SAMPIT – KebijakanBupati Kotawaringin Timur (Kotim) Supian Hadi menghapus pasar dadakan didukung penuh pedagang pasar resmi. Dukungan itu karena mereka merasa dirugikan dengan adanya pasar dadakan yang menjamur di beberapa kecamatan di tengah Kota Sampit.
”Kalau dulu, sebelum ada pasar dadakan, omset kami tinggi. Tapi, setelah mereka mulai muncul, penghasilan kami seperti di PPM, Mangkikit, Keramat, berkurang. Kami menempati pasar yang resmi dan bayar pajak, tapi pelanggan berkurang karena masyarakat lebih memilih pasar dadakan,” kata Kepala pasar Pusat Perbelanjaan Mentaya (PPM) Djainuri, pekan lalu.
Sekadar diketahui, keputusan Supian menutup pasar dadakan telah ditetapkan dan didiskusikan dengan instansi terkait, seperti Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Pasar (Disperindagsar). Hasil penelusuran Supian, mayoritas pedagang pasar dadakan berasal dari luar daerah. Hanya segelintir pedagang yang merupakan pedagang dari pasar resmi.
Pasar dadakan yang buka di wilayah tertentu di beberapa kecamatan dalam kota Sampit, memang tak jarang menarik perhatian warga. Sebab, lokasinya berada di dekat permukiman warga dan buka pada malam hari, sehingga mudah dijangkau.
”Jaraknya dekat, yang dijual pun serba ada, bahkan emas pun ada. Mereka tersebar di mana-mana, dekat dengan pemukiman. Jadi, masyarakat cukup menunggu pasar dadakan diadakan. Kalau sudah begitu, siapa lagi yang mau ke pasar seperti PPM ini?” kata Djainuri.
---------- SPLIT TEXT ----------
Sementara itu, terkait penghapusan pasar dadakan di tengah kota, salah saorang kepala pasar dadakan di Plaza Sampit, Junaidi, mengatakan, pihaknya belum mendapat konfirmasi mengenai itu. Jika keputusan akan dilaksanakan, dia mengharapkan konfirmasi secara langsung dengan pengurus pasar dadakan.
”Setidaknya kalau mau menghapuskan pasar dadakan, konfirmasi dulu sama kita. Kita kan sudah minta izin juga sama RT/RW terkait di tempat wilayah kita jualan. Kalau tidak salah ada empat orang lainnya yang mengepalai pasar dadakan. Minta kebijaksanaan pak Bupati agar kami diberitahu,” ujarnya.
Menurutnya, pasar dadakan di Plaza Mitra sudah ada sejak tahun 2014 dan mendapat izin dari keluruhan setempat saat itu, meskipun hanya sebatas izin lisan. Tujuan mereka berjualan di lokasi tersebut untuk meneruskan Pasar Lenggana.
Djainuri menuturkan, jumlah pedagang di pasar dadakan sekitar 250 orang. Mereka tersebar dan berjualan di sejumlah lokasi. Semua pedagang pasar dadakan biasanya akan terkumpul di pasar dadakan di SMPN 3.
”Boleh aja kalau kami ditutup. Masalahnya, kalau kami dipindah, ke PPM misalnya, bisa nggak nampung kami semua di sana?” tandasnya. (sei/ign)