulis ini telah saya geluti sejak masih duduk dibangku kuliah. Aktivitas yang dilakukannya ini sebagai bentuk motivasi bagi generasi muda, untuk selalu melestarikan sejarah dan kebudayaan kita,” ucap Dedie, Rabu (25/10).
Menurut dia, Gumas memiliki sejarah, cerita, dan kebudayaan yang harus dilestarikan. Bahkan, banyak sejarah dan tokoh Kalteng yang lahir di daerah ini, seperti Perjanjian Damai Tumbang Anoi, Tambun Bungai, Nyai Balau, dan lainnya.
”Ini harus digali dan diangkat kembali nilai-nilai daerah tersebut, karena merupakan simbol adat, budaya dan kelahiran Dayak Kalteng. Minimal saya bisa memulainya, untuk memotivasi generasi muda kita,” tutur Dedie yang mengaku sudah mengoleksi 2.500 judul buku.
Salah satu cara yang dilakukan, dengan menulis dan memperkenalkan sejarah dan kebudayaan kepada generasi muda penerus pembangunan, sehingga mengenal budaya dan tahu asal-usul nenek moyang mereka.
”Kita tidak ingin generasi muda sekarang ini hanya mengerti budaya modern saja, tetapi juga harus mengerti budaya dan asal usul nenek moyang mereka,” ujar pria kelahiran Tumbang Tarusan, 20 April 1979 ini. (arm/ign)