SAMPIT - Hingga saat ini, ketergantungan konsumen di Kotim terhadap pasokan daging sapi dari luar daerah masih belum bisa diatasi. Padahal menurut anggota Komisi II DPRD Kotim Abdul Kadir, potensi pengembangan ternak sapi di daerah ini sangat besar.
Dirinya pun merasa aneh, potensi tersebut saat ini belum bisa digarap dengan baik. Sehingga mendorong agar pemerintah bisa menggenjot produksi peternak lokal, sehingga bisa menghentikan ketergantungan pasokan sapi dari luar daerah.
”Pemenuhan kebutuhan daging sapi juga harus menjadi perhatian kita. Kita harus meningkatkan peternakan lokal sehingga tidak perlu lagi sapi impor atau pasokan sapi dari daerah lain,” ujarnya.
Menurut Abdul Kadir, potensi peternakan di daerah ini sangat besar sehingga harus mendapatkan dukungan penuh dari pemerintah setempat. Tidak hanya mendukung peternak lokal, ditegaskannya pemerintah daerah juga harus mendorong perkebunan besar swasta kelapa sawit untuk ikut mengembangkan peternakan sapi, mengingat pakan ternak sangat melimpah di areal perkebunan tersebut.
Dikatakannya pula, Pemerintah Kabupaten Kotim melakukan berbagai cara untuk meningkatkan produksi sapi oleh peternak lokal. Berbagai bantuan bisa digulirkan, mulai dari permodalan, bibit sapi, penggemukan hingga inseminasi buatan atau kawin suntik.
Sementara itu, untuk kebutuhan daging sapi di Kotim pada hari-hari biasa antara 8-9 ekor atau berkisar 250-300 kilogram per bulan. Sedangkan pada hari-hari besar keagamaan, kebutuhan meningkat menjadi 12-15 ekor per hari.
Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut saat ini Kotim harus mendatangkan dari daerah lain seperti Sulawesi, Madura, Bali, Nusatenggara Barat dan Kalimantan Selatan. Diperkirakan, Kotim baru mencapai swasembada sapi, bila jumlah populasi ternak tersebut mencapai 12.000 ekor per tahun.(ang/gus)