SAMPIT – Penyaki demam berdarah dengue (DBD) kembali merenggut nyawa. Seorang bayi berusia sekitar 3 tahun, meninggal dunia karena penyakit yang disebabkan nyamuk aedes agypty tersebut. Dengan demikian, sudah dua orang yang meninggal akibat DBD sejak awal tahun ini.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) Faisal Novendra Cahyanto mengatakan, batita yang meninggal akibat DBD itu tinggal di Kecamatan Parenggean. Namun, belum diperoleh nama dan rincian penyakit yang diderita korban DBD itu.
”Parenggean memang salah satu daerah endemis DBD untuk luar kota. Saat ini sedang dilakukan penanganan, baik upaya fongging fokus dan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) di Parenggean,” kata Faisal, Selasa (26/2).
Faisal menuturkan, jumlah kasus DBD tahun ini tercatat sebanyak 56 kasus. Jumlah tersebut terus menurun. Pasien DBD yang dirawat di RSUD dr Murjani Sampit pada 20 Februari tercatat sebanyak delapan orang.
”Upaya PSN dan penanganan jentik harus terus dilakukan. Sebab, yang paling efetif untuk mencegah meningkatnya kasus DBD adalah dengan memutus perkembangbiakan nyamuk,” ujarnya.
Penanganan penderita DBD, tegas Faisal, harus cepat dilakukan. Saat terlihat ciri terjangkit penyakit itu, harus segera dilakukan perawatan. Di sisi lain, apabila di sekitar rumah banyak jentik, harus segera dibersihkan. Sebab, lebih efektif memberantas jentik daripada melakukan pengasapan. Sebab, nyamuk akan sulit berkembang biak jika tidak ada sarang dan jentiknya.
Sebelumnya, DBD juga merenggut nyawa Ahmad Ibrahim, bayi berusia lima bulan di Kota Sampit. Putra ketiga pasangan Jaliansyah (40) dan Norhayati (41) yang lahir 15 Agustus 2018 lalu itu diagnosa menderita dengue syok sindrom, diagnosa sekunder down syndrome, dan kejang demam kompleks. Dia sempat dirawat inap di RSUD dr Murjani Sampit.
Dikutip dari hallosehat.com, ada beberapa ciri orang yang terjangkit DBD (selengkapnya lihat infografis). Selain itu, ada tiga fase penting yang harus diperhatikan, di antaranya, pertama fase demam. Pada fase ini, penderita akan mengalami demam secara tiba-tiba hingga mencapai 40 derajat celcius selama 2 sampai 7 hari.
Munculnya demam tinggi pada kasus demam berdarah sering disertai dengan muka kemerahan, kulit memerah, nyeri seluruh tubuh, nyeri otot, dan sakit kepala. Namun, bila demam berlangsung selama lebih dari sepuluh hari, kemungkinan demam tersebut bukanlah gejala demam berdarah.
Pada beberapa kasus lainnya ditemukan gejala berupa nyeri dan infeksi tenggorokan, sakit di sekitar bola mata, anoreksia, mual, dan muntah. Gejala-gejala inilah yang menyebabkan penurunan jumlah sel darah putih dan trombosit yang mengarahkan dokter pada diagnosis demam berdarah.
Gejala demam berdarah yang dirasakan membuat penderita menjadi sulit menjalani aktivitas sehari-hari, misalnya menjadi tidak mampu untuk pergi ke sekolah, melakukan pekerjaan kantor, dan kegiatan rutin lainnya.
Untuk mencegah hal negatif lainnya, penderita dianjurkan memperbanyak minum air putih untuk membantu menurunkan suhu tubuh dan mencegah terjadinya dehidrasi. Pasien juga harus terus dipantau karena hal ini rentan untuk memasuki fase kritis.
Kritis merupakan fase kedua bagi penderita DBD. Fase ini biasanya menjadi ‘pengecoh’ karena penderita merasa sembuh dan dapat melakukan aktivitas kembali. Pasalnya, fase kritis ini ditandai dengan penurunan suhu tubuh hingga 37 derajat celcius ke suhu normal.
Padahal, bila fase ini terabaikan dan tidak segera mendapatkan pengobatan, trombosit pasien akan terus menurun secara drastis dan dapat mengakibatkan perdarahan yang sering tidak disadari. Oleh sebab itu, pasien harus cepat ditangani oleh tim medis karena fase kritis ini berlangsung tidak lebih dari 24-38 jam.
Selama masa transisi dari fase demam ke fase kritis, pasien memasuki risiko tertinggi untuk mengalami kebocoran pembuluh darah. Indikasi dini kebocoran pembuluh darah tersebut dapat dilihat saat penderita demam berdarah mengalami muntah secara terus menerus, mimisan, pembesaran organ hati, atau nyeri perut yang tak tertahankan.
Fase terakhir adalah penyembuhan. Bila pasien demam berdarah berhasil melewati fase kritisnya, penderita akan kembali merasakan demam. Namun, hal ini tidak perlu terlalu dikhawatirkan. Pasalnya, kondisi ini merupakan fase penyembuhan dimana trombosit akan perlahan naik dan normal kembali.
Penderita akan mengalami pengembalian cairan tubuh secara perlahan pada 48-72 jam setelahnya. Mulai memasuki fase penyembuhan, kesehatan pasien demam berdarah akan berangsur-angsur membaik yang ditandai dengan peningkatan nafsu makan, penurunan gejala nyeri perut, dan fungsi diuretik yang membaik. Jumlah sel darah putih pasien akan kembali normal yang kemudian diikuti dengan pemulihan jumlah trombosit. (dc/ign)