SAMPIT – Sembilan remaja yang terlibat dalam aksi pengeroyokan di Jalan Sampurna, Kecamatan Mentawa Baru Ketapang, Kotim, Senin (21/10) malam lalu, resmi ditahan Polda Kalteng. Di sisi lain, kasus kriminal murni disertai hoax yang nyaris memicu rusuh itu diharapkan bisa berakhir damai.
”Kasus ini murni tindak kriminal dan tidak ada kaitannya dengan SARA. Semua tersangka sudah dilakukan penindakan. Saat ini, mereka sudah ditahan di Polda Kalteng,” kata Kapolres Kotim AKBP Mohammad Rommel ketika, Kamis (24/10).
Pantauan Radar Sampit, sejumlah tokoh, di antaranya Ketua Dewan Adat Dayak (DAD) Kotim Untung JR, Wakil Ketua DAD Kotim Firdaus Herman Ranggan, Ketua Dewan Madura Kotim H Abdul Wahid, serta orang tua korban, melakukan pertemuan di Polres Kotim.
Mereka menyepakati penetapan sembilan remaja sebagai tersangka. Orang tua korban menyerahkan sepenuhnya kasus itu kepada kepolisian untuk mengusut perkara tersebut hingga tuntas.
”Terkait beredarnya korban yang mengalami luka tusuk, sebenarnya tidak ada. Hal itu sudah dibuktikan langsung dari kedua orang tua korban. Mereka sudah melihat langsung kondisi kedua anaknya. Alhamdulillah, kedua korban dalam keadaan sehat,” kata Rommel.
Muliadi, orang tua RP (18), salah satu korban pengeroyokan mengaku baru mengetahui pengeroyokan yang menimpa pada anaknya. Meski demikian, dia menginginkan perdamaian dan menyerahkan sepenuhnya kepada kepolisian menangani kasus tersebut hingga selesai dengan baik.
”Jadi, tidak ada lagi indikasi yang namanya suku, ras, agama, dan etnis, yang dapat menimbulkan perpecahan, khususnya di Kotim. Semuanya kami serahkan kepada pihak berwenang,” ujarnya.
Sebelumnya, dua korban, RP dan YP (17), tidak terima terkait pengeroyokan yang dilakukan sembilan remaja dan melapor ke polisi. Para pelaku lalu diciduk aparat, yakni Sp (19), AN(18), Rn (17), Ms (17), AT (18), MR (17), Hr (18), AS(17), dan Al(19).
Selain menganiaya korban, pelaku juga merusak satu unit sepeda motor milik salah satu korban. Aksi pengeroyokan tersebut sempat diwarnai hoax penganiayaan menggunakan senjata tajam dan korban tertusuk hingga berujung menyeret suku dan menghebohkan warga. (sir/ign)