SAMPIT – Serangan buaya di Sungai Mentaya berpotensi kian masif. Pasalnya, kebakaran hutan dan lahan yang marak di wilayah selatan Kotim, memutuskan rantai makanan hewan predator itu karena banyaknya satwa yang tewas atau menyelamatkan diri.
Buaya disinyalir mencari wilayah baru agar tetap bertahan hidup, terutama di permukiman warga. Bahkan, munculnya buaya di kawasan Pusat Perbelanjaan Mentaya (PPM) Sampit yang selama ini hanya isu, sempat direkam seorang motoris kelotok.
Komandan BKSDA Pos Sampit Muriansyah mengatakan, tidak menutup kemungkinan buaya masih berada di sekitar perairan Sungai Mentaya di kawasan PPM Sampit. Namun, pihaknya belum menerima informasi lebih lanjut terkait kemunculan buaya tersebut.
”Segala kemungkinan masih bisa terjadi (kemunculan buaya, Red). Belum diketahui apakah buaya (yang dilihat motoris kelotok) tersebut masih berada di sekitar kawasan PPM atau sudah pergi,” katanya, Kamis (19/9).
Pihaknya belum memasang perangkap untuk buaya tersebut karena sungai yang cukup lebar. ”Lokasi yang cukup besar, membuat kami kesulitan memprediksi keberadaan buaya itu. Apabila kami pasang perangkap sembarangan, maka tidak menutup kemungkinan akan membahayakan satwa lainnya,” ucapnya.
Menurut Muriansyah, kemunculan buaya di sungai kawasan PPM bukan hanya tahun ini saja. Pada 2011 silam, pihaknya juga pernah mendapat laporan munculnya buaya di sekitar perairan kawasan PPM atau Pelabuhan Sampit.
Lebih lanjut Muriansyah mengatakan, karhutla yang terus meluas berdampak langsung terhadap keselamatan satwa liar. Ada yang terbakar hidup-hidup, kehilangan tempat tinggal, hingga berkurangnya pakan atau sumber makanan.
”Secara tidak langsung, kebakaran hutan dan lahan juga berdampak kepada buaya itu tadi. Karena banyak anak sungai yang mulai mengering, buaya akhirnya ke sungai besar. Ada juga karena hutan terbakar, membuat pakannya seperti ikan mulai sedikit,” ujarnya.
Muriansyah meminta warga yang tinggal di bantaran Sungai Mentaya waspada. Selain itu, dia juga mewanti-wanti warga yang akan mengikuti mandi safar pada 23 Oktober mendatang agar berhati-hati.
Ijan, motoris kelotok yang mengaku melihat penampakan buaya mengatakan, sejumlah motoris lainnya juga pernah melihat buaya, khususnya malam hari. ”Bukan saya saja yang melihat buaya, tetapi motoris lainnya. Namun, waktu dan tempatnya berbeda-beda. Kebanyakan melihat penampakan buaya pada malam hari,” ujarnya.
Sebelumnya, Pemkab Kotim menegaskan kegiatan mandi safar tetap akan dilaksanakan. Kepala Bidang Destinasi Wisata Disbudpar Kotim Indra Saputra mengatakan, isu munculnya buaya di Sungai Mentaya hampir setiap tahun ada saat akan digelar mandi safar. Tahun ini, untuk mengantisipasi hal buruk, Disbudpar akan melibatkan berbagai pihak untuk pengamanan ekstra ketat.
Pengamanan nantinya akan melibatkan Basarnas, Polair, BKSDA, TNI, Satpol PP, dan Dishub Kotim. ”Pengamanan ekstra akan dilakukan guna membantu proses pelaksanaan mandi safar. Isu seperti ini hampir setiap tahun terjadi saat ingin melaksanakan kegiatan mandi safar," ujarnya, Rabu (19/9) lalu. (sir/ign)