Kesejahteraan para guru honor di Kabupaten Kobar membutuhkan perhatian serius, terutama bagi mereka yang mengabdi di sekolah-sekolah yang ada di pelosok desa. Minimnya gaji yang diterima membuat para Pahlawan Tanpa Tanda Jasa ini belum bisa tersenyum di Hari Guru Nasional 25 November 2019 ini.
SULISTYO, Pangkalan Bun
Matahari pagi belum muncul, hanya rona merah yang tampak di ufuk timur. Di sebuah perumahan dinas berdinding papan, Hendri Hafidz (31) sudah bersiap berangkat ke sekolah untuk mengajar.
Sarjana lulusan Universitas Muhammadiyah Palangka Raya, jurusan PGSD ini adalah salah satu guru honor di Kabupaten Kobar yang mengabdi SD Negeri 1 Rungun, Kecamatan Kotawaringin Lama, Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar).
Dengan gaji tak seberapa, sudah enam tahun lebih ia mengabdikan diri sebagai guru di desa yang berada di bantaran Sungai Lamandau tersebut.
Setiap bulannya, bapak satu putra ini hanya menerima gaji sebesar Rp 500 ribu, jumlah yang sangat jauh dari UMK yang ditetapkan oleh pemerintah.
Meski harus kerja keras, menurutnya profesi yang digelutinya sangat menyenangkan. Karena guru itu harus mengajar di depan murid - murid yang notabennya adalah anak orang lain yang harus dididik.
“Kalau melihat nominalnya tidak seberapa dan tidak bakal cukup untuk menutupi kebutuhan sehari - hari, tapi semangat pengabdian membuat saya tetap bersemangat untuk mencerdaskan kehidupan bangsa ini,” ujarnya, Senin (25/11).
Selain menerima gaji kecil, ia bertahan dengan tinggal di rumah dinas guru, bersebelahan dengan satu guru PNS di sekolah tersebut. Keputusan itu diambil karena sampai saat ini belum mampu membangun rumah sendiri.
Untuk menutupi kebutuhan sehari - hari, ia rela tidak istirahat siang. Selepas mengajar pukul 14.00 WIB ia langsung menuju sungai untuk mencari penghasilan tambahan. Ikan sungai menjadi salah satu harapan penghasilan lain yang selalu dinanti keluarga kecilnya.
“Hasilnya tidak menentu, karena saya menangkap ikan menggunakan jebakan (pengilar). Kadang seminggu sekali saya kumpulkan, terkadang bisa dapat Rp 300 ribu,” katanya.
Ia berharap kepada pemerintah di momen peringatan Hari Guru Nasional ini agar para guru honorer dapat diangkat menjadi menjadi guru kontrak daerah agar kehidupan mereka bisa lebih terjamin sehingga mampu fokus mengajar anak didik mereka. “Kami berharap suatu saat nanti bisa diangkat menjadi TKD oleh pemerintah daerah,” harapnya. (sla)