KOTAWARINGIN LAMA – Gumpalan awan hitam berbentuk seperti gelombang Tsunami kembali terjadi di atas langit Kecamatan Kotawaringin Lama (Kolam), Jumat sekitar pukul 14.00 WIB, kemarin. Meski tidak seheboh kemunculannya di atas kota Pangkalan Bun beberapa hari yang lalu, awan yang juga di sebut awan Cumulonimbus (CB) ini, menjadi perhatian sejumlah warga Kolam.
Seperti yang dituturkan Atiek, salah seorang warga Kolam, awan itu datang dari arah timur menuju ke barat. Dan saat awan itu datang, langit di sebelah timur jadi gelap pekat dan di bagian lain sebelah barat saat itu cuaca cerah dan sinar matahari cukup jelas, sehingga terjadi pemandangan yang kontras dan sedikit menciptakan ada rasa takut bagi yang menatapnya.
”Selanjutnya sekitar jam 14.27 WIB angin mulai berhembus kencang dan arakan awan terus ke arah barat. Terpaan anginnya tidak begitu lama, tetapi datang berulang kali dan baru pada jam 14.36 WIB hujan deras mulai turun dan disertai suara guntur serta sambaran kilat,” tuturnya.
Lebih lanjut kata Atiek, di perkirakan hujan lebatnya sekitar setengah jam dan seterusnya hanya hujan ringan rintik-rintik sampai sore. Dan masih menurut ibu dua anak ini, baru kali ini dirinya memperhatikan awan yang berbentuk tsunami.
Tetapi kata dia juga, awan hitam pekat seperti ini sudah sering dilihatnya di atas langit Kolam, tetapi tidak pernah begitu teliti memperhatikan bentuknya. Atiek menilai, apabila ada awan seperti itu akan terjadi hujan lebat dan disertai angin kencang dan adanya petir.
”Mungkin dulu sebelumnya fenomena awan berbentuk tsunami ini sudah pernah terjadi tetapi tidak kita perhatikan. Namun akhir-akhir ini, karena hebohnya pemberitaan dan menjadi viral di media sosial, kita jadi ikut-ikutan memperhatikan bentuk awan,” paparnya.
Dan lanjut Atiek, yang menarik bila terjadi cuaca seperti ini, dirinya senantiasa berdoa agar tidak terjadi bencana dampak dari fenomena alam ini. Selain itu menurutnya, ada juga warga setempat yang melakukan tradisi membakar kulit kayu tertentu yang disebut kulit kayu penumbur. Namun cara seperti ini sudah langka dilakukan.
”Yang utama dan paling utama sebagai orang yang beragama kita berdoa kepada Allah SWT. Dan selanjutnya sebagai teradisi berabun atau membakar kulit kayu penumbur dan biasanya apabila dilakukan itu, angin kencang dan arah hujan badai akan segera berlalu,” pungkasnya.
Dan dari pantauan media ini, tidak terjadi dampak akibat kemunculan awan tsunami tersebut. Hanya saja akibat hujan deras ruas jalan Pangkalan Bun-Kolam jadi becek, licin dan berlumpur terutama di titik penimbunan badan jalan tidak jauh dari jembatan sungai Lamandau di RT 01 Kelurahan Kotawaringin Hilir.(gst/gus)