Komunitas motor kerap dipandang negatif sebagian masyarakat Indonesia. Komunitas Mentaya Max Owners (MM0) berusaha menepis stigma itu. Berbagai kegiatan penuh manfaat terus dilakukan untuk membuka mata warga.
HENY, Sampit
Jumat malam menjadi hari menyenangkan bagi komunitas Indonesia Max Owners (IMO) untuk melepas penat. Di hari itu, anggota komunitas IMO Se-Indonesia memang rutin mengadakan kopi darat dengan sesama anggota komunitas. Jumat (17/7) lalu, Komunitas Mentaya Max Owners (MMO) Kotim memilih Cafe 88 Radar Sampit untuk bertemu sapa dengan sesama anggota.
Malam itu suasana kafe cukup ramai dengan kehadiran anggota MMO. Motor Yamaha N-Max dari berbagai seri terlihat berjejer rapi di halaman Radar Sampit. Meski cuaca mendung, mereka tetap antusias bertemu untuk bersilaturahmi dan berbincang membahas banyak hal.
Satu per satu anggota yang didominasi para pria itu datang ke Cafe 88. Mulai dari kalangan muda hingga berumur, berkumpul untuk bertukar informasi.
Ketua Komunitas MMO Ivan Dio mengatakan, kegiatan itu dilakukan untuk menjalin komunikasi dan dilaturahmi sesama anggota. ”Tiap Jumat kami rutin kopdar. Terkadang ke basecamp, ke tempat sesama anggota, tetapi kali ini kami ingin kopdar di Cafe 88,” ucap pria kelahiran Lubuklinggau, 17 April 1992 ini.
”Selama masa pandemi Covid-19 ini memang agak sepi. Biasanya bisa kumpul lebih dari 20 orang,” tambahnya.
Menurut Ivan, komunitas itu terbentuk sejak 1 Oktober 2018. Anggota baru terus bertambah dan menciptakan banyak pengalaman menarik. Berawal dari hobi terhadap dunia motor, Ivan mengajak kawan sesama pengguna Yamaha N-Max untuk berkumpul sekadar menjalin persatuan dan persaudaraan.
”Tujuannya komunitas ini dibentuk bukan hanya sekadar menyatukan para pecinta Yamaha N-Max series saja, tetapi dari komunitas kami ingin membangun rasa persatuan dan persaudaraan terhadap sesama tanpa memandang apa pun,” ujarnya.
Untuk mempertahankan jalinan persaudaraan agar tetap solid, para anggota rutin berkomunikasi melalui media sosial maupun bertemu langsung. ”Berbicara sibuk, semua pasti punya kesibukan. Tetapi, komunikasi kami tetap terjalin, baik melewati grup atau bertemu setiap Jumat malam seperti ini. Biar pun ada yang tidak bisa lama, yang penting kami tetap usahakan bertemu,” ujarnya.
Untuk membangun rasa persaudaraan itu, sesama anggota juga terlihat aktif saling bertanya kabar. ”Kalau ada anggota yang kurang aktif, kami tanyakan. Kami sambangi ke rumahnya. Jadi, komunitas ini kami bentuk bukan hanya untuk menyatukan para pecinta N-Max saja, tetapi yang lebih penting menjalin silaturahmi terhadap sesama,” ujarnya.
”Apabila ada anggota yang sudah tak punya motor N-Max, kami tetap jalin silaturahim,” sahut Fafan Rinaldy, Wakil Ketua Komunitas MMO yang telah bergabung sejak September 2019 lalu.
Ivan menuturkan, anggota MMO berasal dari banyak kalangan. Dari kawula muda hingga tua. Komunitas itu tidak pernah membatasi anggota. ”Semua kalangan ada di sini. Dari wiraswasta, karyawan, manajer, dan pengangguran juga ada,” ucapnya seraya bercanda.
Dia ingin menepis stigma negatif dari masyarakat terhadap komunitas motor. ”Kami ingin membuktikan kepada masyarakat yang berpandangan negatif terhadap komunitas motor. Kalau ada yang bilang komunitas motor itu cuma untuk gaya-gayaan saja, saya rasa itu tidak benar,” ujarnya.
Andyana, penasihat komunitas MMO menambahkan, kegiatan mereka sangat positif. ”Kami tak hanya membentuk komunitas saja, tetapi juga ikut merespons hal-hal terbaru di Sampit,” ucap pria yang saat itu mengenakan kacamata berbingkai hitam itu.
Berbagai kegiatan penuh manfaat telah dilakukan selama dua tahun terakhir. Mulai dari berbagi takjil saat Ramadan, membantu rumah ibadah, berbagi masker, dan lainnya.
”Kami ingin membuktikan bahwa komunitas motor bisa bergerak aktif dalam kegiatan sosial. Dan kami berharap komunitas ini menjadi pelopor untuk kegiatan sosial yang positif membantu sesama,” ujarnya.
Selain kegiatan sosial, Komunitas MMO juga rutin mengadakan touring ke berbagai daerah, seperti Kuala Pembuang, Pantai Ujung Pandaran, Tumbang Samba, Kalimantan Selatan, Palangka Raya dan paling jauh ke Kota Bitung, Provinsi Sulawesi Utara.
”Kalau touring paling sedikit berangkat 15-20 anggota dan paling sering ke Palangka Raya dan Banjarmasin mengunjungi sesama anggota Komunitas IMO,” ucap Aan Budaz, Koordinator Touring Komunitas MMO.
Kegiatan itu kerap dilakukan minimal 2-3 kali dalam setahun. ”Sebenarnya ada agenda touring ke Bali Juni kemarin, tetapi ditunda karena Covid-19. Rencananya dilanjutkan tahun depan,” ujarnya.
Dalam waktu dekat ini, Komunitas MMO juga sudah mengatur agenda touring ke Pangkalan Bun, Kabupaten Kotawaringin Barat, dilanjutkan touring ke Banjarmasin. ”Rencananya awal Agustus kami ada agenda touring ke Pangkalan Bun, ke tempat wisata dan minggu keduanya tepat pada peringatan hari kemerdekaan RI kami berencana touring ke Banjarmasin,” kata pria berusia 40 tahun ini.
Tak hanya itu, rencananya komunitas MMO bakal mengeksplorasi wilayah Kalimantan Tengah dan sekitarnya. ”Rencana besar 2-3 tahun lagi IMO bakal ngadakan tour besar-besaran se-Indonesia untuk keliling Kalimantan, menjelajah keindahan alam Kalimantan beserta keragaman budaya dan aneka kulinernya,” ujarnya.
Humas Rico Sagita (34) menambahkan, dari 14 Komunitas IMO yang bernaung dalam regional Kalseltengbar, ada sedikitnya 51 anggota MMO yang bakal menyambut rencana itu. Seluruh komunitas IMO yang berjumlah 168 komunitas Se-Indonesia bakal mewujudkan mimpi menjelajah Bumi Pertiwi. Namun, semua rencana itu takkan terwujud tanpa rasa persaudaraan yang dibangun erat. Rasa itu akan terbangun ketika temu menyapa sesama.
”IMO rumah kami, kamu teman kita. MMO Happy Bro!,” sahut kompak para anggota MMO.
Pertemuan para anggota MMO di Cafe 88 ditutup dengan mengunjungi kebun Hidroponik 88 Radar Sampit sebelum hujan mengguyur. (***/ign)