SAMPIT – Kenaikan harga tiket pesawat yang mengancam bisnis perhotelan di Kota Sampit. Tingkat kunjungan atau okupansi perhotelan sempat menurun. Bahkan, beberapa pengunjung ada yang memilih membatalkan kunjungannya ke Kotim karena tingginya harga tiket pesawat.
”Naiknya harga tiket pesawat pastilah membawa dampak bagi hotel. Salah satunya beberapa rencana meeting dari luar Sampit, ada yang memilih untuk dibatalkan karena akses dari kota lain menuju Sampit atau sebaliknya masih mahal,” kata General Manager Aquarius Boutique Hotel (ABH) Bayu Andi, Kamis (17/1).
Bayu berharap pemerintah segera mengambil sikap atas kenaikan harga tiket yang tidak kunjung stabil sejak momen Natal dan Tahun Baru 2019 hingga memasuki minggu ketiga Januari 2019. Hal itu berdampak terhadap tingkat kunjungan hotel yang menurun sekitar 25 persen.
”Bantulah kami, pelaku industri pariwisata (perhotelan). Kembalikan harga sewajarnya agar tingkat kunjungan wisatawan ke Sampit meningkat. Begitu pula dengan tingkat hunian hotel. Toh, kalau orang-orang luar daerah berkunjung atau mengadakan meeting di Sampit, mereka juga otomatis akan membelanjakan uangnya dan itu juga termasuk strategi untuk meningkatkan perekonomian di Sampit,” ujarnya.
Sementara itu, kenaikan harga tiket juga mengubah perilaku warga menggunakan transportasi. Diduga karena harga tiket pesawat yang tak terjangkau, sebagian beralih menggunakan kapal laut. Terjadi peningkatan jumlah penumpang kapal menuju Sampit selama harga masih selangit.
Kepala PT Pelni Cabang Sampit, Agus Suprijatno mengatakan, jumlah penumpang yang turun menuju Sampit meningkat. Padahal, momen momen Natal dan Tahun Baru sudah berakhir.
”Normalnya, penumpang yang datang maupun yang turun berkisar antara 200-300, tetapi saat kedatangan KM Kelimutu, terakhir jumlah penumpang yang turun meningkat sebanyak 852 penumpang, sedangkan yang naik sebanyak 342 penumpang. Hal ini kemungkinan dipengaruhi harga tiket pesawat, sehingga sebagian masyarakat beralih menggunakan transportasi air,” ujar Agus.
Kondisi berbeda dialami operator kapal lainnya. Pimpinan PT Dharma Lautan Utama (DLU) Cabang Sampit, Hendrik Sugiharto menuturkan, penjualan tiket kapal masih normal seperti biasanya, belum berpengaruh secara signifikan.
”Penumpang yang naik maupun yang turun masih normal. Belum ada peningkatan,” ujarnya.
Seperti diberitakan, pesawat udara kian mengukuhkan diri sebagai transportasi yang hanya diperuntukkan bagi orang-orang berkantong tebal. Pasalnya, sudah memasuki minggu ketiga Januari 2019, harga tiket pesawat belum stabil.
Distrik Manager Sriwijaya Air Kotim Ismihadi mengatakan, tarif harga tiket ditentukan manajemen pusat di Jakarta. Meski demikian, menurutnya, harga tersebut bisa saja suatu saat nanti turun. ”Tetapi saya pun tidak bisa memprediksi kapan harga tiket pesawat turun,” katanya.
Ismihadi menuturkan, tarif harga tiket memang rata-rata naik di atas Rp 1 juta, yakni berkisar Rp 1,2-1,5. Khususnya untuk tujuan Sampit-Jakarta atau sebaliknya. Kenaikan harga tiket mulai dirasakan sejak Natal dan Tahun Baru. (hgn/ign)