PALANGKA RAYA – Masyarakat Kalimantan Tengah (Kalteng) nampaknya sudah harus waspada dengan penyebaran penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Terbukti sampai dengan Februrari 2016 ini, sudah tercatat sebanyak 535 penderita dan 7 orang meninggal akibat penyakit tersebut.
Pernyataan itu disampaikan Kolonel Arh Purwo Sudaryanto selaku inspektur upacara Hasupa Hasundau untuk kesiapsiagaan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan serta kesiapsiagaan penanggulangan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Pada amanat yang disampaikanya, dia meminta pada semua pihak untuk dapat lebih siaga menyikapi kejadian akibat DBD itu.
“Saat ini Kabupaten Kapuas sedang dipersiapkan untuk memproses pemberlakukan Kejadian Luar Biasa (KLB) DBD pada empat kecamatan, yakni Kecamatan Kapuas Barat, Tamban Catur, Selat dan Kapuas Kuala,” katanya, Rabu (18/2).
Untuk tahun 2015 lalu, jumlah penderita DBD sebanyak 1506 orang dan meninggal 13 orang. Tahun ini, selain terjadi pengingkatan jumlah penderita, juga terjadi perluasan wilayah penyebaran DBD. Melihat hal tersebut, hendaknya segenap elemen masyarakat untuk bisa melakukan antisipasi dengan menerapkan pola hidup sehat. Menurutnya, melakukan antisipasi tidak sepenuhnya mengandalakan pemerintah, tapi lebih pada antisipasi dari diri sendiri.
Pernyataan itu sangat dinilai wajar jika melihat kondisi saat ini, karena yang mengahatui masyarakat sekarang bukan hanya DBD saja. Saat ini Indonesia sedang mengkhawatirkan penyebaran virus Zika yang penyebarannya telah terjadi diberbagai belahan dunia. Di Indonesia sendiri, telah ditemukan kasus untuk penyakit tersebut.
Tidak menutup kemungkinan penyakit itu juga sampai ke Kalteng. Maka dari itu, masyarakat tidak cumaberhati-hati dengan penyebaran DBD yang sekarang ini angka kesakitannya sedikit mengkhawatirkan.
“Karena di Indonesia sudah ditemukan kasusnya, maka kita juga harus waspada,” ujarnya.
Terkait masalah DBD tadi, angka kesakitan mengkhawatirkan itu dapat dilihat dari perbandingan antara 2015 dan Januari 2016. Angka kesakitan DBD 2015 sebesar 60.94 per 100 ribu penduduk. Sedangkan untuk 2016 ini, hanya dibulan Januari saja angkanya sudah mencapai 20.88 per 100 ribu penduduk.
“Inilah yang harus diperhatikan, disikapi dan diwaspadai. Kita bersama bisa melakukan antisipasi terhadap masalah ini,” bebernya. (sho/vin)