SAMPIT – Kohesi sosialwarga Dusun Ramban, Desa Bagendang Tengah, Kecamatan Mentaya Hilir Utara, masih sangat kuat. Warga bergotong royong membantu korban kebakaran Jumat (31/3) lalu. Mereka patungan mengumpulkan uang untuk meringankan beban warga yang menjadi korban musibah itu.
Uang yang terkumpul diberikan kepada tiga korban kebakaran, Sugianto, Yani, dan Rahman alias Ajul. Warga membantu membeli makanan dan minum untuk bertahan hidup sementara waktu hingga kondisi kembali normal.
Kepala Desa Bagendang Tengah M Saini Arip mengatakan, warga saling bahu-membahu membantu tetangga mereka yang masih syok atas kebakaran hebat di siang hari itu. Setiap kepala keluarga mengeluarkan rupiah seikhlasnya.
”Hari ini (kemarin) warga urunan uang untuk dibelikan bahan makanan dan minuman kepada korban kebakaran. Saat ini kondisi mereka masih syok, namun sudah mulai pulih dibanding hari kemarin (Jumat),” kata M Saini Arip, Sabtu (1/4).
Di sisi lain, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kotawaringin Timur (Kotim) merespons cepat musibah kebakaran yang menghanguskan tiga rumah warga tersebut. Bantuan akan secepatnya disalurkan.
”Hari ini surat pengajuan bantuan sudah dibuat dan diserahkan kepada pak camat. Bahkan, kita sudah berkoordinasi dengan dinas sosial (dinsos), dan mungkin besok (hari ini, Red) ada bantuan yang akan diserahkan langsung,” jelasnya.
Warga Dusun Ramban yang cukup jauh dari Kota Sampit juga merupakan masyarakat Kotim yang ingin mendapat perhatian dari Pemkab Kotim, khususnya dalam situasi seperti ini. Saini mengatakan, bantuan yang akan diberikan masih belum diketahui pasti dalam bentuk apa.
”Yang jelas ada bantuan yang akan diberikan. Memang keinginan korban kebakaran adalah bahan bangunan, kayu untuk membangun rumah kembali,” katanya.
Seperti diketahui, kebakabaran hebat di Dusun Ramban, Desa Bagendang Tengah, Kecamatan Mentaya Hilir Utara, Jumat (31/3), menggegerkan ratusan warga. Lima rumah dilalap api. Tiga di antaranya hangus jadi arang.
Nyaris tidak ada benda yang dapat diselamatkan dari jago merah yang membakar bangunan dari kayu tersebut. Termasuk enam benda pusaka berupa piring malawen yang pecah karena disambar api. Benda bersejarah bernilai tinggi itu pecah menjadi beberapa bagian.
Tiga mobil pemadam kebakaran yang dikerahkan dari Kota Sampit dengan menempuh waktu sekitar 40 menit dan melalui jalan rusak, tidak bisa banyak menyelamatkan harta benda warga.
Informasi yang dihimpun Radar Sampit, api pertama kali terlihat dari kediaman Sugianto yang kosong. Api kemudian merembet membakar rumah lainnya, menghanguskan rumah Yani. Selang beberapa menit kediaman, rumah Rahman alias Ajul ikut terbakar. (mir/ign)