SAMPIT – Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Mentaya Sampit baru menerima permintaan pasokan 10.000 liter air ke Kecamatan Teluk Sampit, Kabupaten Kotim, pada bulan ini. Dua truk tangki yang masing-masing berkapasitas 5.000 liter dikirimkan dalam sekali jalan.
Direktur PDAM Sampit Firdaus Herman Ranggan mengatakan, pengiriman dilakukan atas permintaan aparatur kecamatan setempat, sebagai upaya menangani krisis air. Krisis air di daerah tersebut terjadi lantaran instalasi pengolahan air (IPA) yang ada di sana tercemar.
”Sudah sejak Selasa (21/8) lalu ada permintaan pengiriman air di daerah tersebut. Pengiriman dilakukan atas permintaan aparat kecamatan setempat lantaran air yang biasa dipakai melalui IPA, sudah tercemar,” ujarnya, Kamis (23/8).
Menurut Firdaus, pencemaran IPA di Kecamatan Teluk Sampit lantaran intrusi air laut, yaitu sebuah keadaan di mana menyusupnya air laut ke dalam pori-pori batuan sehingga mencemari air tanah yang terkandung di dalamnya.
Lantaran air laut memiliki berat jenis yang lebih besar dari pada air tawar, air laut akan mudah mendesak air tanah. Secara alamiah, air laut tidak dapat masuk jauh ke daratan. Hal ini disebabkan karena air tanah memiliki piezometric (tinggi muka air) yang menekan lebih kuat daripada air laut, sehingga terbentuklah interface (antarmuka) sebagai batas antara air tanah dengan air laut. Keadaan tersebut merupakan keadaan kesetimbangan antara air laut dan air tanah.
”Intrusi air laut terjadi bila keseimbangan terganggu,” tambahnya.
Aktivitas yang menyebabkan intrusi air laut di antaranya pemompaan yang berlebihan, karakteristik pantai, batuan penyusun, kekuatan air tanah ke laut, serta fluktuasi air tanah di daerah pantai. Proses intrusi makin panjang bisa dilakukan pengambilan air tanah dalam jumlah berlebihan.
”Bila intrusi sudah masuk pada sumur, maka sumur akan menjadi asin sehingga tidak dapat lagi dipakai untuk keperluan sehari-hari,” terangnya.
Dalam sekali pengiriman, lanjut dia, harga ditetapkan Rp 400 ribu per tangki. Firdaus mengomersialkan air kiriman tersebut lantaran permintaan ke daerah itu tercatat sebagai aktivitas jual beli. ”Kecuali kalau pemerintah yang menugaskan pengiriman, itu baru gratis,” tandasnya.
Sementara itu Camat Teluk Sampit Samsurijal mengatakan, kemarau mulai menimbulkan kekeringan di wilayah selatan Kotim. Beberapa desa di Kecamatan Teluk Sampit mulai meminta bantuan air bersih.
Hingga saat ini tidak ada tanda-tanda hujan di wilayah selatan. Penyakit diare juga mulai bermunculan di wilayah pesisir.
"Kami sudah mengajukan permohonan kepada bupati dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kotim untuk menyuplai air bersih ke wilayah selatan," jelas Samsurijal, Kamis (23/8).
Kondisi kekeringan ini cukup menyulitkan masyarakat, sehingga mereka berharap mendapatkan bantuan air untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari. Terlebih kondisi kebakaran lahan juga sangat menganggu aktivitas masyarakat.
"Beberapa titik daerah kami juga sudah dilanda kebakaran lahan, sehingga rencananya masyarakat akan melaksanakan salat istisqo, salat minta hujan," ujarnya. (dc/ron/yit)