PALANGKA RAYA – Kebakaran hutan dan lahan berpotensi memiskinkan negara. Pasalnya, dampak kabut asap yang ditimbulkan dan melumpuhkan banyak sektor, merugikan semua pihak. Pada tragedi asap 2015 silam, nilai kerugian akibat karhutla dan kabut asap yang ditimbulkan mencapai Rp 22 triliun.
”Kerugian ekonomi akibat karhutla tahun 2015 lalu melampaui kerugian ekonomi akibat bencana tsunami, yakni mencapai 16,1 miliar US dolar atau Rp 221 triliun,” kata Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Letjen TNI Doni Monardo saat rapat koordinasi kebakaran hutan lahan di Kalteng, Minggu (4/8), di VIP Room Bandara Tjilik Riwut Palangka Raya.
Doni menegaskan, penyebab kebakaran hutan dan lahan 99 persen karena ulah manusia. ”Tidak ada alasan karena faktor el nino lemah, sebab penyebab kebakaran tetap api (dari ulah manusia, Red),” ujarnya.
Doni menuturkan, unsur kesengajaan dari manusia menjadi potensi terbesar penyebab kebakaran hutan dan lahan yang tidak terkendali. Terutama yang dilakukan oknum yang tidak bertanggung jawab.
”Hanya 1 persen saja oleh alam dan itu pun sangat kecil kemungkinan, seperti petir tetapi kondisi saat ini tak mungkin ada petir. Karena itu, semua pihak harus komitmen menindak siapa pun yang menyebabkan. Jujur, kita ini malu karena membuat miskin bangsa sendiri,” ujarnya.
Lebih lanjut Doni mengatakan, dia datang ke Palangka Raya untuk memberikan semangat pada semua pihak agar lebih optimal lagi dalam upaya pencegahan dan mengajak warga memastikan tidak lagi membakar lahan. Sebab, jika sudah terbakar, api sulit dipadamkan. Apalagi kedalaman gambut di Kalteng bisa mencapai lebih dari 20 meter.
”Api itu hanya berdiam saja di dasar gambut, makanya sulit dipadamkam. Nah, saat musim hujan baru benar-benar padam. Maka itu, saja juga ajak media berani mengungkap karhutla, baik lokasi kebakaran maupun pemilik lahan. Kita tidak bisa seperti ini terus. Banyak kehilangan energi, waktu, dan dana hanya karena karhutla,” ujarnya.
Doni menambahkan, karhutla di Kalteng tahun ini meningkat dibanding tahun sebelumnya. Bahkan, terdapat dua perusahaan yang diduga membiarkan karhutla terjadi di arealnya. Dia kembali menegaskan tindakan hukum pada siapa pun yang memicu karhutla.
”Pokoknya tindakan tegas. Sebab, teknologi apa pun tak bisa melawan alam, makanya alam harus dijaga dan jangan ada kerusakan lingkungan dan pembakaran,” ujarnya.
Doni menegaskan, semua komponen harus berkomitmen, berkerja keras, dan bahu membahu dalam penanggulangan karhutla. Di sisi lain, berdasarkan pengalaman selama ini, pembakaran lahan yang dilakukan masyarakat adat dengan kearifan lokal sangat kecil potensinya menyebabkan karhutla.
”Upaya maksimal perlu dari semua unsur pimpinan agar karhutla bisa ditanggulangi,” katanya.
Pihaknya mencatat luas kebakaran hutan dan lahan di berbagai wilayah Indonesia mencapai 42.740 hektare. Luas lahan terbakar itu berpotensi terus bertambah seiring masih maraknya kebakaran di berbagai wilayah di Indonesia.
Sementara itu, Komandan Satgas Penanganan Karhutla Kalimantan Tengah Kolonel Armed Syaiful Rizal mengatakan, seluruh wilayah Kalteng rawan karhutla, terutama di Palangka Raya, Kotim, Pulang Pisau, Kobar, Barsel, Kapuas, dan Kabupaten Seruyan.
Luasan lahan terbakar di Kalteng mencapai 1.298,64 hektare. Paling luas di Palangka Raya dengan 491,04 hektare, disusul Seruyan 312,2 hektare. Sementara titik panas tercatat sebanyak 324 titik di Pulang Pisau, 213 titik di Kotim, dan 213 titik di Palangka Raya. Secara total di Kalteng mencapai 1.299 titik panas.
”Karhutla paling banyak terjadi di Palangka Raya mencapai 439 kejadian. Paling banyak di Palangka Raya 257 kali, Pulpis 45 kali, dan Kotim 37 kali. Ini semua berdasarkan data posko PBD Kalteng,” kata perwira menengah TNI ini.
Rizal menambahkan, Kalteng telah menurutkan 8.380 personel dari berbagai pihak dengan 1.512 orang masuk dalam tim satgas cegah, baik dari unsur TNI, Polri, BPBD, hingga masyarakat. ”Kami juga dibantu delapan unit helikopter yang sudah melakukan bombing ratusan kali dan menetapkan enam tersangka terkait karhutla,” pungkasnya. (daq/ign)