SAMPIT – Keberadaan buaya di Sungai Mentaya kembali menghantui warga di Desa Ganepo, Kecamatan Seranau. Kali ini salah seorang warga setempat mengaku melihat penampakan buaya. Dia kaget dan teriak sebelum akhirnya melarikan diri. Demikian pula dengan sang predator, yang ikut kabur mendengar teriakan itu.
Komandan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Pos Jaga Sampit Muriansyah membenarkan adanya kemunculan predator buas itu. Muriansyah mengaku telah menghubungi kepala desa setempat guna menanyakan kepastian kabar itu.
”Benar, saya sudah hubungi kepada desanya. Ada ibu-ibu mencuci pakaian. Dia melihat buaya muncul dari permukaan air dan mendekat. Tapi, dia sempat kabur. Buayanya juga kabur karena kaget mendengar teriakan ibu itu,” kata Muri, saat dikonfirmasi Radar Sampit, Senin (21/1).
Berdasarkan informasi yang dihimpun, warga tersebut bernama Etah. Kesehariannya beraktivitas di pinggiran Sungai Mentaya. Namun, pihak BKSDA membantah bahwa ini serangan buaya. ”Ini kemunculan saja, bukan termasuk serangan,” ujarnya.
Informasi dari seorang sumber Radar Sampit, belum lama ini terjadi upaya serangan yang dilakukan buaya terhadap manusia di perairan tersebut. Kabarnya, ada salah seorang warga yang nyaris jadi santapan buaya saat mencuci pakaian di sungai.
”Ketika saya ke sana, ada bapak-bapak mengaku nyaris disambar buaya saat mencuci pakaian. Bahkan, pakaian yang dia cuci dibawa kabur buaya,” kata Najib, salah seorang warga.
Menyoal serangan yang diinformasikan warga tersebut, Muriansyah mengaku belum mendapatkan laporan. Kendati demikian, dia meminta warga pesisir agar meningkatkan kewaspadaan. Terutama saat beaktivitas di pinggir sungai. Pasalnya, saat ini sudah memasuki masa mengganasnya buaya Sungai Mentaya.
”Ini sudah Januari. Pokoknya, rentang Desember hingga Juni itu rawan terjadi serangan,” ujar Muri.
Muri tidak berani memastikan mengapa rentang waktu itu rawan terjadi serangan buaya. Namun, menurutnya, berdasarkan data dari laporan yang diterima BKSDA, di waktu-waktu itulah terjadi serangan. Bahkan, pernah mengakibat korban jiwa.
”Saya tidak berani memastikan apakah ini memang masa kawinnya buaya, karena itu memerlukan penelitian khusus dan data akurat,” jelasnya.
Di Sungai Mentaya memang masih banyak hidup buaya berbagai jenis. Dari yang sapit atau senyulong, hingga yang paling ganas yakni buaya muara. Sejumlah titik diyakni menjadi habitat buaya. Di antaranya perairan di Desa Ganepo, Kecamatan Seranau, sekitar perairan Pulau Hanaut dan perairan Mentaya Hilir Selatan.
Pihak terkait bersama aparat pemerintah kecamatan setempat telah melakukan berbagai upaya memimalisasi korban serangan buaya. Di antaranya, dengan memasang papan peringatan di titik habitat buaya dan memasang jala dan pagar besi di rumah warga yang berada di pinggir sungai. (oes/ign)