Titi Wati (38), wanita terberat dengan bobot 200 kilogram lebih, kini menjalani hari-hari seperti biasa. Setelah menjalani operasi sekitar enam bulan lalu, kondisi tubuh wanita itu tak banyak yang berubah.
DODI, Palangka Raya
Nyaris tak ada perubahan saat Radar Sampit menyambangi Titi Wati di Jalan G Obos Gang Bima, Senin (22/7) lalu. Kondisi tubuhnya masih di luar normal. Padahal, sebelumnya dia telah menjalani operasi pemotongan lambung.
Selama beberapa bulan belakangan, berat tubuhnya sempat turun 14 kg dari 220 kg menjadi 206 kg. Kini, kata Titi, berat badannya kembali naik satu kilogram.
Menurutnya, program diet yang dijalankan gagal. Namun, dia sudah bisa duduk dan tertelentang. Bahkan, bisa berdiri meski hanya satu menit. Beberapa waktu lalu dia juga menyempatkan diri pergi ke Kuala Kurun menghadiri pesta pernikahan kerabatnya.
”Berat badan 220 kg sebelum operasi. Setelah itu turun 206 kg. Saat timbang lagi, jadi 207 kg, naik satu kilogram. Saat ini belum tahu. Tetapi nanti kata dokter Agustus timbang lagi,” ujarnya didampingi sang anak, Herlina (20).
Sehari-hari, Titi melakukan berbagai aktivitas. Mulai dari mengangkat barbel, bernyanyi, atau membuat video tik tok.
Titi mengaku sempat mengikuti saran dokter untuk diet. Namun hal itu kini tak dia lakukan, karena ingin seperti hari-hari biasa.
”Diet gagal, tapi tidak papa yang penting pola hidup sehat saya jalani terus. Seperti mengangkat barbel dan aktivitas lainnya. Termasuk duduk dan belajar berjalan serta berdiri,” ujarnya.
Menurut Titi, kondisi kesehatannya tidak ada persoalan. ”Alhamdulillah, semua sehat. Beberapa hari lalu saja yang sakit kepala dan memang sudah beberapa lama tidak ada kunjungan atau pemeriksaan rutin dari kesehatan,” ujarnya.
Meski demikian, lanjut Titi, dia biasanya berkomunikasi kondisi kesehatannya melalui telepon seluler, termasuk memantau perkembangannya setiap hari. ”Biasanya melalui WA saja, ada juga via telpon. Saya berharap selalu sehat walafiat,” katanya.
Titi juga dirinya berterima kasih kepada Gubernur Kalteng Sugianto Sabran karena perhatian padanya. ”Saya sampaikan salam untuk pak Gubernur Kalteng dan saya doakan beliau sehat selalu,” katanya.
Terpisah, Wakil Direktur RSUD dr Doris Sylvanus Theodorus S Atmadja mengharapkan volume makan Titi berkurang setelah operasi pemotongan lambung. Dengan lambung yang dipotong 50 persen, dipastikan penyerapan makanan tidak maksimal seperti biasa.
”Jadi, diet sudah kami buatkan. Hanya saja kepatuhan pasien belum optimal. Artinya, makanan dari Titi Wati masih tidak sesuai anjuran tim gizi rumah sakit. Makanya berat badannya bisa naik dari 206 ke 207 kg,” katanya.
Theodorus menuturkan, pasien harusnya komitmen agar penurunan berat badan bisa terwujud. Berat badannya bisa saja kembali seperti semula, 220 kg, apabila tidak menjalankan anjuran dokter.
”Saya sudah telepon dan berikan motivasi kepada pasien agar bisa lakukan diet lagi dan aktivitas lain sesuai anjuran tim kesehatan. Kemungkinan berat badannya kembali lagi masih ada, apalagi yang bersangkutan tak memiliki komitmen. Secara medis kami sudah dan selalu berusaha untuk penurunan berat badannya,” tegas Theodorus.
Lebih lanjut dia mengatakan, penurunan berat badan memang bukan salah satu indikator keberhasilan, tetapi metabolisme tubuh juga baik.
”Target kami waktu operasi dan sampai September bisa turun sekitar 175 kg. Namun, saat ini meleset, karena tidak mengikuti anjuran dan makan terus. Pokoknya kami terus motivasi, walaupun saat ini masih 207 kg. Paling tidak 20 kg lagi harus turun,” ujarnya, seraya menambahkan, Titi akan kembali timbang badan pada Agustus mendatang. (***/ign)