KASONGAN - Camat Katingan Tengah Hariawan menjelaskan, dalam tahun 2017 wilayahnya sudah dua kali merasakan pahitnya musibah kebanjiran. Bahkan secara umum, luapan air sungai Katingan dan Samba kali ini cenderung lebih parah dibanding musibah sebelumnya.
"Kita terus pantau perkembangannya sampai pagi ini. Debit air sungai nampaknya bertahan seperti kemarin, walaupun wikayah kita semalaman diguyur hujan," imbuhnya kepada Radar Sampit, Minggu (16/7) pagi.
Bukan cuma menyasar kawasan pemukiman dan sentra ekonomi saja, luapan banjir bahkan menenggelamkan sejumlah fasilitas umum hingga perkantoran pemerintah. Praktis, usaha masyarakat lumpuh total.
"Sekolah, tempat ibadah, jalan, bahkan kantor camat dan rumah jabatan camat kitapun ikut menjadi kebanjiran. Terkait kerugian materil masyarakat, tidak dapat diperkirakan berapa jumlahnya karena belum dilakukan pendataan," ungkapnya.
Pun antisipasi berbagai kemungkinan gangguan kesehatan masyarakat, pihak Kecamatan Katingan Tengah sudah mendirikan posko kesehatan gratis khusus korban banjir. Masyarakat diminta aktif manfaatkan pelayanan itu.
"Ini sebetulnya banjir kiriman saja dari wilayah hulu. Kita berharap ini segera berakhir dan tidak berlangsung lama. Pengalaman biasanya, banjir parah cuma berlangsung selama dua hari, kemudian sudah surut. Nah kita tidak tahu kali ini seperti apa," jelasnya.
Camat Marikit Kalpin melaporkan, sedikitnya terdapat 14 desa di wilayahnya yang saat ini terdampak musibah banjir, terutama yang berada di jalur DAS Katingan, Bemban, dan sungai Hiran.
Di antaranya, Desa Tumbang Hiran, Tumbang Dakei, Rangan Burih, Tumbang Bemban, Tumbang Lambi, Rangan Tangko, Tumbang Tabulus, Tumbang Taei, Tumbang Pahanei, Rangan Surai, Kuluk Leleng, .Buntut Leleng, Tumbang Paku, dan Tumbang Mandurei.
"Terkait kerugian material maupun data pemukiman yang kena musibah banjir, masih kita lakukan pendataan dari tiap desa. Semoga dalam waktu dekat sudah terkumpul semua," sebutnya.
Dirinya menjelaskan, lambannya laporan dari pemerintah desa tersebut lantaran putusnya akses jaringan telepon di wilayahnya saat. Kondisi itu diperparah dengan padamnya aliran listrik.
"Data masih kita coba kumpulkan, karena sinyal selular Telkomsel dan PLN baru menyala pukul 10.00 WIB tadi. Listrik sengaja dimatikan, karena takut ada warga yang tersentrum. Apalagi kondisinya banjir parah seperti ini," ujarnya.
Bencana banjir itu ternyata disigapi Polres Katingan dengan cepat. Sedikitnya 30 personel polisi diterjunkan menuju lokasi banjir di sejumlah desa Kecamatan Katingan Tengah.
Keberangkatan rombongan anggota hingga jajaran perwira itu, dipimpin langsung Kabag Ops Polres Katingan Kompol Sumarsono, Minggu (16/7) pagi.
"Kita membawa 30 personel dan 6 orang perwira. Rencana akan kegiatan pelayanan kepolisian ini akan di pusatkan di Desa Tumbang Samba selama seminggu ke depan," simpulnya.
Berdasarkan perkembangan terkini, akses jalan ke Kecamatan Katingan Tengah putus total. Luapan air sudah meluap hingga ke jalan poros utara. Pun demikian dengan akses alternatif melalui KM 30 Jalan Tjilik Riwut Desa Hampalit. Disejumlah titik, badan jalan mulai tergenang air. Praktis, antrean kendaraan mulai mengular. Kondisi itu sudah berlangsung sejak Sabtu (15/7) kemarin. Alternatif yang saat ini paling memungkinkan, yakni melalui jalur Sungai Katingan dengan menggunakan perahu bermesin.
"Kalaupun pakai kelotok, juga berbahaya karena aliran sungai lagi deras-derasnya. Selain itu banyak sampah ranting bahkan batangan pohon tumbang yang larut di sungai," pungkas Ali warga Desa Buntut Bali Kecamatan Pulau Malan. (agg)