NANGA BULIK – Menganyam menjadi salah satu keahlian Suku Dayak yang perlu dilestarikan. Mereka mampu membuat berbagai produk anyaman berbahan baku daun kajang, purun, rotan, bambu hingga kulit kayu.
Namun kurangnya dukungan terutama promosi menyebabkan salah satu khasanah tradisional masyarakat ini kurang begitu dikenal dunia luar.
Hal inilah yang membuat Yanti, terjun langsung untuk memperkenalkan kerajinan masyarakat yang penuh dengan nilai seni dan kreativitas tinggi itu.
Darah seni memang telah mengalir pada wanita cantik kelahiran Pangkalan Bun, 29 Oktober 1975 ini. Menurutnya produk anyaman ini melekat dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Dayak. Karena hasil kerajinan ini biasa digunakan untuk membantu aktivitas dan kebutuhan rumah tangga mereka, seperti menyimpan barang berharga, rempah dan alat bantu untuk bekerja.
“Sayangnya saat ini hanya sedikit masyarakat yang mengerti cara menganyam. Padahal saya lihat hasil anyaman mereka tidak kalah dengan produk dari luar,” ungkap Yanti.
Salah satu contoh adalah produk tas dan topi berbahan utama daun kajang dan bambu yang telah diwarnai. Hasilnya sangat halus dan rapi, apalagi setelah dihias dengan motif bordir tangan akan terlihat semakin cantik.
“Di Kabupaten Lamandau sendiri ada beberapa desa yang penduduknya sangat ahli dalam pembuatan kerajinan berupa anyaman, salah satunya di Desa Cuhai,” tuturnya.
Ia mengaku mengenal beberapa pengrajin di Desa Cuhai yang cukup ahli dalam menganyaman dengan berbagai motif, salah satunya Ibu Kotai. Jika diberdayakan, ia yakin mereka dapat menjadi guru bagi para generasi muda yang ingin belajar.
“Dengan memberdayakan masyarakat lokal yang memiliki keahlian, kearifan lokal akan tetap terjaga, dan budaya menganyam akan tetap lestari,” harapnya.
Saat ini yang menjadi kendala bagi masyarakat adalah masalah pemasaran. Sehingga pengrajin hanya menganyam saat ada waktu luang atau ketika ada pesanan saja. Menganyam belum bisa menjadi pekerjaan utama yang menopang ekonomi keluarga.
“Padahal jika dikembangkan dan dikelola dengan maksimal, bisa jadi salah satu produk unggulan daerah dan menjadi sumber pendapatan masyarakat yang menjanjikan,” ujar Caleg Golkar Nomor Urut 3 dari Dapil II Kabupaten Lamandau ini.
Ia berharap semua pihak bisa mendukung, baik pemerintah daerah melalui instansi terkait, DPRD, dunia usaha, hingga bantuan melalui anggaran dana desa untuk membina para pengrajin dan membantu pemasarannya.
“Salah satunya bisa dengan membangun outlet souvenir di Kabupaten Lamandau yang memudahkan para pelancong yang ingin membeli oleh-oleh kerajinan daerah,” katanya.
Sejalan dengan misi yang diembannya untuk memberdayakan ibu-ibu di pedesaan khususnya untuk meningkatkan keterampilan dibidang kerajinan tradisional.
“Apa yang saya ungkapkan ini adalah salah satu wujud keyakinan akan potensi-potensi terpendam yang dimiliki oleh wanita-wanita Lamandau, yang seharusnya bisa lebih kita gali, dan kembangkan demi kesejahteraan masyarakat. Selanjutnya kita bahu membahu tata kelolanya agar menjadi bagian dari energi dalam pembangunan Kabupaten Lamandau,” pungkasnya. (mex/soc/sla)