PANGKALAN BUN - Kebakaran Lahan di Sungai Sintuk, Desa Sungai Kapitan, Kecamatan Kumai, Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar) telah memasuki hari kedua. Kebakaran lahan yang berada dekat dengan kandang peternakan tersebut mengancam sedikitnya 15 ribu ekor ayam potong.
Kebakaran besar yang belum diketahui penyebabnya ini membuat seluruh unsur yang tergabung dalam Satgas Karhutla hampir menyerah lantaran terpapar asap tebal, sulitnya akses menuju titik api, serta minimnya sumber air membuat Satgas Karhutla kewalahan.
“Satgas malam tadi sudah nyerah, lokasi jauh, tidak bisa terjangkau alat dan medan juga lumayan berat. Pengakuan rekan di lapangan, ada 1 anggota yang hampir pingsan karena menghirup tebalnya asap,” kata salah satu anggota Satpol PP dan Pemadam Kebakaran Kotawaringin Barat, yang minta identitasnya dirahasiakan.
Ia menjelaskan, sejatinya anggota di lapangan membutuhkan alat keselamatan yang mumpuni, mengingat kebakaran terjadi sangat masif dan dalam skala yang besar. Peralatan yang dibutuhkan itu seperti armada, peralatan safety pribadi personel, masker, safety glove, safety shoes, serta peralatan penyelamatan untuk kebakaran lahan.
Ia mengungkapkan saat ini timnya sedang melakukan penanganan di kawasan Tatas, Kelurahan Baru, sehingga dengan tersebarnya titik karhutla menyulitkan mereka untuk memaksimalkan penanganan baik personil maupun armada pemadam.
“Hari ini kita menangani di Tatas, dan infonya di BPBD juga sedang digelar rapat untuk penanganan Karhutla di sejumlah titik yang belum bisa dipadamkan,” terangnya.
Sementara itu, berdasarkan informasi dari warga sekitar, Jamhari kebakaran itu berdekatan dengan peternakan ayam milik Thomas. Api sudah menghanguskan sekitar 43 hektare. Besarnya api membuat asap tebal menyelimuti kawasan peternakan hingga ke dalam kandang ayam yang kini hanya berjarak sekitar 25 meter dari titik api.
Ia juga mengungkapkan, karena bagian terjauh sudah sulit dijangkau, Satgas Karhutla berupaya mengamankan kawasan peternakan, agar api tidak merembet dan membakar kandang ayam.
“Saya dapat informasi sekitar 43 hektare yang sudah terbakar, kalau api tidak dilokalisir dikhawatirkan kandang ayang dipeternakan tersebut bisa kena,” tandasnya.
Kekhawatiran juga dilontarkan Thomas, pemilik peternakan ayam tersebut. Menurutnya, dengan kebakaran yang terjadi maka kerugian saat ini sudah didepan mata, lantaran terpapar asap, ia khawatir belasan ribu ayam miliknya terancam terkena penyakit.
Untuk itu ia berharap kedepannya agar kebakaran serupa tidak terjadi lagi, karena bukan saja ia sebagai peternak yang dirugikan tapi juga masyarakat yang lain.
“Yang pasti bukan hanya di kandang tetapi juga ditempat lain berbahaya, semoga kedepannya tidak terjadi lagi,” katanya.
BPBD Akui Karhutla Meningkat
Sementara itu Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kobar Petrus Rinda mengakui peningkatan jumlah kasus kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten Kobar. Menurutnya setiap hari kasusnya terus meningkat bahkan laporan kebakaran terjadi dimana-mana.
“Kalau bisa dibilang ya memang kebakaran di Kobar ini sudah parah. Laporan silih berganti setiap hari,”kata Petrus Rinda.
Setiap hari ada sekitar 10 kasus laporan yang masuk ke BPBD Kobar yang mencakup tiga kecamatan yakni Kumai, Arut Selatan, dan Kotawaringin Lama.
“Untuk Kecamatan Kumai ini paling banyak kasus. Hingga Taman Nasional Tanjung Puting ini masih terus terjadi kebakaran, kemudian Sungai Kapitan, Candi, Kumai Hulu hingga sejumlah desa di pesisir Kumai,” ungkapnya.
Sedangkan di Kecamatan Arut Selatan terjadi di Kumpai Batu Bawah, Rangda, Kelurahan Baru, Natai Raya, Nantai Baru dan di Kecamatan Kotawaringin Lama meliputi Kelurahan Kotawaringin hulu, Babual Baboti, dan Sagu.
“Upaya pemadaman terus kita lakukan, untuk helikopter water bombing ini fokus di TNTP dan sekitarnya. Sedangkan tempat lain pemadaman melalui darat,” jelasnya. (tyo/rin/sla)