SAMPIT – Rencana Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Kotawaringin Timur membangun depo sampah di tengah kota mulai menuai polemik. Ddepo sampah ini akan dibangun di Jalan Rahadi Usman, Jalan Pelita, dan Plaza Sampit Jalan MT Haryono. Daya tampung masing-masing depo sebanyak 200 hingga 300 ton.
Sebagian masyarakat tidak menyetujui pembangunan depo sampah yang berdekatan dengan pusat keramaian. Seperti yang dikatakan Anik, manajemen Bintang Swalayan. Lokasi usahanya berada tepat bersebelahan dengan bekas kantor dinas pasar yang akan dibangun sebagai depo sampah. Akan banyak dampak yang ditimbulkan jika memang akan dibangun depo di lokasi itu.
“Lokasinya persis di samping toko kami. Pasti nanti bau sampah masuk ke dalam. Pengunjung pasti tidak nyaman nanti,” ucap Anik dengan nada agak tinggi.
Selain itu, dirinya mengungkapkan bahwa keberadaan depo juga dikhawatirkan akan merusak estetika. Meski dia mendukung dengan pembangunan depo tersebut, namun depo sampah berukuran besar tidak cocok dibangun di pusat kota.
Tak hanya masalah bau dan estetika yang dikhawatirkannya. Lalu lintas pun akan bermasalah. Karena lokasi itu sangat ramai, dirinya mengusulkan agar pembangunan depo berada di sekitar Jalan Jenderal Sudirman yang masih memiliki banyak lahan kosong.
Supervisor Store Kusuka Swalayan Martinus juga menyayangkan jika ada depo sampah dibangun di pusat keramaian. Yang dikhawatirkannya adalah bau sampah yang mengganggu kenyamanan masyarakat sekitar.
“Sebenarnya bagus saja membangun depo, itu untuk mengatasi masalah sampah. Tapi, kalau bisa, lokasinya dipertimbangkan lagi,” kata Martinus, Kamis (22/3).
Lokasi pembangunan depo itu dinilainya kurang tepat. Karena, sangat dekat dengan lokasi wisata patung jelawat. Dikhawatirkan, wisatawan yang datang ke Sampit akan terganggu kenyamanannya dengan adanya sampah di tengah kota.
Kedua pihak swalayan itu pun mengaku belum mendapat dari DLH Kotim terkait rencana pembangunan depo sampah di samping eks kantor dinas pasar.
Dua depo sampah lainnya yang akan dibangun di Jalan MT Haryono dan Jalan Pelita juga dikeluhkan warga. Pasalnya, bau sampah yang ada di bekas Plaza Sampit itu sampai tercium hingga jalanan. Pengguna jalan juga kerap terganggu dengan kondisi ini.
“Belum dibangun depo saja sudah sering bau sampah kalau lewat sini (Plaza Sampit). Gimana kalau sudah ada depo sampah,” ucap Nono, warga sekitar.
Tujuan DLH membangun depo sampah berukuran besar di dalam kota semata-mata memang untuk mendekatkan sampah kepada manusia. Konsep yang diusung DLH dengan menghadirkan taman dan internet gratis di lokasi depo sampah.
“Seharusnya, hal semacam ini disosialisasikan terlebih dahulu dengan warga. Pasti ada warga yang setuju dan tidak setuju. Jadi, bisa dicarikan jalan keluarnya,” ucap Rendi, warga Baamang Hilir.
Sebelumnya, Ketua Fraksi Demokrat DPRD Kotim Dani Rakhman mengingatkan DLH Kotim memikirkan secara matang rencana pembangunan depo sampah di tengah kota. Rencana ini dikhawatirkan akan menambah kacau tata kota.
”Apalagi kapasitasnya mencapai ratusan ton. Yang namanya sampah itu sangat menganggu, itu tidak bisa dibantah lagi,” kata Dani Rakhman. (rm-88/yit)