SAMPIT – Transportasi di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) saat ini masih terganggu kabut asap karhutla.Dinas Perhubungan (Dishub) Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) mengingatkan pengelola transportasi umum agar lebih berhati-hati dan mengutamakan keselamatan penumpang. Tak memaksakan operasional apabila jarak pandang belum aman.
Kepala Dishub Kotim Fadlian Noor mengatakan, kabut asap saat ini sangat berdampak pada transportasi, baik darat, laut, dan udara. Diharapkan agar memastikan kondisi jarak pandang aman saat ingin beroperasional.
Saat ini yang sudah mulai merasakan dampak kabut asap adalah transportasi udara. Pesawat dari hari Minggu sampai Selasa (17/9) belum ada yang mendarat satu pun di Sampit.
”Saya ingatkan, keselamatan, keamanan, dan kenyamanan penuumpang merupakan harga mati untuk transportasi. Baik itu darat, laut, dan udara. Jangan pernah mengambil risiko. Sebab, transportasi berkaitan dengan nyawa manusia," kata Fadlian usai memimpin upacara peringatan Hari Perhubungan Nasional 2019 di Pelabuhan Sampit, Selasa (17/9).
Kendati upacara masih diselimuti kabut asap tipis, peserta dari TNI, Polri, perusahaan pelayaran, instansi yang berkaitan dengan perhubungan, dan anggota pramuka tetap semangat mengikuti upacara. Upacara tersebut merupakan puncak kegiatan. Sebelumnya digelar bersih pantai, sungai, jalan santai, dan bakti sosial.
Para pengguna transportasi darat, terutama armada angkutan, baik bus maupun travel juga diingatkan jangan sampai memaksakan berangkat apabila kabut asap masih tebal. Minimal jarang pandang 100 meter dan aman untuk berkendara, baru bisa beroperasional.
Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Sampit Thomas Chandra mengatakan, kabut asap pekat saat ini sangat mengganggu jarak pandang di Sungai Mentaya, akibatnya aktivitas kapal dan perahu tradisional ikut terganggu. Pemiliki perahu tradisional diminta tak beraktivitas apabila jarak pandang masih terbatas.
”Kalau kapal, mereka menggunakan radar untuk navigasi, sehingga meski asap pekat dan jarak pandang kurang, mereka masih bisa mengendalikan kapal. Bahkan, hingga saat ini belum ada kapal yang tertunda keberangkatannya, baik barang dan penumpang," jelas Thomas.
Kegiatan upacara juga dirangkai dengan salat istiska atau salat minta hujan yang di Pelabuhan Sampit, yang diikuti seluruh peserta upacara. Besar harapan agar hujan segera turun dan kondisi kembali membaik, sehingga tranportasi tidak lagi terganggu. (dc/ign)