SAMPIT | PANGKALANBUN | PALANGKA | KOTAWARINGIN | METROPOLIS | BARITO | GUMAS | DPRD SERUYAN

PALANGKA

Senin, 19 Desember 2016 11:08
Kekurangan Anggaran Bukan Alasan untuk Lebih Maju

Batuah, Sukses Mengantarkan Dua Sekolah Raih Adiwiyata

ULET: Kepala Sekolah SMAN 1 Kurun Batuah, sukses memimpin dua sekolah berbeda meraih penghargaan Adiwita Nasional.(ARHAM SAID/RADAR SAMPIT)

Ulet, pekerja keras, dan inovatif. Itulah gambaran sosok Batuah. Pria kelahiran Sepang Simin, Kecamatan Sepang 49 tahun silam ini mempersempahkan prestasi mentereng untuk sekolah yang dipimpinnya, yakni penghargaan Sekolah Adiwiyata Nasional dua tahun berturut-turut di dua sekolah berbeda.

ARHAM SAID, Kuala Kurun

KISAHNYA berawal ketika tahun 1994. Bersama rekannya yang kini menjabat Lurah Tangkiling, dulu ia hanya seorang guru honorer di SMAN 1 Sepang. Bersama seorang Kepala Sekolah, ketiganya mengajar anak didik di SMAN 1 Sepang. Meski hanya sebagai tenaga honorer, ia bekerja keras memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Semuanya dilakukan untuk mencerdaskan anak bangsa.

Hasil jerih payahnya membuahkan hasil. Lima bulan bekerja sebagai tenaga honorer, impiannya menjadi seorang pegawai negeri sipil (PNS) terwujud. Desember 1994, ia diangkat menjadi PNS oleh Pemkab Kapuas dan langsung ditugaskan menjadi guru di sekolah yang sama.

Setelah 14 tahun mengabdi menjadi guru, pada April 2008, ia diangkat menjadi Kepala Sekolah (Kepsek) di SMAN 1 Sepang. Di awal menjabat, banyak permasalahan yang harus diselesaikan. Di antaranya, selama dua tahun kepemimpinannya, komite sekolah waktu itu tidak berfungsi maksimal.

Namun, lambat laun dengan kerja keras dan kerja sama antara seluruh warga sekolah, perlahan-lahan SMAN 1 Sepang dibenahi. Puncaknya, pada 2015, kerja kerasnya membuahkan hasil. Sekolah yang dipimpinnya berhasil meraih penghargaan Sekolah Adiwiyata Tingkat Nasional Tahun 2015.

”Awal menjabat sebagai Kepsek di SMAN 1 Sepang, semua tidak berjalan mulus. Selama dua tahun, komite sekolah tidak berjalan maksimal. Namun, saya terus berusaha. Hingga akhirnya, pada 2010 mulai berfungsi maksimal dan sekolah pun lambat laun berbenah. Puncaknya, pada tahun 2015 berhasil meraih penghargaan Sekolah Adiwiyata Tingkat Nasional,” tutur Batuah, Sabtu (17/12) pagi.

Delapan tahun menjabat kepsek dan membenahi SMAN 1 Sepang, pada Maret 2016, Dinas Pendidikan (Disdik) Gumas memberinya tugas memimpin di SMAN 1 Kurun. Dalam kurun waktu sekitar 8 bulan, ia berhasil membawa sekolah itu meraih penghargaan Adiwiyata Nasional Tahun 2016.

”Saya mulai membenahi sekolah sejak akhir April. Apa yang dilakukan di SMAN 1 Sepang pun diimplementasikan juga di SMAN 1 Kurun. Hasilnya, pada November 2016, sekolah ini ditetapkan sebagai sekolah Adiwiyata Nasional Tahun 2016,” ujar ayah anak dua ini.

Sebenarnya, sejak kepindahan ke SMAN 1 Kurun, targetnya hanya di tingkat kabupaten saja. Namun, apa yang diraih tahun ini pun sungguh di luar dugaan dan melebihi ekspektasi. Pada kenyataannya, berhasil sampai ke tingkat nasional.

”Raihan ini patut kita syukuri. Memang, jika ingin berhasil, harus ada niat dan kemauan. Kalau tidak demikian, tidak akan berhasil,” ujar pria kelahiran 26 April 1967 silam ini.

---------- SPLIT TEXT ----------

Batuah mengaku prihatin terhadap dunia pendidikan di Gumas. Pasalnya, ada sejumlah kepsek dan guru yang kurang peduli terhadap lingkungan sekolah. Seperti, masih ada sekolah yang tidak memiliki halaman memadai, belum memiliki papan nama, dan sekolah yang terendam banjir.

”Kalau kita ingin sekolah kita baik, benahi dari dalam dan lingkungannya, karena citra sekolah mulai dari lingkungan. Kalau lingkungan yang bagus, orang akan tertarik,” ujar suami dari Hartina, Guru Bahasa Indonesia SMPN 4 Kurun ini.

Dalam membenahi sekolah, kata dia, terkadang kepsek mengeluhkan tidak adanya dana. Hal tersebut harusnya bukan menjadi penghalang. Apabila tidak ada dana, bisa diakali dengan kreativitas masing-masing sekolah, dengan memanfaatkan seluruh warga sekolah untuk bekerja secara gotong royong.

”Kalau menemui kesulitan, harus diselesaikan dengan kerja sama dan saling keterbukaan. Kalau mau sekolah bagus, mau tidak mau kita harus kerja keras dan gotong royong,” ujar pria yang mengaku terbiasa bekerja tanpa diperintah ini.

Kini, meski telah meraih piagam penghargaan Adiwiayata Nasional di dua sekolah berbeda, dia tidak ingin berhenti sampai di situ. Ke depan, di SMAN 1 Kurun akan tetap dipertahankan budaya peduli lingkungan.

Sejumlah pembangunan pun akan dilakukan di sekolah, di antaranya, pembuatan gazebo permanen, penyediaan bank sampah, membangun trotoar, dan membuat tempat parkir untuk kendaraan siswa-siswi.

”Kepedulian terhadap lingkungan ini pada intinya harus ditanamkan sikap disiplin, kreatif, inovatif, bekerja keras, dan gotong royong,” ujarnya.

Dia menambahkan, semua upaya dan kerja keras yang dilakukan selama ini dalam membangun di dua sekolah berbeda tersebut, terinspirasi oleh motto dan budaya kerja dari Disdik Kabupaten Gumas. Motto yakni ulet, kreatif dan inovatif. Budaya kerja yakni bekerja keras dan berpikir cerdas.

”Motto dan budaya kerja inilah yang selalu saya tanamkan didalam hati saya sejak awal menjadi seorang guru,” pungkasnya. (*)


BACA JUGA

Selasa, 08 September 2015 21:50

Ratusan PNS Masih Mangkir, Laporkan Harta Kekayaan

<p>SAMPIT &ndash; Sebanyak 240 Pegawai Negeri Sipil (PNS) atau Aparatur Sipil Negara di lingkup…

Sitemap
  • HOME
  • HOT NEWS
  • NEWS UPDATE
  • KOLOM
  • RAGAM INFO
  • INSPIRASI
  • FEATURE
  • OLAHRAGA
  • EKONOMI
Find Us
Copyright © 2016 PT Duta Prokal Multimedia | Terverifikasi Dewan Pers