PANGKALAN BUN - Hujan yang mengguyur Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar) rupanya membawa dampak negatif bagi kelangsungan usaha para pembudidaya ikan di Sungai Arut, Kecamatan Arut Selatan.
Pasalnya saat ini kondisi air Sungai Arut berubah drastic. Air yang biasanya keruh laksana air susu seketika menjadi jernih kehijau - hijauan, perubahan kualitas air ini justru menjadi momok menakutkan bagi para pembudidaya. Setiap hari mereka harus menghadapi kenyataan bahwa ikan jenis Nila dan Bawal terus mengambang (mati) dalam jumlah yang tidak sedikit
Heriyadi, salah seorang pembudidaya ikan keramba di bawah jembatan Sungai Arut mengatakan bahwa ada perubahan tren kematian ikan dari tahun - tahun sebelumnya. Saat ini ikan budidaya mereka tidak mati serentak tetapi sedikit demi sedikit, rata - rata perhari dari puluhan hingga ratusan ekor.
Sementara pada tahun sebelumnya fenomena kematian ikan saat kondisi air sungai menjadi jernih berlangsung secara serentak dengan jumlah hingga ribuan ekor.
“Tahun ini anehnya ikan yang mati jumlahnya sedikit tapi terus menerus setiap hari. Tidak kurang dari 50 ekor per hari, bahkan pernah sampai seratusan ekor,” ujarnya saat ditemui Radar Pangkalan Bun di lokasi usaha keramba ikan miliknya, Senin (25/11).
Menurutnya bila hal ini terus berlangsung, maka tidak menutup kemungkinan usaha yang mereka jalani terancam gulung tikar alias bangkrut. Ia menghitung estimasi kerugian yang ia derita dalam satu kotak keramba mencapai antara Rp 5 juta - Rp7,5 juta, nilai tersebut dihitung berdasarkan kerugian ikan yang mati beserta biaya pakannya.
“Yang bikin pusing ini, ikan yang mati adalah ikan - ikan yang belum layak dipanen, karena masih terlalu kecil. Saat itu ketika menabur benih kondisi air Sungai Arut masih terbilang bagus,” terangnya.
Ia mengakui bahwa dalam satu kotak keramba miliknya terdapat sekitar 3000 bibit ikan, sementara saat ini ada sekitar 10 kotak keramba yang berisi ikan Nila, Bawal, dan ikan endemik jenis ikan Baung yang cenderung tahan dengan kondisi air yang kualitasnya buruk.
“Saya baru sekali dapat bantuan pada tahun 2015 lalu dari dinas, pakan 10 kilo dan bibit ikan ratusan ekor,” ungkapnya.
Pantauan di lapangan, kondisi tersebut juga dialami oleh pembudidaya ikan lainnya di saat musim pancaroba seperti saat ini, dengan nilai kerugian yang bervariatif. (tyo/sla)