Kemarau selalu identik dengan kebakaran hutan dan lahan. Musim ini juga jadi momen paling berat bagi para petugas pemadam. Mereka berjuang di garis paling depan. Mencegah meluasnya api yang mengancam kehidupan.
YUNI PRATIWI, Sampit
Sudah dua jam lamanya api yang membara di atas lahan di Jalan Mohammad Hatta, jalur lingkar selatan Sampit, belum juga padam, Sabtu (17/8) lalu. Dedaunan dan tumbuhan yang kering, ditambah angin yang bertiup kencang, membuat di jago merah itu dengan cepat menjalar ke area lainnya.
Api terus melalap lahan dan menimbulkan kabut asap pekat. Puluhan petugas dengan sigapnya memadamkan api tanpa menghiraukan asap yang membuat mata perih dan kesulitan untuk bernapas meski telah menggunakan masker itu.
Petugas agak kesulitan mendapatkan sumber air. Sumur di dekat rumah warga pun hanya mampu sedikit membasahi lahan. Sumber air itu mengering dan tidak dapat digunakan. Tim satgas karhutla terpaksa mencari sumber air lainnya.
Puluhan satgas karhutla dibantu warga sekitar bersusah payah memadamkan api yang terlihat mulai mendekati kabel tiang listrik di lokasi tersebut. Di sisi lain, petugas PMI datang membagikan masker kepada warga sekitar.
Warga yang membantu hanya menutupi indra penciumannya menggunakan kaos yang mereka pakai. Ada juga yang menggunakan helm untuk menghindari paparan langsung asap yang membuat mata perih itu.
Seorang pertugas mengurungkan niatnya masuk lahan yang dipenuhi asap. ”Saya pernah saat kondisi seperti ini (asap pekat, Red) masuk di tengah-tengah hutan. Mau pingsan di dalam. Karena itu tak mau saya ulang lagi, daripada terpanggang di dalam,” tuturnya yang masih sibuk memadamkan api.
Tak lama kemudian, petugas tersebut beristirahat dan menikmati makanan di warung dekat lokasi. ”Minum susu bagus setelah menghirup asap,” ujarnya kepada Radar Sampit.
”Saat lihat jam, ternyata sudah pukul tiga (sore). Dari pagi belum ada makan,” tambahnya. Dia bersama timnya sedari pagi tidak berhenti memadamkan api.
Usai menyantap makanan, petugas itu lalu bertanya sumber air kepada wanita pemilik warung yang letaknya tak jauh dari lokasi kebakaran. ”Sumurnya kering, enggak ada airnya,” ucap wanita itu.
”Ibu jangan bilang kering-kering. Ini kami mau bantu ibu juga,” kata petugas itu yang terlihat mulai kesal. Petugas itu lalu menjelaskan, jika api tidak dicegah, tidak menutup kemungkinan warung sekaligus rumah ibu tersebut terkena dampaknya.
Hingga tiga jam berlalu, tim satgas masih berusaha memadamkan api. Namun, lahan sepenuhnya belum terbebas dari kebakaran. Sekitar pukul 19.00 WIB, upaya pemadaman dihentikan. Meski begitu, setiap harinya satgas karhutla akan melakukan patroli kembali ke lokasi karhan untuk memastikan agar lahan tidak kembali terbakar.
Kepala BPBD Kotawaringin Timur M Yusuf mengatakan, sejak Juli hingga Agustus, luas lahan gambut yang terbakar di Kotim telah 200 hektare lebih. Lahan seluas 70 persen di antaranya mampu ditanggulangi Tim Satgas Karhutla.
Meskipun intensitas kebakaran lahan menurun dalam sepekan terakhir, titik api masih tetap bermunculan. Bahkan, titik api telah mendekati permukiman warga, serta membakar sejumlah lahan kosong di wilayah Kota Sampit.
Kepala BPBD Kotim M Yusuf mengatakan, meski kebakaran lahan mulai berkurang namun tetap harus waspada dan berhati-hati. Sebab, daerah yang terbakar sudah kesulitan sumber air.
”Sumber air sudah sulit untuk didapat, namun kita tetap berusaha. Untuk tim patroli yang ada di kecamatan dan desa kami tugaskan untuk melakukan pemadaman sedini mungkin, ketika ada api langsung dipadamkan,” ujarnya.
Hadirnya helikopter pengebom air dianggap efektif mengurangi titik api, khususnya di wilayah selatan Kotim, seperti Kecamatan Mentaya Hilir Selatan, Mentaya Hilir Utara, dan Pulau Hanaut. ”Heli tetap beroperasi sampai status siaga berakhir,” tandasnya. (***/ign)
YUNI PRATIWI/RADAR SAMPIT
DIKEPUNG ASAP: Petugas berjuang memadamkan api yang membakar lahan di Jalan Mohammad Hatta, Sampit, Sabtu (17/8) lalu.
Melihat Perjuangan Petugas Pemadam Menggempur Kebakaran === sub
Seharian Berjibaku dengan Api, Nyawa Jadi Taruhan
Kemarau selalu identik dengan kebakaran hutan dan lahan. Musim ini juga jadi momen paling berat bagi para petugas pemadam. Mereka berjuang di garis paling depan. Mencegah meluasnya api yang mengancam kehidupan.
YUNI PRATIWI, Sampit
Sudah dua jam lamanya api yang membara di atas lahan di Jalan Mohammad Hatta, jalur lingkar selatan Sampit, belum juga padam, Sabtu (17/8) lalu. Dedaunan dan tumbuhan yang kering, ditambah angin yang bertiup kencang, membuat di jago merah itu dengan cepat menjalar ke area lainnya.
Api terus melalap lahan dan menimbulkan kabut asap pekat. Puluhan petugas dengan sigapnya memadamkan api tanpa menghiraukan asap yang membuat mata perih dan kesulitan untuk bernapas meski telah menggunakan masker itu.
Petugas agak kesulitan mendapatkan sumber air. Sumur di dekat rumah warga pun hanya mampu sedikit membasahi lahan. Sumber air itu mengering dan tidak dapat digunakan. Tim satgas karhutla terpaksa mencari sumber air lainnya.
Puluhan satgas karhutla dibantu warga sekitar bersusah payah memadamkan api yang terlihat mulai mendekati kabel tiang listrik di lokasi tersebut. Di sisi lain, petugas PMI datang membagikan masker kepada warga sekitar.
Warga yang membantu hanya menutupi indra penciumannya menggunakan kaos yang mereka pakai. Ada juga yang menggunakan helm untuk menghindari paparan langsung asap yang membuat mata perih itu.
Seorang pertugas mengurungkan niatnya masuk lahan yang dipenuhi asap. ”Saya pernah saat kondisi seperti ini (asap pekat, Red) masuk di tengah-tengah hutan. Mau pingsan di dalam. Karena itu tak mau saya ulang lagi, daripada terpanggang di dalam,” tuturnya yang masih sibuk memadamkan api.
Tak lama kemudian, petugas tersebut beristirahat dan menikmati makanan di warung dekat lokasi. ”Minum susu bagus setelah menghirup asap,” ujarnya kepada Radar Sampit.
”Saat lihat jam, ternyata sudah pukul tiga (sore). Dari pagi belum ada makan,” tambahnya. Dia bersama timnya sedari pagi tidak berhenti memadamkan api.
Usai menyantap makanan, petugas itu lalu bertanya sumber air kepada wanita pemilik warung yang letaknya tak jauh dari lokasi kebakaran. ”Sumurnya kering, enggak ada airnya,” ucap wanita itu.
”Ibu jangan bilang kering-kering. Ini kami mau bantu ibu juga,” kata petugas itu yang terlihat mulai kesal. Petugas itu lalu menjelaskan, jika api tidak dicegah, tidak menutup kemungkinan warung sekaligus rumah ibu tersebut terkena dampaknya.
Hingga tiga jam berlalu, tim satgas masih berusaha memadamkan api. Namun, lahan sepenuhnya belum terbebas dari kebakaran. Sekitar pukul 19.00 WIB, upaya pemadaman dihentikan. Meski begitu, setiap harinya satgas karhutla akan melakukan patroli kembali ke lokasi karhan untuk memastikan agar lahan tidak kembali terbakar.
Kepala BPBD Kotawaringin Timur M Yusuf mengatakan, sejak Juli hingga Agustus, luas lahan gambut yang terbakar di Kotim telah 200 hektare lebih. Lahan seluas 70 persen di antaranya mampu ditanggulangi Tim Satgas Karhutla.
Meskipun intensitas kebakaran lahan menurun dalam sepekan terakhir, titik api masih tetap bermunculan. Bahkan, titik api telah mendekati permukiman warga, serta membakar sejumlah lahan kosong di wilayah Kota Sampit.
Kepala BPBD Kotim M Yusuf mengatakan, meski kebakaran lahan mulai berkurang namun tetap harus waspada dan berhati-hati. Sebab, daerah yang terbakar sudah kesulitan sumber air.
”Sumber air sudah sulit untuk didapat, namun kita tetap berusaha. Untuk tim patroli yang ada di kecamatan dan desa kami tugaskan untuk melakukan pemadaman sedini mungkin, ketika ada api langsung dipadamkan,” ujarnya.
Hadirnya helikopter pengebom air dianggap efektif mengurangi titik api, khususnya di wilayah selatan Kotim, seperti Kecamatan Mentaya Hilir Selatan, Mentaya Hilir Utara, dan Pulau Hanaut. ”Heli tetap beroperasi sampai status siaga berakhir,” tandasnya. (***/ign)