SAMPIT – RSUD dr Murjani Sampit memerlukan tambahan ruang perawatan bayi. Ruangan yang ada belum mencukupi jumlah pasien bayi yang dirawat. Apalagi belakangan ini banyak bayi yang baru lahir dan perlu perawatan intensif petugas medis.
Wakil Direktur Pelayanan Medik RSUD dr Murjani Sampit Yudha Herlambang mengatakan, kapasitas ruang bayi (perinatologi) hanya 20 bed. ”Kapasitas bed boks di ruang bayi kita memang terbatas, hanya untuk menampung 20 pasien. Itu pun terbagi dari beberapa kategori lagi. Sepuluh untuk bayi yang sehat, lima untuk bayi yang perlu penghangatan, dan lima lagi yang perlu bantuan alat khusus dengan perawatan yang intensif,” katanya.
Menurut Yudha, diperlukan belanja modal berupa penambahan bed boks, peralatan bantu bayi, serta sumber daya manusia (SDM). Dia berharap Pemkab Kotim dapat mengupayakan hal tersebut.
”Belanja modal ada porsi dan ketentuannya. Kalau kami mengajukan tetapi uangnya terbatas, mau ngomong apa? Kami tidak bisa berbuat apa-apa,” ujarnya.
Dalam beberapa bulan ini, Yudha mengatakan, pihaknya cukup banyak menerima pasien ibu yang melahirkan bayi dengan berat badan rendah, sehingga bayi harus dirawat intensif selama berminggu-minggu sampai usianya mencukupi.
”Dengan adanya bayi berat badan rendah, kami tidak mungkin merawat sebentar dan bisa berminggu-minggu. Ini juga yang menghambat perputaran kesempatan bayi-bayi yang lain untuk masuk,” ujar Yudha.
Ketika kapasitas bed boks hanya 20 unit, lanjut Yudha, pihaknya terpaksa harus merujuk pasien ke rumah sakit lain. ”Apabila ada pasien mau melakukan operasi, terdapat dua kemungkinan, bayi itu sehat atau bayi itu memerlukan pertolongan setelah persalinan. Apabila bayi dinyatakan sehat, kami masih bisa menyediakan sepuluh bed boks, tetapi apabila bayi yang lahir perlu peralatan tambahan dan maka harus dirawat intensif. Kendalanya, alatnya yang terbatas,” ungkapnya.
Selain peralatan bantu penunjang keselamatan bayi, penambahan SDM juga harus dilengkapi. Namun, untuk menghadirkan SDM tidak secepat kilat semua membutuhkan proses dan tahapan.
”Mau menambahkan tenaga kerja tentu melalui berbagai proses. Untuk menerima tenaga kerja ASN tentu ada fase penerimaan. Oke, kalau misalkan diminta untuk gunakan tenaga kontrak, sedangkan duitnya saja sudah habis. Untuk membayar tenaga kontrak saja sudah pas-pasan,” katanya.
Menurutnya, penambahan fasilitas peralatan dan penambahan SDM tersebut penting. Kendati semua itu memerlukan biaya yang tidak sedikit, seperti misalnya untuk peralatan bantu keselamatan bayi yang berkisar Rp 120 juta per unit.
Dengan kapasitas yang terbatas, terpaksa satu boks diisi lebih dari satu bayi yang tidak sesuai standar kesehatan. ”Kami terpaksa tetap layani meskipun kapasitas sudah full, karena orang tua pasien tetap ngotot meskipun sudah kami sampaikan kapasitas penuh. Jadi, kami mau bagaimana lagi,” ujarnya.
Yudha mengatakan, apabila sewaktu-waktu kapasitas yang tersedia full, kewajiban pihak RSUD adalah merujuk ke rumah sakit lain. ”Persoalannya, perlu kita pahami dan kita mengerti kebanyakan pasien enggan dirujuk. Karena, kalau ada satu yang sakit, tidak cukup dijaga dengan satu orang saja karena tak semua sanggup menjaga 24 jam. Kalau sampai ada 2-3 orang yang menjaga, tidurnya di mana?” ujarnya. (hgn/ign)