SAMPIT | PANGKALANBUN | PALANGKA | KOTAWARINGIN | METROPOLIS | BARITO | GUMAS | DPRD SERUYAN

SAMPIT

Senin, 20 Mei 2019 10:51
Peringati Waisak, Tebar Pesan Cinta Tanah Air
MANDI RUPANG: Memperingati Hari Raya Waisak tahun 2019/2563 TB anak-anak umat Buddha melaksanakan Mandi Rupang Siddhartha atau titual memandikan Buddha yang melambangkan pembersihan tubuh sang Buddha, Minggu (19/5) Bertempat di Vihara Avalokitesvara di Jalan Kopi Sampit.(YUNI/RADAR SAMPIT)

SAMPIT - Umat Buddha merayakan Hari Raya Waisak 2563 TB pada Minggu (19/5). Ada tiga peristiwa penting dalam Tri Suci Waisak, yakni kelahiran Bodhisatwa Siddhartha, pencapaian pencerahan Bodhisatwa Siddhartha menjadi Samasammbuddha Gotama, dan Parinirwana Budha Gotama saat purnama di bulan Vesakha.

Kata Waisak sendiri berasal dari bahasa pali “Vesakha” atau di dalam bahasa sansekerta disebut “Vaisakha”. Vesakha diambil dari bulan dalam kalender buddhis yang biasanya jatuh pada Mei kalender Masehi. Bangsa Indonesia terdiri dari 1.340 suku dan telah memiliki tradisi luhur turun-temurun hingga menjadi budaya dan falsafah. Falsafah bangsa Indonesia yang dikenal dengan Pancasila, menjadi dasar pemersatu dan perilaku dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.  

Heri, Ketua Vihara Avalokitesvara yang beralamatkan di Jalan Kopi, Sampit, menuturkan bahwa ajaran Buddha mendorong  putra putri bangsa agar memiliki kecintaan terhadap Tanah Air, dimana mereka terlahir dan tumbuh berkembang.  

“Beliau memberikan pesan ‘para biku, Aku Izinkan mempelajari Dharma dengan bahasamu sendiri’, maka  dalam perkembangannya agama Buddha di belahan dunia, memiliki bentuk budaya yang berbeda-beda,” tambahnya.

Buddha hanya mengubah perbuatan buruk menjadi perbuatan baik, bukan mengubah budaya dan falsafah negara. “Bahkan semboyan pemersatu bangsa ‘Bhinneka Tunggal Ika’ adalah karya seorang Guru Dharma, putra bangsa di zaman kerajaan Majapahit di abad 14. Ini semua merupakan bukti wujud agama Buddha mencintai tanah air Indonesia” ungkapnya.

Ketua Majelis Buddayana Indonesia (MBI) Kalimantan Tengah Bambang Siswanto menuturkan, rangkaian peringatan Hari Waisak 2563 TB di Vihara Avalokitesvara sejak tanggal 18 Mei, yakni kebaktian untuk dewasa atau orang tua, sementara kebaktian untuk kalangan anak-anak digelar Minggu (19/5) pagi.

“Di awali dengan ritual pradaksina atau mengelilingi objek puja sebanyak tiga kali searah jarum jam,” tuturnya.

Selanjutnya mandi Rupang Siddhartha atau titual memandikan Buddha yang melambangkan pembersihan tubuh sang Buddha, yang dimaknai bahwa umat Buddha telah melakukan pembersihan terhadap diri sendiri dari segala noda di masa lalu.

“Dengan mengikuti ritual ini yang terpenting lagi kita akan mengerti bagaimana seharusnya melatih diri dalam dharma, banyak sekali pahala mengikuti upacara mandi rupang ini,” ucapnya.

Tujuan Mandi Rupang Siddhartha  tidak hanya membersihkan bagian luar saja, tetapi yang terpenting adalah bermakna untuk membersihkan hati, batin, dan seluruh jiwa.  Ritual kemudian dilanjutkan dengan kebaktian sebagai wujud rasa bakti yang dipimpin langsung oleh Bambang Siswanto.     

“Ini merupakan salah satu upaya membangkitkan dan meningkatkan keyakinan,” kata Bambang.

Ia menambahkan, di era setelah kemerdekaan bangsa Indonesia hingga sekarang, pelopor kebangkitan agama Buddha Indonesia, yaitu mendiang Mahabiksu Jinarakkhita, Mahathera. Beliau menekankan umat Buddha Indonesia harus mencintai Tanah Air. Ini dilakukan melalui gerakan agama Buddha Indonesia, bukan agama Buddha di Indonesia, dengan ciri kepribadian bangsa Indonesia.

“Gerakan ini dikenal sebagai Buddhayana, adalah ajaran Buddha yang melihat keragaman budaya dan metode memiliki satu esensi, yaitu pembebasan,” cetusnya.

Bambang mengajak seluruh keluarga Buddhayana Indonesia untuk kembali menggali nilai-nilai kearifan budaya Indonesia, memberikan keteladanan bagi generasi, menjadikan agama sebagai sumber ketenteraman, kebhinekaan sebagai kekuatan persatuan dan Pancasila sebagai dasar dan perilaku hidup dalam berbangsa, bernegara, dan beragama.

“Senantiasa memiliki perbuatan, ucapan pikiran berdasarkan cinta kasih, saling berbagi, tidak saling menyakiti, dan menghargai segala bentuk perbedaan,” ungkapnya.

Ia berharap momentum peringatan Waisak menguatkan kembali Cinta Tanah Air masyarakat Indonesia, sehingga akan terus menjaga keutuhan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.   

Sementara itu di Vihara Karuna Maitreya, umat Buddha menyalurkan bantuan bahan pokok sebanyak 120 paket. Paket terdiri atas beras, susu kaleng, gula pasir, mi instan, sirup dan lainnya. Kegiatan digelar di halaman Vihara Maitreya Jalan Caman Sampit pukul 10.00 WIB.   

Ketua Vihara Maitreya Sampit Yohanto mengatakan, kegiatan bakti sosial ini merupaka bentuk kepedulian umat Buddha kepada warga yang layak mendapatkan bantuan. Ia berharap dengan bantuan dapat meringankan beban warga yang kekurangan.

“Bakti sosial juga merupakan wujud nyata dari ajaran sang Buddha, dimana umat harus saling tolong menolong,” cetusnya.

Menurutnya, umat Buddha ketika hari raya Waisak biasanya mengembangkan cinta kasih dengan cara membantu fakir miskin atau orang-orang yang membutuhkan, sebagai simbol cinta kasih dan penghargaan terhadap lingkungan.  

“Tujuan lainnya adalah untuk menguatkan tali persaudaraan dan persatuan sebangsa setanah air,” ucapnya.

Bentuk kepedulian sosial lainnya juga ditunjukan umat Vihara Avalokitesvara yang menggelar bakti sosial berupa donor darah bekerja sama dengan Unit Tranfusi Darah (UTD) Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Kotawaringin.

Kegiatan ini juga merupakan wujud peringatan Hari Raya Waisak 2019/2563 TB, dalam kegiatan yang dimulai sejak pukul 09.00 WIB hingga pukul 11.00 WIB terkumpul sebanyak 11 kantung darah.

Ketua Vihara Avalokitesvara Heri menargetkan 50 pendonor darah. Pihaknya hampir setiap tahun menggelar acara serupa demi menjaga kecukupan persediaan darah selama Ramadan. Kegiatan ini pun mendapat apresiasi yang baik dari umat vihara pada khususnya.

Puncak peringatan Hari Raya Waisak tingkat nasional dipusatkan di Candi Borobudur Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, pada Minggu (19/5). Peringatan Hari Raya Waisak Nasional ini diikuti umat Buddha berbagai aliran dari dalam dan luar negeri.  (yn/yit)

 


BACA JUGA

Jumat, 02 Mei 2025 15:34

Program Cetak Sawah Tingkatkan Kesejahteraan Petani

SAMPIT – Kementerian Pertanian merealisasikan program bantuan cetak sawah seluas…

Jumat, 02 Mei 2025 15:33

Jaring Bibit Unggul Siswa Sejak Dini

SAMPIT – Dinas Pendidikan Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) mendukung pelaksanaan…

Jumat, 02 Mei 2025 15:33

CPNS Kotim Dilarang Langsung Minta Pindah

SAMPIT – Sebanyak 205 calon pegawai negeri sipil (CPNS) formasi…

Jumat, 02 Mei 2025 15:32

May Day, Disnaker Ajak Buruh Jaga Harmoni dan Tingkatkan Diri

SAMPIT – Momentum Hari Buruh Internasional atau May Day 1…

Jumat, 02 Mei 2025 15:16

Ketua Dekranasda Kunjungi Galeri Kerajinan Pontianak

SAMPIT – Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Kotawaringin Timur…

Jumat, 02 Mei 2025 15:16

Pemkab akan Bantu Pondok Pesantren Bangun MCK

SAMPIT — Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) berencana akan membangun…

Jumat, 02 Mei 2025 15:15

Kotim Cetak 4.216 Hektare Sawah

SAMPIT – Harapan petani di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) untuk…

Jumat, 02 Mei 2025 15:15

Siapkan Dua Hektare untuk Sekolah Rakyat

SAMPIT – Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) mendukung  program Sekolah…

Selasa, 29 April 2025 17:44

Kotim Lirik Pengolahan Lidah Buaya

SAMPIT — Dalam upaya meningkatkan potensi pertanian daerah, Pemerintah Kabupaten…

Selasa, 29 April 2025 17:43

Antisipasi Penumpukan Sampah, DLH Kotim Genjot Penataan TPA

SAMPIT – Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim)…

Sitemap
  • HOME
  • HOT NEWS
  • NEWS UPDATE
  • KOLOM
  • RAGAM INFO
  • INSPIRASI
  • FEATURE
  • OLAHRAGA
  • EKONOMI
Find Us
Copyright © 2016 PT Duta Prokal Multimedia | Terverifikasi Dewan Pers