PANGKALAN BUN - Kabut asap menyelimuti Daerah Aliran Sungai (DAS) Arut dalam sepekan ini. Kabut asap diduga berasal dari kebakaran hutan dan lahan di sekitar Kota Pangkalan Bun, Kabupaten Kotawaringin Barat yang kian merata.
Akibatnya, jarak pandang motoris getek di Sungai Arut terbatas, hanya kurang lebih 5 meter. Dengan tingkat mobilitas tinggi kondisi tersebut sangat rawan terjadinya kecelakaan air.
“Sejak pukul 04.00 WIB, kabut asap sudah turun, kami harus ekstra hati – hati. Untuk membantu penerangan, kami menggunakan lampu yang kami pasang di kepala,” kata Arbani, salah satu motoris getek di Sungai Arut, Kecamatan Arut Selatan, Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar).
Selain menyelimuti Sungai Arut, kabut asap juga terjadi di permukiman bantaran sungai. Bahkan pagi hari anak-anak sekolah harus mengenakan masker dan slayer saat berangkat sekolah.
Selain kawasan Sungai Arut, kabut asap juga terjadi di kawasan Desa Kubu, Kecamatan Kumai. Asap pekat mulai menyelimuti dan membuat nafas sesak dan mata perih. Kabut asap diketahui mulai muncul saat menjelang subuh hari.
“Sudah sangat mengganggu baik lalulintas di darat maupun kegiatan menangkap ikan, harus waspada karena kabut asap sudah sangat pekat,” keluh Inar, salah seorang warga Kubu.
Dampak kabut asap juga mulai dirasakan para pemandu wisata dan pemilik kapal. Kapal-kapal mereka mulai terganggu saat berlayar di kawasan Sungai Sekonyer.
Salah seorang pemandu, Mickey (36) atau yang biasa disapa Mimik mengatakan, semenjak ada kebakaran hutan dan lahan, sebagian jalur pelayaran sungai mulai ditutupi kabut asap. “Memang tidak semuanya. Paling satu mil kemudian terang lagi, nanti ada lagi asapnya, begitu seterusnya,” ujarnya pada Radar Pangkalan Bun.
Mimik juga mengungkapkan, akibat kabut asap ini kecepatan kapal harus dikurangi. Terutama jika bertemu kabut asap yang tebal.”Kalau normal biasanya bisa 6 knot, sekarang terpaksa dikurangi. Harus di bawah 5 knot, bisa 4 knot atau 3 knot,” jelasnya.
Menurut Mimik, kabut asap terparah biasanya terjadi antara pukul 05.00 WIB hingga 07.00 WIB. Menjelang siang, kabut sudah mulai berkurang dan jarak pandang juga bisa sedikit lebih jauh.
“Intinya hanya saat pagi harus ekstra hati-hati di jalur Sungai Sekonyer ini. kalau kecepatan berlebih dan jarak pandang terbatas bisa menabrak karena ramainya lalu lintas sungai,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kumai, Wahyu Prihanto menyampaikan bahwa walau pelayaran di wilayah Kumai terbilang normal, namun Direktorat Jenderal Perhubungan Laut KSOP Kelas IV Kumai telah mengeluarkan pemberitahuan yang ditujukan kepada kapal - kapal yang sedang berlayar, olah gerak, dan berlabuh di sekitar alur pelayaran perairan Kumai agar berhati - hati dalam bernavigasi dan berhati - hati dalam pelayarannya.
Menurutnya pemberitahuan atau Notice to Marine tersebut mengingat jarak pandang disekitar alur pelayaran pelabuhan Kumai mulai berkurang karena kabut asap, dan jarak pandang akan semakin berkurang pada suhu rendah.
“Untuk itu para nakhoda agar selalu meningkatkan kewaspadaannya dan mengurangi kecepatan apabila melintas disekitar alur pelabuhan Kumai dan sekitarnya,” pungkasnya. (tyo/ard/sla)