PANGKALAN BUN - Bisa tampil memukau di hadapan juri dan ribuan masyarakat Kobar bukan hal mudah bagi peserta Marunting Fashion Carnaval (MFC) 2018. Peserta harus bisa tampil memukau untuk menarik perhatian juri dan penonton.
Seperti Jill Valentina pemenang juara satu kategori umum ini mengaku segala persiapan telah dilakukan secara matang demi mengikuti MFC 2018. Persiapan telah dilakukan sejak enam bulan lalu.
“Untuk mengikuti acara MFC 2018 sudah saya siapkan dengan matang. Mulai proses merancang baju dan prosesnya membutuhkan waktu enam bulan. Banyak bongkar pasang bahan, akhirnya bisa menyuguhkan penampilan terbaik di MFC 2018,” kata Jill Valentina, Minggu (9/12).
Selain itu, dalam satu bulan terakhir dirinya sudah beberapa kali mencoba dan membawakan baju karnaval yang sudah disiapkan. Sehingga saat mengikuti acara MFC tidak kaku dan canggung di depan kalayak ramai. Ditambah lagi kostum yang dipakai ini beratnya hampir 10 kilogram.
“Saya sudah mencoba beberapa kali baju yang saya pakai. Jadi pas tampil tadi, sudah tidak canggung dan berusaha seluwes mungkin menampilkan yang terbaik,” ujarnya.
Untuk MFC 2018 pelajar asal SMKN 2 Pangkalan Bun ini menggunakan baju dengan tema The Mystical Of Haunted Borneo. Baju tersebut terinspirasi dari cerita masa lalu pada masa penjajahan Belanda. Dimana hantu ini merupakan pasukan dari Panglima Burung untuk melindungi suku Dayak dan membantu mengusir penjajah dari nusantara.
Dengan adanya pasukan hantu, lanjut Jill Valentina, para penjajah Belanda sangat takut dan segan dengan suku Dayak karena kekuatan gaib dari pasukan hantu itu benar - benar bisa membantu dan membuat penjajah Belanda mundur dari tanah Borneo.
“Kemudian orang Dayak juga terkenal identik dengan Mandau dan Sumpit. Unsur itu juga kami masukan, sebagai kekuatan penuh. Untuk memberi kekuatan mistik dari baju yang saya tampilkan,” ujarnya.
Selain itu perpaduan warna hitam, merah, dan kuning juga tampak serasi dengan tema yang dipilih. Menurutnya warna hitam menggambarkan kekuatan dan penangkis dari segala marabahaya. Sedangkan warna merah menggambarkan sesuatu yang abadi yang tidak pernah luntur atau berubah warnanya, seperti halnya adat istiadat dari suku Dayak.
Kemudian warna kuning menggambarkan hubungan manusia dengan Tuhan. Bahwa sesungguhnya tidak ada penguasa lain selain sang pencipta, melambangkang keagungan, warna kuning juga melambangkan kekayaan dari bangsa Indonesia.
“Kami merancang baju ini dengan sepenuh hati. Sampai akhirnya para juri mengumumkan saya sebagai pemenang masih tidak percaya. Karena peserta lain juga tidak kalah bagusnya,” jelasnya.
Ia berharap acara semacam itu bisa menjadi agenda rutin tahunan. Karena dengan kegiatan seperti ini, banyak pemuda di Kobar bisa menuangkan ide kreatifnya untuk membuat baju (kostum) karnaval yang menarik.
Selain Jill Valentina sebagai juara satu untuk kategori umum, juara dua diraih Fikri Haikal, dan juara tiga Herman Putra. Untuk kategori SMP dan SMA yakni juara satu Iqrimah, juara dua Amira Habibah dan juara tiga Ananda Putri. Untuk kategori SD yakni juara satu Ashafinatun, Nadia Sakti sebagai juara dua dan juara tiga Nabila Septia.
Selain itu, ada kategori Best kostum, Best make UP dan Best perfomance. Sehingga hasil usaha dari peserta untuk bisa tampil terbaik mendapat apresiasi dari panitia penyelenggara. (rin/sla)